KabarMakassar.com — Sekretaris Satuan Tugas (Satgas) Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) RI, Irjen Pol Andry Wibowo menegaskan bahwa pelabuhan merupakan tolak ukur keberhasil suatu wilayah.
Hal ini diungkapkan saat kegiatan “Sosialisasi Penguatan Pemahaman Anti Korupsi, Anti Penyuapan dan Menjadi Insan yang Berintegritas” oleh PT Pelabuhan Indonesia (Persero) Regional 4 diruang rapat AKHLAK Lantai 7 Kantor Pelindo Regional 4 di Makassar, Rabu (17/07) kemarin.
“Mau lihat ekonomi suatu wilayah bagus, cukup dilihat dari keramaian di pelabuhannya. Kalau pelabuhan ramai, itu berarti ekonomi di wilayahnya bagus.” kata Andry disela-sela sosialisai.
Oleh sebab itu, Andry menegaskan bahwa pungli dan korupsi yang dilakukan di pelabuhan, dapat merusak perekonomian suatu wilayah.
“jangan merusak pelabuhan dengan pungli atau korupsi. Karena dua hal itu (pungli dan korupsi) sama saja. Lebih baik membangun tim yang Good Corporate Governance (GCG),” ujarnya.
Andry berharap pelabuhan di kota Makassar ini, menjadi role model atau contoh bagi pelabuhan-pelabuhan lainnya di wilayah Indonesia. Karena itu dia meminta support dan dukungan dari semua pihak.
“Pelindo harus berkolaborasi dengan semua pihak. Mari kita bersama-sama kurangi korupsi, selalu bersilaturahmi dengan baik bersama semua pihak. Perkuat silaturahmi dengan berbagai pihak,” kata Andry.
Sementara itu, Executive Director 4 Pelindo Regional 4, Abdul Azis menuturkan bahwa pasca merger pada Oktober 2021 lalu, telah cukup banyak perubahan yang dilakukan Perseroan.
“Pertama, Pelindo telah melakukan standardisasi operasional. Kemudian digitalisasi operasional untuk pelayanan kapal melalui aplikasi Phinisi, pelayanan peti kemas dengan aplikasi Ptos PK, pelayanan non peti kemas dengan aplikasi Ptos M, serta pelayanan penumpang dan RoRo menggunakan aplikasi Ptos R,” terang Abdul
Selain itu, kata Abdul Pelindo juga telah melakukan sistem online untuk billing jasa kepelabuhanan, dan menerapkan auto gate system untuk manless pass pelabuhan dan manless pass penumpang.
“Untuk transformasi dan standardisasi operasional di seluruh pelabuhan kelolaan, Pelindo menggunakan standardization framework dengan 6 pilar utama, yaitu Business Process, Equipment, Infrastructure and Facility, Technology, People, dan Health, Safety, Security, and Environment (HSSE),” sebutnya.
Abdul menjelaskan bahwa standardisasi layanan telah berhasil menurunkan port stay di semua pelabuhan kelolaan Pelindo, utamanya pelabuhan-pelabuhan yang berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Abdul mencontohkan di Terminal Peti Kemas (TPK) Makassar dan TPK Ambon, dari 35 boks per jam per kapal menjadi 50 boks per jam per kapal sehingga port stay menjadi 1 hari, dari sebelumnya 2 hari.
Dari hasil transformasi layanan operasi di pelabuhan, Abdul menuturkan bahwa pihaknya membuat efisiensi biaya operasional, potensi penambahan trafik, serta peningkatan kompetensi dan knowledge.
Sedangkan bagi pelanggan, terjadi pengurangan port stay dan cargo stay, optimalisasi berthing window, dan penghematan ship rental cost.
“Sementara itu bagi ekosistem maritim, transformasi layanan operasi yang dilakukan Pelindo, memberikan kontribusi terhadap penurunan biaya logistik dan mendukung konektivitas,” pungkasnya.