KabarMakassar.com — Pada siang yang cerah di Jumat, 7 Juni 2024, langit Jakarta terlihat begitu bersahabat. Tim Kabar Grup Indonesia memulai perjalanan menuju Masjid Istiqlal dengan hati penuh harap dan antusias. Kami memiliki kehormatan untuk bertemu Prof Nasaruddin Umar, seorang figur yang tidak hanya dikenal sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal yang karismatik, tetapi juga sebagai pemikir yang mendalam dan sosok yang penuh semangat dalam pengabdian kepada masyarakat.
Sebelum sampai di Masjid Istiqlal, kami singgah sejenak di Masjid Cut Meutia untuk melaksanakan salat Jumat. Setibanya di Istiqlal, suasana masjid masih ramai dengan jemaah yang usai jumatan.
Di lobi, kami melihat Prof. Nasaruddin Umar tengah berbincang santai dengan beberapa orang. Senyum hangatnya langsung menyambut kedatangan kami, dan beliau dengan ramah mengajak masuk ke ruang pertemuan yang sudah disiapkan di sisi kiri lobi.
Di ruang pertemuan yang tenang dan nyaman itu, kami duduk bersama dengan beliau dan memulai percakapan yang singkat namun sarat makna. Kami berbagi cerita. Prof Nasaruddin Umar dengan rendah hati merespons pertemuan kami yang pertama belasan tahun lalu. Yang tak terlupakan, beliau mengingatkan kami tentang pentingnya media dalam pembangunan. Baginya, media bukan sekadar alat informasi, tetapi bagian penting dari sejarah dan kemajuan suatu bangsa.
Setelah memberikan sejumlah nasihat yang berharga, beliau melanjutkan kesibukan dengan tamu-tamu lain yang menunggu. Kami sangat menghargai waktu dan perhatian yang diberikan oleh Prof Nasaruddin Umar, mengingat agenda yang begitu padat dan tanggung jawabnya yang tidak ringan.
Beberapa hari kemudian, tepatnya pada tanggal 19 Juni 2024, kami kembali bertemu dengan Prof Nasaruddin Umar dalam acara Pengajian 5.0 di Pendopo Habibie dan Ainun, di Patra Kuningan XIII. Beliau menjadi pembicara utama dalam acara tersebut, berbagi pemikiran dan wawasan mendalam tentang Islam dan tantangan zaman modern. Kehadiran dan pandangan beliau di forum itu, menginspirasi kami semua yang hadir. Memperkaya pemahaman kami akan nilai-nilai keagamaan dan sosial.
Pertemuan terbaru kami dengan Prof Nasaruddin Umar terjadi pada Jumat, 21 Juni 2024. Setelah beliau menunaikan tugasnya sebagai tuan rumah dalam pertemuan dengan para mitra Masjid Istiqlal, kami diundang untuk bertemu lebih lanjut di ruang kerjanya di sisi lain masjid. Di ruang kerja yang penuh aura keilmuan, beliau kembali berbagi pemikiran tentang pentingnya meneladani kehidupan Rasulullah dalam aspek ekonomi dan keadilan sosial.
Beliau mengingatkan kami bahwa seorang Rasulullah tidak hanya seorang pemimpin rohani, tetapi juga seorang tokoh ekonomi yang aktif dan peduli terhadap kesejahteraan umat. Pesan beliau tentang keadilan dan empati sebagai landasan hidup sangat menggetarkan hati kami.
Dari pertemuan-pertemuan singkat itu, kami tidak hanya mendapatkan pengetahuan baru tentang agama dan kepemimpinan, tetapi juga terinspirasi untuk berkontribusi lebih dalam dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Prof Nasaruddin Umar adalah teladan nyata dari seorang pemimpin yang tidak hanya memiliki wawasan, tetapi juga tindakan konkret untuk kesejahteraan umat dan negara.
Mengenal Sang Kiai Kharismatik
Prof Dr KH Nasaruddin Umar, MA, nama lengkapnya, merupakan figur yang mencerminkan perjalanan kehidupan yang kaya akan pengalaman, pengabdian, dan kontribusi intelektualnya dalam membangun Indonesia yang lebih baik. Dilahirkan di Ujung, Bone, Sulawesi Selatan, pada 23 Juni 1959, beliau tumbuh dalam keluarga yang menghargai nilai-nilai keislaman dan keadilan sosial. Pendidikan awalnya di Fakultas Syariah IAIN Alauddin Ujung Pandang mengukuhkan fondasi keilmuannya, sementara semangat penelitian dan pemahaman yang mendalam tentang Islam membawanya menjelajahi berbagai belahan dunia.
Perjalanan akademisnya diperdalam dengan studi pascasarjana di IAIN/UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, di mana beliau meraih gelar Magister tanpa tesis pada tahun 1992 dan gelar doktor (PhD) pada tahun 1998. Pendidikan lanjutan ini tidak hanya memberikan beliau landasan teoritis yang kuat, tetapi juga membuka pintu bagi pengalaman internasional yang mendalam. Sebagai sarjana tamu di Sophia University, Tokyo, Georgetown University, Washington DC, dan University of London, beliau tidak hanya mengembangkan jaringan akademisnya, tetapi juga memperdalam pemahamannya tentang isu-isu global yang melingkupi Islam dan masyarakat.
Kembali ke tanah air, Prof Nasaruddin Umar mengabdi pada berbagai posisi strategis dalam birokrasi dan pendidikan. Sebagai (mantan) Wakil Menteri Agama Republik Indonesia dan kini Imam Besar Masjid Istiqlal, beliau menunjukkan komitmen yang kuat terhadap pelayanan masyarakat dan pembangunan spiritual. Di bidang pendidikan, perannya yang mencakup Wakil Rektor III di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta berbagai jabatan penting dalam pengembangan pendidikan agama, menegaskan dedikasinya untuk memperkuat pondasi keilmuan dan moral bangsa.
Namun, kontribusi Prof Nasaruddin Umar tidak terbatas pada ranah akademis dan administratif semata. Beliau juga dikenal sebagai penulis yang produktif dengan lebih dari 40 buku yang membahas isu-isu krusial seperti kesetaraan gender, deradikalisasi, dan peran masjid dalam pembangunan ekonomi umat. Melalui karya-karyanya, beliau tidak hanya mengedukasi, tetapi juga menginspirasi masyarakat untuk merenungkan nilai-nilai agama dalam konteks kehidupan modern.
Pemikiran beliau tentang “Islam Nusantara” dan “Fikih Kebhinekaan” mencerminkan kearifan dan inklusivitasnya dalam menyikapi pluralitas Indonesia. Konsep-konsep ini bukan hanya menjembatani pemahaman agama dengan budaya lokal, tetapi juga memperkuat identitas bangsa dalam konteks global yang semakin kompleks.
Selain itu, Prof Nasaruddin Umar adalah sosok yang humanis, penuh empati, dan kesediaan untuk terlibat dalam dialog antarbudaya. Pengalaman internasionalnya memperkaya visinya tentang Islam yang moderat sebagai landasan untuk membangun perdamaian dan kesejahteraan bersama. Beliau berupaya memadukan nilai-nilai universal Islam dengan konteks lokal, mengajak masyarakat untuk merangkul keberagaman sebagai kekayaan yang memperkuat, bukan memecah-belah.
Pengabdiannya dalam memajukan masjid sebagai pusat spiritual, sosial, dan ekonomi terintegrasi, seperti transformasi Istiqlal menjadi “masjid hijau dan pintar”, adalah contoh nyata dari visi keagamaan yang progresif dan inklusif. Melalui inovasinya, beliau tidak hanya merespons tantangan zaman, tetapi juga menjadi pionir dalam membangun ekosistem ekonomi syariah yang berkelanjutan di Indonesia.
Selamat ulang tahun yang ke-65, Prof Nasaruddin Umar! Semoga kehidupan dan karya-karya Anda terus memberikan inspirasi bagi generasi masa depan untuk membangun masyarakat yang lebih harmonis, inklusif, dan berkeadilan di bawah cahaya Islam yang moderat dan humanis. (Uslimin, Pemimpin Redaksi Kabar Grup, Direktur Pemberitaan Kabar Grup Indonesia).