KabarMakassar.com — Tiga organisasi kemahasiswaan dari Luwu Raya menggelar Focus Group Discussion (FGD) menyoal Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL) yang berlangsung di Rogar Cafe, Jalan Saripa Raya Makassar, Kamis (18/01).
Ketiga organisasi tersebut adalah Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu (PP-IPMIL), Pengurus Pusat Persatuan Mahasiswa Indonesia Luwu Utara (PP-PEMILAR) dan Pengurus Pusat Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu Timur (PP-IPMALUTIM).
Diskusi menghadirkan Sejarahwan dan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin, Dr Suriadi Mappangara dan Akademisi Pengamat Ekonomi dari Universitas Indonesia Timur, Dr Abdul Talib Mustafa.
Dalam pemaparannya, Suriadi Mappangara menegaskan bahwa Luwu sesungguhnya memegang peran yang sangat penting dalam sejarah Sulawesi Selatan.
“Hanya saja, jika ditilik lebih jauh, ada masa di mana Luwu pernah seperti tenggelam dan tidak memegang peran apa-apa,” bebernya.
Satu hal yang dicatat oleh Suriadi adalah perihal momentum Perlawanan Rakyat Luwu pada 23 Januari 1946 silam.
“Ini adalah salah satu perlawanan rakyat terbesar yang pernah terjadi,” kisahnya.
Suriadi menekankan, perlawanan rakyat Luwu 78 tahun silam tidak bisa dipandang hanya disebabkan oleh insiden perobekan Alquran di Masjid Jami Bua.
“Itu hanya pemantik, karena sesungguhnya para bangsawan Luwu saat itu sudah lama sangat tidak suka dengan kehadiran Belanda,” demikian kata Suriadi.
Sementara itu, Dr Abdul Talib Mustafa memaparkan potensi ekonomi yang ada di Luwu Raya dari berbagai perspektif.
“Luwu raya sesungguhnya memiliki potensi ekonomi yang sangat besar, dan sebagiannya malah belum diketahui. Ada 70-an sungai mengalir di Luwu Raya, ada danau tektonik yang terdalam di Luwu Timur, dan banyak lagi,” jelasnya.
“Selain itu, hampir semua jenis tumbuhan bisa hidup subur di Tana Luwu, termasuk kelapa sawit. Belum lagi soal tambang nikel, emas dan sebagainya,” tambahnya.
Lebih jauh Wakil Ketua Umum BPP KKLR ini menyebutkan kontribusi ekonomi Luwu Raya yang cukup signifikan untuk Sulawesi Selatan.
“Kontribusi Luwu Raya secara akumulatif mencapai 11-12 persen untuk PDRB Sulawesi Selatan, jadi sekitar 42 triliun dari 360 triliun PDRB Sulsel,” ungkapnya.
Potensi lain yang bisa memberikan dampak pertumbuhan ekonomi Luwu Raya adalah dari aspek pariwisata dan pertumbuhan pendidikan yang begitu menjanjikan.
Hanya saja, semua potensi ekonomi ini bukannya tanpa kendala untuk bisa dioptimalkan. Salah satunya adalah masih lemahnya rentang kendali karena jarak yang relatif jauh ke ibukota Provinsi di Makassar.
“Selain itu, adanya keterbatasan infrastruktur terutama jalan yang menjadi penghubung antar kabupaten di Luwu Raya, maupun dari Luwu Raya ke Kota Makassar,” bebernya
Kendala lain adalah masih terbatasnya institusi pelayanan publik terutama di bidang kesehatan.
“Bayangkan jika pasien kritis harus dirujuk dari Malili ke Makassar lewat jalan darat. Itu benar-benar pilihan sulit. Sehingga ke depan harus ada solusi konkrit untuk hal ini,” ujarnya.
“Kurangnya koordinasi antar Kabupaten dan Kota di Luwu Raya. Padahal optimalisasi potensi ekonomi di Luwu Raya membutuhkan sinergitas dan kolaborasi antar daerah khususnya di Luwu Raya”, jelasnya