KabarMakassar.com — Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Haji Makassar menunjukkan komitmennya dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik untuk masyarakat.
Adanya program inovatif SATSET’MA atau Sadar Tolak Stunting Terpadu dari Mamminasata RSUD Haji telah dirasakan manfaatnya oleh pasien anak yang tidak memiliki dokumen lengkap.
Diketahui, melalui SATSET’MA, RSUD Haji Makassar telah menerima pasien anak berusia 7 tahun bernama Nur Anita yang tidak memiliki dokumen seperti Kartu JKN, Kartu Keluarga dan Akte Kelahiran.
Penanganan tersebut berkat kolaborasi dengan Andalan Sulsel Peduli sebagai mitra potensial RSUD Haji selama ini. RSUD Haji langsung menangani kebutuhan medis pasien sembari menyelesaikan kendala administratifnya.
SATSET’MA memang dirancang untuk memudahkan pasien stunting yang belum memiliki kartu JKN atau BPJS mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.
Direktur RSUD Haji Makassar, Evi menyatakan jika kasus ini membutuhkan penanganan khusus, mengingat pasien tidak hanya memerlukan perawatan medis tetapi juga bantuan administrasi kependudukan.
“Alhamdulillah, melalui koordinasi dengan Dinas Sosial Kabupaten Pangkep dan stakeholder lainnya, KK dan Akte Kelahiran pasien dapat diterbitkan dengan domisili di Pangkep. Dalam waktu kurang dari 3×24 jam, Kartu JKN pasien juga berhasil diaktifkan,” ungkap Evi pada Senin (20/01).
Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari sinergi yang kuat antara RSUD Haji dan berbagai pihak terkait, termasuk pemerintah daerah dan instansi sosial.
Kolaborasi itu menjadi bukti nyata bahwa hambatan administratif tidak boleh menjadi penghalang bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.
Ketua Tim SATSET’MA, drg Burhanuddin menyebut bahwa Program SATSET’MA terus menjadi salah satu inovasi unggulan RSUD Haji Makassar dalam mendukung pengentasan stunting serta meningkatkan akses layanan kesehatan bagi masyarakat prasejahtera.
Walau pasien bukan lagi termasuk kategori stunting karena telah berumur 7 tahun tapi pada prinsipnya RSUD Haji berkomitmen dalam memberikan pelayanan kesehatan dan bantuan administratif secara cepat dan tanggap dengan mengedepankan kolaboratif dengan lintas program ataupun lintas sektor.
“Kami berharap program ini dapat terus membantu keluarga-keluarga yang menghadapi kendala serupa, sehingga tidak ada lagi yang merasa terkucilkan dari layanan kesehatan,” jelasnya.
Dukungan penuh juga diberikan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Prof Fadjry Djufry. RSUD Haji Makassar mengajak masyarakat untuk mendukung dan memanfaatkan program-program inovatif seperti SATSET’MA.
Sebagai informasi, SATSET’MA telah mendapatkan penghargaan sebagai Top Inovasi Replikasi Terbaik se Indonesia yang dilaksanakan oleh KemenPAN RB pada tahun 2024 demi terciptanya pelayanan kesehatan yang merata serta berkeadilan, khususnya di Sulsel.
Sebelumnya diberitakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam hal ini UPT RSUD Haji meraih predikat inovasi replikasi terbaik pada kluster Provinsi dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) RI.
Inovasi yang dilakukan oleh RSUD Haji ialah Sadar Tolak Stunting Terpadu di Mamminasata atau disingkat SATSET’MA.
Hal itu berdasarkan pengumuman nomor B/536/PP.00.05/2024, tentang hasil penilaian presentasi dan wawancara Pemantauan Keberlanjutan dan Replikasi Inovasi (PKRI) pelayanan publik tahun 2024 yang diteken oleh Plt Deputi Bidang Pelayanan Publik, Abdul Hakim, tanggal 29 Juli 2024.
Penilaian itu dalam rangka menjalankan amanat peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 91 tahun 2021 melalui penyelenggaraan pemantauan keberlanjutan dan replikasi inovasi pelayanan publik.
Inovasi Sadar Tolak Stunting Terpadu di Mamminasata atau SATSET’MA ini mencakup di beberapa wilayah, yaitu Makassar, Gowa, dan Takalar.
“Sasaran kita di wilayah Makassar, Gowa, Takalar, karena merupakan area aglomerasi sekitar RSUD Haji. Inovasi ini menitikberatkan pada lintas sektor dan lintas program dalam penanganan stunting,” ujar Direktur RSUD Haji, dr. Evi, Selasa (30/07).
Inovasi ini memudahkan pasien yang terindikasi stunting untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Jika ditemukan pasien yang berobat di RSUD Haji, namun tidak memiliki/terdaftar BPJS/JKN, maka akan dilakukan pendampingan hingga terdaftar BPJS.
Tentunya hal ini dilakukan setelah berkoordinasi dengan lintas program/lintas sektor pemerintah daerah asal pasien tersebut. Bahkan ada pasien yang juga difasilitasi untuk kepengurusan KK dan akta kelahirannya.
“Ide atau gagasan inovasi ini adalah pemberian pelayanan penanganan kepada pasien stunting JKN dan Non JKN, pemberian fasilitas ambulans gratis wilayah Mamminasata, serta pendampingan dan monitoring pasca perawatan dengan berkoordinasi puskesmas wilayah Mamminasata,” jelasnya.
Proses inovasi ini pun melibatkan puskesmas wilayah kerja asal pasien, sehingga fungsi kontrol pasien stunting yang sustainable pada saat pasien sudah dipulangkan dari rumah sakit.
Termasuk mengedepankan koordinasi lintas program/lintas sektor terhadap pasien stunting melibatkan RSUD Haji, Dinas Kesehatan Sulsel, Dinas Sosial Sulsel, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota asal pasien, Dinas Dukcapil, Camat, Lurah, Puskesmas serta kader-kader kesehatan wilayah kerja pasien.
Direktur RSUD Haji berharap, dengan inovasi ini, semoga dapat memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi pasien stunting di wilayah Mamminasata. Terlebih, penurunan stunting menjadi salah satu prioritas oleh Pj Gubernur Sulsel, Prof Zudan Arif Fakrulloh.
“Harapan kami juga inovasi ini dapat penguatan regulasi melalui Pergub dan Perda. Serta harapan kedepannya (jangka panjang) inovasi ini dapat direplikasi atau digunakan oleh semua rumah sakit di Sulsel bahkan seluruh Indonesia,” jelasnya.
Ketua Tim Inovator SATSET’MA, drg. Burhanuddin mengatakan, bahwa hadirnya inovasi ini berangkat dari keresahan dan ketakutan sebagian orang tua pasien stunting untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit.
“Usaha kami untuk berkoordinasi dan berkolaborasi LP/LS terkait yang menjadi pembeda dari inovasi ini. Bagaimana kami bisa membantu pasien-pasien stunting untuk menerbitkan kartu JKN, akta kelahiran dan Kartu Keluarga bagi pasien-pasien stunting yang kami rawat di RSUD Haji, tanpa harus wara wiri kesana kemari. Sehingga mereka bisa fokus menunggui anaknya yang dirawat di RSUD Haji,” tuturnya.