KabarMakassar.com — Kabar mengenai pemangkasan anggaran Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah dan Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) akibat efisiensi anggaran ramai diperbincangkan di media sosial. Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendikti-Saintek) menegaskan bahwa anggaran untuk program beasiswa tetap aman.
Dalam unggahan yang viral, disebutkan bahwa sejumlah program beasiswa, termasuk KIP Kuliah, BPI, dan Beasiswa Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADIK), terkena dampak efisiensi anggaran.
Namun, Sekretaris Jenderal Kemendikti-Saintek, Togar M Simatupang, membantah klaim tersebut.
“Belanja sosial, terutama beasiswa, tidak menjadi objek efisiensi program,” kata Togar kepada wartawan, Kamis (13/02).
Ia menegaskan bahwa anggaran beasiswa tetap aman dan tidak termasuk dalam kebijakan efisiensi.
Sebelumnya, Kemendikti-Saintek terkena efisiensi anggaran sebesar Rp14,3 triliun dari total pagu Rp56,6 triliun untuk tahun 2025.
Dalam Rapat Kerja dengan Komisi X DPR, Rabu (12/02) lalu, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro, meminta agar pemangkasan anggaran dapat dikurangi.
Menurutnya, sebagian besar anggaran beasiswa langsung disalurkan ke perguruan tinggi dan mahasiswa penerima.
“Jadi yang dikelola oleh kantor kementerian kami itu sangat minim, kira-kira dari pengalaman kami selama ini, yang dikelola oleh kantor kementerian itu tidak lebih dari 10 persen dari total pagu anggaran Kementerian Dikti,” jelas Satryo.
Pagu awal KIP-K yang disiapkan Kemendikti-Saintek mencapai Rp14,69 triliun. Namun, efisiensi anggaran sebesar 9 persen mengurangi alokasi menjadi Rp1,31 triliun.
Awalnya, target penerima KIP-K mencapai 1.040.192 mahasiswa, tetapi akibat pemangkasan anggaran, sebanyak 663.821 dari 844.174 mahasiswa yang tengah menjalani pendidikan terancam putus kuliah.
Selain itu, penerimaan mahasiswa baru penerima KIP-K tahun 2025 ditiadakan, meski pendaftaran telah dibuka sejak 4 Februari 2025 dengan 21.131 pendaftar hingga 7 Februari 2025.
Ia menyebut, beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) juga mengalami dampak efisiensi. Pagu awal BPI sebesar Rp194,7 miliar dikurangi 10 persen menjadi Rp19,4 miliar.
Dari target 12.345 mahasiswa penerima BPI, sebanyak 12 orang penerima BPI LN Program S3 Perguruan Tinggi Akademik dari total 33 orang terancam tidak dapat melanjutkan studi dan berpotensi terlantar di luar negeri.
Selain itu, penerimaan mahasiswa baru program BPI untuk tahun 2025 juga ditiadakan.
Sementara itu, Beasiswa ADIK turut terdampak efisiensi. Dari pagu awal sebesar Rp213,7 miliar, terjadi pemangkasan 10 persen menjadi Rp21,37 miliar. Program yang ditujukan bagi 27.522 pelajar dari wilayah 3T dan Orang Asli Papua (OAP) ini dikhawatirkan akan menghambat akses pendidikan tinggi bagi masyarakat di wilayah tersebut serta berpotensi memicu ketidakstabilan di Indonesia Timur.
Meskipun pemerintah menegaskan bahwa anggaran beasiswa aman, pemangkasan anggaran tetap menimbulkan kekhawatiran di kalangan penerima manfaat dan pemangku kepentingan pendidikan.