kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Menguat, Tembus Rp15.102 per Dolar AS

Rupiah Menguat, Tembus Rp15.102 per Dolar AS
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Tren penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan terus berlanjut pada perdagangan Kamis (26/09). Berdasarkan data Bloomberg pada perdagangan rabu (25/09) kemarin, rupiah menguat 0,56% atau naik 85 poin dan ditutup di level Rp15.102 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau melemah 0,08% ke posisi 100,381

Sejumlah mata uang Asia lainnya juga mencatatkan penguatan terhadap dolar AS. Dolar Taiwan menguat 0,50%, peso Filipina naik 0,62%, dan rupee India mengalami peningkatan 0,10%. Selain itu, Yuan China naik 0,13%, disusul oleh ringgit Malaysia yang menguat 0,37%. Di sisi lain, Won Korea dan Dolar Singapura justru mengalami pelemahan masing-masing sebesar 0,07% dan 0,09%. Yen Jepang dan Dolar Hong Kong juga turut melemah, masing-masing sebesar 0,48% dan 0,05%.

Pemprov Sulsel

Diperkirakan penguatan rupiah akan berlanjut pada perdagangan hari ini, dengan potensi fluktuasi namun tetap berada di kisaran Rp15.000 hingga Rp15.120 per dolar AS.

Penguatan rupiah pada hari sebelumnya sebagian dipicu oleh stimulus ekonomi yang digulirkan oleh Bank Sentral China, yang meningkatkan optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi global.

Diketahui, Pada perdagangan Rabu (25/09), rupiah ditutup di posisi Rp15.095 per dolar AS, menguat 0,56% dari hari sebelumnya dan menjadi yang terkuat sejak Juli 2023.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) terpantau melemah ke 100,39, turun 0,07%. Melemahnya dolar AS ini dipicu oleh laporan The Conference Board yang menunjukkan penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) AS sebesar 6,9 poin, menjadi 98,7—penurunan terbesar sejak Agustus 2021.

Penurunan IKK AS ini meningkatkan spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin akan melonggarkan kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga, yang berpotensi melemahkan dolar AS dan mengarahkan aliran dana asing kembali ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Selain itu, kebijakan stimulus dari Bank Sentral China yang memangkas giro wajib minimum sebesar 50 basis poin dan menurunkan suku bunga repo tujuh hari menjadi 1,5% juga memberi dorongan bagi perekonomian global. Langkah ini diharapkan dapat memperbaiki situasi ekonomi China yang tengah menghadapi tekanan, sekaligus memberi dampak positif pada nilai tukar rupiah.

Dengan kombinasi sentimen dari dalam negeri dan stimulus moneter dari China, rupiah diprediksi akan terus mencatatkan penguatan dalam waktu dekat.