kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Menguat Didukung Sentimen Positif dari Lelang Obligasi dan Data Ekonomi AS

Rupiah Menguat, Tembus Rp15.102 per Dolar AS
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan yang signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Kamis (05/09). Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda ditutup di level Rp15.401 per dolar AS, mengalami kenaikan sebesar 78,50 poin atau 0,51 persen dibandingkan penutupan sebelumnya.

Selain itu, kurs rupiah juga tercatat menguat pada Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI). Rupiah berada di level Rp15.410 per dolar AS, naik 80 poin dari hari sebelumnya di level Rp15.490 per dolar AS.

Pemprov Sulsel

Pergerakan positif rupiah ini juga tercermin dari data RTI Business, yang menunjukkan bahwa rupiah ditutup menguat 0,48 persen atau 75 poin ke level Rp15.395 per dolar AS. Sepanjang hari, nilai tukar rupiah bergerak dalam rentang Rp15.376 hingga Rp15.470, dengan posisi pembukaan di Rp15.470 per dolar AS.

Tren Pergerakan Rupiah dalam Beberapa Bulan Terakhir

Rupiah telah menunjukkan tren penguatan dalam beberapa periode waktu. Dalam perdagangan harian pada Kamis, (05/09) kemarin rupiah mencatat kenaikan sebesar 0,48 persen. Dalam rentang mingguan, penguatan lebih tipis sebesar 0,10 persen, namun dalam periode bulanan, rupiah mengalami kenaikan signifikan sebesar 3,14 persen.

Dalam tiga bulan terakhir, rupiah menguat sebesar 5,31 persen, dan dalam enam bulan terakhir mencapai 1,63 persen. Namun, dalam jangka waktu satu tahun, rupiah masih mengalami pelemahan sebesar 0,49 persen. Dalam rentang waktu tiga dan lima tahun, pelemahan lebih besar tercatat masing-masing 8,04 persen dan 10,04 persen.

Pengaruh Data Ekonomi AS terhadap Pergerakan Rupiah

Penguatan rupiah didukung oleh rilis data lowongan pekerjaan di Amerika Serikat yang mencapai level terendah dalam tiga tahun terakhir. Ia menjelaskan bahwa data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) menegaskan melemahnya pasar tenaga kerja AS, yang meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) sebesar 125 basis poin pada 2024, naik dari sebelumnya 100 basis poin.

Namun, rupiah mungkin akan mengalami pelemahan terbatas dalam perdagangan Jumat (06/09) hari ini. Hal ini disebabkan oleh ekspektasi kenaikan data perubahan tenaga kerja ADP dan penurunan klaim pengangguran di AS. Di sisi lain, data Purchasing Managers’ Index (PMI) sektor jasa diperkirakan turun terbatas, yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah.

Data ekonomi AS akan memengaruhi pergerakan rupiah. Namun, ia tetap optimis bahwa rupiah masih memiliki peluang untuk melanjutkan penguatan meski terbatas. Menurut Nanang, rupiah akan bergerak dalam rentang Rp15.300 hingga Rp15.430 per dolar AS.

Dampak Lelang Obligasi dan Indeks Saham Terhadap Penguatan Rupiah

Selain sentimen global, penguatan rupiah juga didorong oleh faktor domestik, seperti peningkatan minat pelaku pasar terhadap lelang obligasi negara. Pada awal perdagangan Kamis kemarin, rupiah dibuka menguat 64 poin atau 0,41 persen menjadi Rp15.416 per dolar AS.

Peningkatan indeks saham dan hasil lelang obligasi negara yang oversubscribed turut mendukung penguatan rupiah. Lelang obligasi negara tersebut berhasil menarik minat hingga Rp45 triliun, dua kali lipat dari target yang ditetapkan. Selain itu, indeks harga saham juga naik 0,74 persen menjadi 7.672, yang semakin memperkuat posisi rupiah.

Pelemahan data ekonomi AS, khususnya penurunan jumlah lowongan pekerjaan JOLTS dari 8,1 juta menjadi 7,7 juta, menjadi faktor tambahan yang mendukung penguatan rupiah. Ia memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp15.420 hingga Rp15.470 per dolar AS dalam perdagangan selanjutnya.

Dengan berbagai faktor positif yang mendukung, baik dari sisi domestik maupun global, nilai tukar rupiah diproyeksikan tetap stabil meski terdapat risiko fluktuasi kecil di hari-hari mendatang.