kabarbursa.com
kabarbursa.com

Jelang Pelantikan Trump, IHSG Dibuka Menguat di Level 7.027

Jelang Pelantikan Trump, IHSG Dibuka Menguat di Level 7.027
Ilustrasi saham (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Selasa (14/01) pagi menunjukkan penguatan sebesar 10,18 poin atau 0,15 persen ke level 7.027,06.

Namun, di balik penguatan tersebut, pelaku pasar tetap menunjukkan sikap hati-hati menjelang pelantikan presiden terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang dijadwalkan pada 20 Januari 2025.

Pemprov Sulsel

Di sisi lain, Indeks LQ45, yang mencerminkan performa 45 saham unggulan, justru stagnan dengan sedikit penurunan 0,04 poin ke posisi 810,93.

Dinamika pasar saham di Indonesia tidak terlepas dari tekanan eksternal, terutama terkait kenaikan imbal hasil obligasi AS.

Kondisi ini memicu kekhawatiran terhadap potensi aliran dana keluar (capital outflow) yang signifikan dari pasar modal Indonesia, yang turut diperburuk oleh pelemahan nilai tukar rupiah.

Pada perdagangan Senin (13/1) kemarin,rupiah tercatat melemah 0,56 persen ke level Rp16.270 per dolar AS. Hal ini mencerminkan sentimen negatif yang semakin menguat, dengan investor asing mencatatkan nilai outflow di pasar ekuitas sebesar Rp383,46 miliar.

Di sisi global, perhatian investor tertuju pada rilis data inflasi AS yang diperkirakan masih berada di atas target The Federal Reserve (The Fed) sebesar 2 persen.

Kenaikan inflasi ini diduga akan semakin terdorong oleh kebijakan tarif yang akan diterapkan oleh Presiden Trump, yang dapat memberikan tekanan tambahan pada perekonomian global.

Hal ini memperbesar spekulasi bahwa The Fed akan tetap berhati-hati dalam mengambil kebijakan moneter selanjutnya, meskipun kondisi tenaga kerja AS yang kuat memberikan ruang untuk kebijakan yang lebih agresif.

Sementara itu, dari kawasan Asia, China melaporkan surplus neraca perdagangan yang mencatat kenaikan signifikan pada Desember 2024, yaitu sebesar 104,84 miliar dolar AS.

Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 75,31 miliar dolar AS. Pertumbuhan tersebut didorong oleh lonjakan ekspor sebesar 10,7 persen secara tahunan (year on year/yoy) dan peningkatan impor sebesar 1 persen (yoy).

Peningkatan impor ini mencerminkan langkah produsen di China yang mempercepat pesanan sebelum kebijakan tarif baru diberlakukan di bawah kepemimpinan Trump.

Pasar saham Asia pagi ini mencerminkan sentimen yang beragam. Indeks Nikkei di Jepang melemah tajam sebesar 760,48 poin atau 1,94 persen ke level 38.429,39, sementara indeks Shanghai di China justru menguat 30,00 poin atau 0,95 persen ke posisi 3.190,76.

Bursa saham Kuala Lumpur di Malaysia turut mencatatkan penguatan sebesar 7,43 poin atau 0,47 persen ke level 1.593,01. Namun, indeks Straits Times di Singapura melemah 5,43 poin atau 0,37 persen ke posisi 3.786,30.

Di Amerika Serikat, bursa saham pada perdagangan Senin (13/1) bergerak variatif di tengah tekanan sentimen global. Indeks Dow Jones Industrial Average mencatat penguatan signifikan sebesar 327,13 poin atau 0,78 persen ke level 42.267,13.

Indeks S&P 500 juga berhasil menguat tipis sebesar 3,51 poin atau 0,06 persen ke level 5.830,71. Namun, indeks Nasdaq Composite mencatat pelemahan sebesar 112,53 poin atau 0,58 persen ke posisi 19.050,53.

Kondisi pasar yang fluktuatif juga tercermin dari pergerakan IHSG selama beberapa waktu terakhir.

Pada perdagangan Senin (13/1) kemarin, IHSG ditutup melemah 1,02 persen ke level 7.016,88. Penurunan ini mencerminkan pelemahan sebesar 0,94 persen dalam sepekan terakhir, serta penurunan yang lebih tajam, yaitu 7,18 persen dalam tiga bulan terakhir.

Menurut Valdy Kurniawan, Head of Research Phintraco Sekuritas, data tenaga kerja AS yang menguat menjadi salah satu pemicu utama terjadinya capital outflow dari pasar modal Indonesia dalam jangka pendek.

Valdy memproyeksikan bahwa IHSG berpotensi melanjutkan pelemahan hingga mencapai level psikologis 7.000 pada perdagangan hari ini.

Ia juga mencatat bahwa investor tengah menantikan rilis data inflasi produsen AS untuk Desember 2024, yang diperkirakan naik ke 3,2 persen secara tahunan (yoy) dari level sebelumnya sebesar 3 persen pada November.

Meski tekanan eksternal masih cukup tinggi, Valdy optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi domestik di awal 2025, terutama mengingat kinerja ekspor bersih Indonesia yang diperkirakan akan membaik seiring dengan peningkatan aktivitas perdagangan global.

Dalam situasi ini, analis memberikan sejumlah rekomendasi saham unggulan yang dianggap mampu memberikan peluang investasi di tengah volatilitas pasar.

Saham-saham seperti ICBP, MDKA, BRIS, HRUM, dan TAPG menjadi pilihan utama bagi investor. Selain itu, MNC Sekuritas menyarankan strategi buy on weakness untuk saham-saham seperti PT Astra International Tbk. (ASII), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP), dan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA).

Secara teknikal, MNC Sekuritas memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang support 6.953 hingga 6.931 dan resistance di kisaran 7.197 hingga 7.421.

Jika level resistance berhasil ditembus, IHSG diperkirakan akan menguat lebih lanjut dengan target berikutnya di level 7.305 hingga 7.421.

Namun, jika tekanan berlanjut, IHSG berisiko menguji area koreksi di kisaran 6.958 hingga 6.988 sebelum membentuk pola penguatan baru.

Dalam menghadapi ketidakpastian global, para pelaku pasar diimbau untuk tetap berhati-hati dan selektif dalam memilih saham.

Strategi yang matang dan pengelolaan risiko yang baik menjadi kunci bagi investor untuk memanfaatkan peluang di tengah tantangan yang ada.

Disclaimer: Saham-saham yang direkomendasikan di atas mencerminkan potensi tren kenaikan berdasarkan analisis teknikal dan fundamental. Meski demikian, investor disarankan untuk tetap mencermati kondisi pasar dan melakukan analisis lebih lanjut sebelum mengambil keputusan investasi. Berita ini tidak bersifat mengajak untuk membeli produk tertentu.