KabarMakassar.com — Proses belajar-mengajar di SMK Yayasan Pendidikan (Yapta) Takalar, Kecamatan Pattalassang, Sulawesi Selatan, terhenti akibat konflik keuangan yang melibatkan pihak sekolah dan yayasan.
Hingga hari kedua, Selasa (14/01), aktivitas di sekolah tersebut masih lumpuh tanpa kejelasan kapan akan dilanjutkan.
Sebelumnya, Senin (13/01), kegiatan belajar-mengajar dihentikan secara tiba-tiba.
Sebuah pengumuman di gerbang sekolah menyatakan bahwa SMK Yapta diliburkan hingga Kepala Sekolah, Hamdani, memberikan laporan pertanggungjawaban keuangan kepada yayasan.
“Mulai hari ini, Senin 13 Januari 2024, sampai waktu yang tidak ditentukan, SMK Yapta diliburkan sampai Kepala Sekolah melaporkan hasil laporan pertanggungjawaban kegiatan keuangan kepada pihak yayasan,” demikian bunyi pengumuman tersebut.
Keputusan ini membuat ratusan siswa terlantar, kebingungan, dan kecewa karena tidak dapat melanjutkan proses belajar setelah libur tahun baru.
Rapat mediasi pertama diadakan pada Senin (13/01) di ruang rapat SMK Yapta. Hadir dalam pertemuan tersebut Kapolsek Pattalassang, Iptu Ahmad Saleh, Kepala Seksi SMK Wilayah 7 Hamzah, pihak yayasan, serta Kepala Sekolah SMK Yapta, Hamdani.
Dalam rapat, Hamka, salah satu mantan pengurus yayasan sekaligus saudara kandung Kepala Sekolah, menangis saat mengungkapkan ketidakpuasannya atas pengelolaan dana sekolah.
“Sudah beberapa tahun tidak ada keterbukaan mengenai anggaran Dana BOS (Biaya Operasional Sekolah) yang rutin cair. Kami tidak tahu untuk apa dana tersebut digunakan,” ujar Hamka.
Hamka juga menyarankan agar sekolah ditutup jika tidak ada transparansi, sehingga siswa dapat mencari tempat belajar yang lebih baik.
Perwakilan dari Cabang Dinas Wilayah 7, Hamzah menyatakan kehadirannya untuk mengetahui penyebab penghentian operasional sekolah.
“Saya hadir untuk mendengar ada apa kejadian hingga diliburkan proses belajar-mengajar siswa dan siswi SMK Yapta,” ujarnya.
Hamzah juga mencatat bahwa pihak yayasan telah berulang kali meminta laporan keuangan tanpa hasil yang memuaskan.
Sementara itu, siswi kelas 10, Dila menyampaikan kesedihannya atas situasi ini.
“Kami merasa kehilangan kesempatan belajar. Semoga masalah ini cepat diselesaikan agar kami bisa kembali ke sekolah,” ungkapnya.
Kasus ini menyoroti pentingnya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel, terutama di lembaga pendidikan. Para siswa dan pihak terkait berharap konflik ini dapat segera diakhiri, sehingga aktivitas sekolah kembali normal.