KabarMakassar.com — AC Milan kembali menelan kekalahan di Serie A 2025. Bermain di San Siro, Senin (03/03) dini hari WIB, Rossoneri tumbang 1-2 dari Lazio.
Di babak pertama, Milan berusaha mendominasi sejak awal, namun pertahanan Lazio tampil disiplin dan sulit ditembus. Justru tim tamu yang berhasil mencetak gol lebih dulu di menit ke-28.
Berawal dari bola rebound, Mattia Zaccagni datang dan menyambar bola untuk membawa Lazio unggul 1-0 hingga turun minum.
Memasuki babak kedua, Milan mendapat pukulan telak. Strahinja Pavlovic dikartu merah langsung pada menit ke-67 karena dianggap melakukan pelanggaran keras terhadap Gustav Isaksen.
Meski bermain dengan 10 orang, Milan tetap berusaha menyerang. setelah Samuel Chukwueze akhirnya mencetak gol penyama kedudukan di menit ke-85 melalui sundulan menerima umpan Rafael Leao.
Namun, drama terjadi di menit ke-94! Mike Maignan menjatuhkan Isaksen di kotak penalti, dan setelah memeriksa VAR, wasit Gianluca Manganiello menunjuk titik putih.
Pedro maju sebagai eksekutor dan sukses menaklukkan Maignan! Lazio pun menang 2-1 dan membawa pulang tiga poin.
Kekalahan ini menjadi yang ketiga secara beruntun bagi Milan di liga Italia. Pelatih Sergio Conceicao mengaku berada dalam situasi sulit dan menyebut tekanan dari suporter semakin memperburuk keadaan.
San Siro tidak seperti biasanya. Pada 15 menit pertama pertandingan, Curva Sud (kelompok ultras Milan) kosong sebagai bentuk protes terhadap pemilik klub.
Di sepanjang laga, cemoohan suporter terus terdengar. Situasi semakin panas setelah Lazio sukses mencetak dua gol yang menambah kemenangan mereka.
Bagi Milan, hasil ini semakin memperburuk kondisi tim. Tiga kekalahan beruntun membuat mereka terlempar ke peringkat sembilan klasemen Serie A dengan 41 poin.
AS Roma menyalip Milan usai menang 2-1 atas Como dan kini berada di posisi kedelapan dengan 43 poin.
Sergio Conceicao menyatakan bahwa tekanan dari suporter berdampak besar pada kinerja tim. Ia menggambarkan bagaimana suasana negatif di stadion membuat pemain kehilangan kepercayaan dirinya.
“Kami berbicara tentang atmosfer, dan ini pertama kalinya saya mengalami situasi seperti ini dalam karier saya,” ujar Conceicao kepada DAZN dikutip. Senin (03/03).
“Saya pernah menjadi pemain, saya tahu rasanya. Ketika tekanan begitu besar, sepatu Anda terasa seperti terbakar. Saat dribble atau operan gagal, atau saat Anda tertinggal, semuanya terasa semakin panas,” lanjutnya.
Conceicao menegaskan bahwa satu-satunya cara untuk keluar dari keterpurukan ini adalah dengan kerja keras dan kebanggaan terhadap lambang Milan.
“Ini bukan momen yang mudah. Para pemain merasakan tekanan besar di klub. Satu-satunya jalan keluar adalah bekerja lebih keras, bangga dengan seragam ini, dan berusaha mengubah situasi,” ungkapnya.
Dengan hasil buruk ini, posisi Sergio Conceicao di kursi pelatih semakin goyah. Milan awalnya bertujuan finis di empat besar untuk mengamankan tiket Liga Champions, tetapi kini mereka justru mendekati papan tengah.
Apakah Milan bisa bangkit dari keterpurukan? Atau tekanan suporter justru akan semakin menghancurkan mental tim? Menarik untuk dinantikan!