kabarbursa.com
kabarbursa.com

IHSG Masuk Zona Merah Imbas Pilkada Serentak

IHSG Masuk Zona Merah Imbas Pilkada Serentak
Ilustrasi Saham (Dok: KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali tergelincir ke zona merah pada perdagangan Selasa (26/11) kemarin. Setelah sempat menguat di sesi pembukaan, IHSG akhirnya ditutup melemah 0,93% atau turun 68,22 poin ke level 7.245,88 jelang pilkada serentak.

Sepanjang perdagangan, IHSG bergerak di rentang 7.341,59 hingga 7.245,88. Total volume transaksi tercatat sebanyak 19,64 miliar saham dengan nilai mencapai Rp 11,39 triliun dari 1,2 juta kali transaksi. Dari 795 saham yang diperdagangkan, sebanyak 217 saham menguat, 364 saham melemah, dan 214 saham stagnan.

Pemprov Sulsel

Sektor Energi Terpuruk, Properti Jadi Pengecualian

Sebagian besar sektor berada di zona merah, dengan sektor energi menjadi penekan utama IHSG setelah terkoreksi 1,07%. Sebaliknya, sektor properti menjadi satu-satunya yang bertahan di zona hijau dengan kenaikan 0,74%.

Dari sisi emiten, saham-saham perbankan besar turut membebani indeks. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) masing-masing memberikan kontribusi negatif sebesar 15,6 poin, 11,5 poin, dan 10,2 poin terhadap penurunan IHSG.

Pasar Menanti Agenda Penting Domestik dan Global

Investor terlihat mengambil sikap hati-hati menjelang berbagai agenda penting pekan ini. Dari dalam negeri, Pilkada serentak yang akan berlangsung pada 27 November 2024 melibatkan 545 daerah, termasuk 37 provinsi, menjadi salah satu perhatian pasar. Namun, pengamat menilai dampaknya terhadap IHSG cenderung minimal.

Dari sisi global, pasar menanti rilis data inflasi pengeluaran pribadi masyarakat AS (PCE) Oktober 2024 yang diperkirakan naik ke level 2,3% (yoy) dari 2,1% pada September. Kenaikan ini dapat memengaruhi kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed). Jika data sesuai ekspektasi, The Fed kemungkinan besar akan lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan penurunan suku bunga pada pertemuan Desember mendatang.

Selain itu, risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan dirilis besok menjadi sorotan pelaku pasar. Dokumen ini diharapkan memberikan gambaran lebih jelas terkait arah kebijakan suku bunga di tengah tekanan inflasi dan pertumbuhan ekonomi yang terus berubah.

Sentimen Ekonomi Membayangi IHSG

Dengan ketidakpastian baik dari dalam maupun luar negeri, IHSG kembali melemah dan menembus level psikologis 7.300 ke 7.200. Tekanan tambahan juga dirasakan oleh nilai tukar rupiah yang berpotensi tertekan akibat ekspektasi kebijakan moneter AS.

Saham Big Cap Berfluktuasi, PANI dan DSSA Jadi Sorotan Utama

Pergerakan saham-saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) mengalami tekanan pada perdagangan Selasa, 26 November 2024. Berdasarkan data RTI, hanya empat dari 20 saham terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar yang mencatatkan kenaikan harga, sementara mayoritas lainnya melemah.

Di tengah tekanan pasar, saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) mencuri perhatian dengan lonjakan harga 7,80%, ditutup di level Rp 15.200 per saham. Saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) juga mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 4,57%, mencapai Rp 38.325.

Sementara itu, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) berhasil menguat 0,28% ke Rp 9.050, melengkapi daftar saham big cap yang naik.

Sebaliknya, tekanan terbesar dialami oleh PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang melemah 2,90% ke level Rp 6.700. Saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) juga turun tajam 2,68% ke Rp 2.900, diikuti oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang tergerus 2,66% ke Rp 6.400.

Secara mingguan, saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) menjadi bintang dengan kenaikan 9,13%, ditutup di level Rp 7.175. BYAN dan DSSA menyusul dengan kenaikan mingguan masing-masing 8,89% dan 6,31%.

Namun, untuk performa bulanan, BYAN kembali mencatatkan penguatan signifikan sebesar 14,62%, menjadi Rp 19.600 per saham. Saham PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PANI juga mencatatkan kenaikan bulanan sebesar 2,61% dan 1,50%.

Di sisi lain, saham yang mencatatkan pelemahan terdalam bulanan adalah TPIA (-21,15%), AMRT (-16,67%), dan DSSA (-14,83%).

Dengan mayoritas saham big cap melemah, kapitalisasi pasar saham-saham besar seperti BBCA, BBRI, dan BMRI ikut mengalami tekanan. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), misalnya, turun 1,72% dengan kapitalisasi pasar tetap di puncak, yakni Rp 1.232,75 triliun.

Sektor big cap kini menjadi perhatian pelaku pasar, terutama menjelang penutupan bulan November. Lonjakan harga pada saham tertentu seperti PANI dan DSSA memberikan harapan, meski tekanan global dan domestik masih membayangi pasar.

Pasar saham big cap menunjukkan dinamika yang kontras, dengan beberapa saham berhasil mencatatkan kinerja cemerlang meski mayoritas mengalami pelemahan. Pelaku pasar diharapkan tetap waspada terhadap volatilitas yang terus berlangsung dan memanfaatkan momentum pada saham-saham yang menunjukkan potensi penguatan.