kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Direktur KSKK Sebut Kurikulum Cinta Kemenag Tak Gantikan Kurikulum Merdeka

Direktur KSKK Sebut Kurikulum Cinta Kemenag Tak Gantikan Kurikulum Merdeka
(Foto : IST).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Direktur Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah pada Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kemenag RI, Prof. Nyanyu Khodijah mengungkapkan bahwa Kurikulum Cinta yang diinisiasi oleh Menteri Agama tidak untuk menggantikan Kurikulum Merdeka.

Hal tersebut disampaikan Nyanyu ketika memberikan materi pada kegiatan Dialog Kinerja Bidang Pendidikan Madrasah tahun 2025 yang digelar di Hotel Aerotel Smile, Makassar, Rabu (05/02)

Pemprov Sulsel

“Kurikulum Cinta yang murni lahir dari pemikiran Pak Menteri ini sangat luar biasa. Lahir dari ketulusan. Pertanyaannya kemudian, apakah akan menggantikan Kurikulum Merdeka ?.Jawabnya tidak. Kurikulum Cinta ini sifatnya suplemen, memperkaya Kurikulum Merdeka yang sudah ada,” ungkapnya

Lanjut dijelaskan, ia dan Kepala Sub Direktorat Bina Guru dan Tenaga Kependidikan (Kasubdit GTK) bersama Tim ditugaskan khusus untuk menggodok Kurikulum Cinta ini hingga tiba waktunya untuk diterapkan.

“Kurikulum Cinta ini masih berproses, sedang kita godok bersama tim yang telah dibentuk, karena ini tidak boleh hanya pemikiran satu orang atau sekelompok orang saja, tapi harus kita rumuskan bersama, yang pada gilirannya nanti kami harap praktisi bisa mengimplementasikannya,” sambungnya.

“Lalu bentuknya seperti apa, programnya bagaimana? Kalau bicara kurikulum, ada komponen yang harus dipenuhi, yaitu komponen tujuan, materi, strategi, dan evaluasi,” tambahnya.

Dari sisi tujuan, jelas Nyanyu, Kurikulum Merdeka tetap menggunakan tujuan yang ada di capaian pembelajaran masing-masing.

“Kita memperkayanya dengan tambahan tujuan. Semua mata pelajaran terutama Mapel Agama itu menekankan bagaimana kita menanamkan pada peserta didik agar bisa bersikap toleran, inklusif dan moderat,” bebernya.

Selain itu kata dia dengan Kurikulum Cinta ini juga dikembangkan strategi, khususnya pada mata pelajaran agama, yaitu strategi reflective, yang menekankan pada proses refleksi.

“Artinya peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, minimal kita tanya apakah sudah paham. Ini sebenarnya cara guru membimbing siswa untuk melakukan refleksi. Namun praktiknya selama ini kita tidak lakukan itu, berlalu begitu saja,” jelasnya.

“Ini akan kita masukkan dalam rencana pembelajaran, dengan harapan peserta didik tidak hanya memiliki pengetahuan dan pemahaman tapi juga memiliki penghayatan sehingga bisa menginterpretasikan dalam bentuk perbuatan,” ujar Nyanyu menambahkan.

Dalam Kurikulum Cinta ini, lanjutnya, tenaga pendidik mapel lain, selain pelajaran agama dituntut menggunakan pendekatan multi kultural, dengan harapan peserta didik dapat memahami dan menghargai budaya orang lain.

“Ketika membagi kelompok peserta didik tidak boleh ada kelompok yang homogen, harus heterogen, mulai dari sisi etnis, agama dan lainnya. Dalam materi pembelajaran, materi-materi yang menyinggung peradaban, diupayakan peserta didik dapat mengenal budaya lain sehingga bisa menghargai orang lain,” katanya mencontohkan.

Sama halnya dalam memperingati hari besar agama, harap Nynayu, pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan parsitipatif.

“Peserta didik harus tahu, paham dan apa partisipasinya dalam perayaan tersebut walau beda agama, sehingga smua punya kesadaran bahwa kita ini heterogen dengan latar belakang agama yang berbeda-beda,” ungkapnya.

Diakhir materinya, Direktur KSKK mengatakan target Indonesia emas tidak akan tercapai jika setiap kelompok punya pendekatan sendiri, olehnya itu, ia berharap meskipun masih dalam proses, namun ide dari Kurikulum Cinta ini sudah mulai disebarluaskan.

“Kurikulum Cinta adalah murni ide dari beliau. Sebagai ulama yang sufi, beliau diberi kemampuan melihat kedepan yang luar biasa. Harapan kita generasi muda kita mendatang ada yang mengikuti jejak beliau, dan kuncinya di tangan bapak ibu para guru, para kepala madrasah. Ini tugas kita, meskipun Kurikulum Cinta ini masih dalam proses tapi saya harapkan bagaimana ide kurikulum cinta ini sudah mulai kita sebarluaskan agar kita saling menghargai dan saling menyayangi satu dengan yang lain,” tandasnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Sulsel, H. Wahyuddin Hakim dalam laporannya mengungkapkan apresiasi dan rasa bangga atas kunungan perdana Direktur KSKK di Makassar.

“Kita patut bersyukur karena bisa menghadirkan secara langsung Direktur KSKK di Makassar. Ini kegiatan pertama bidang Pendidikan Madrsah di Indoensia yang beliau hadiri. Semoga dengan kehadiran beliau dapat memberi pencerahan bagi kita semua, sehingga Sulsel ini bisa menjadi salah satu barometer pendidikan madrasah di Indonesia,” ucapnya.

Pada kesempatan ini, Wahyuddin juga mengimbau agar peserta memanfaatkan momentum ini untuk mendiskusikan berbagai hal terkait persoalan-persoalan yang ada di madrasah masing-masing.

‘‘Mungkin ada banyak problem di tempat bapak ibu, ini kesempatan untuk kita bahas bersama. Kita memiliki 139 madrasah negeri, dan 2000an swasta, namun Maros dan Takalar belum punya Madrasah Aliyah Negeri. Semoga ini bisa dicarikan solusi,” pungkasnya.

Diketahui, kegiatan yang diagendakan berlangsung selama dua hari pada 5-6 Februari 2025 ini diikuti oleh seluruh Kepala Madrasah Negeri pada semua tingkatan berikut operator madrasah, serta sejumlah Kepala Madrasah Swasta.

harvardsciencereview.com
https://inuki.co.id