KabarMakassar.com — Salah satu tim Universitas Hasanuddin (Unhas) yang berlaga di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) ke-37 yang berlangsung di Universitas Airlangga Surabaya menorehkan prestasi gemilang dengan meraih 2 medali emas sekaligus.
Perolehan ini menambah poin yang membawa Universitas Hasanuddin sebagai pemenang juara umum dan mengukir sejarah baru sebagai perguruan tinggi pertama di luar Pulau Jawa yang memenangkan Pimnas setelah 37 tahun.
Karya dengan judul “Dissolving Microneedle Patch Terinkorporasi ESAT6-CFP10: Strategi Baru Diagnostik Infeksi Laten Tuberkulosis,” meraih medali emas masing-masing pada kategori presentase dan poster.
Ketua Tim, Widitra Darwis menjelaskan risetnya yang bertujuan mengembangkan ESAT6-CFP10 (EC) yang terinkorporasi dalam sediaan dissolving microneedle patch (DMNP-EC) untuk meningkatkan akurasi diagnostik infeksi laten tuberkulosis (ILTB) dengan prosedur yang lebih praktis.
Singkatnya, penelitian ini bertujuan untuk merancang formula yang bermanfaat untuk mengindentifikasi penyakit tuberkulosis pada tahapan infeksi laten.
“Alhamdulillah tim kami berhasil meraih dua medali pada poster dan presentasi. Kami mengikuti skema riset eksakta. Fokus riset kami tentang tuberkulosis, utamanya pada tahapan infeksi laten. Ada banyak tahapan dalam penyakit, salah satunya diagnosis. Pada TB, ini juga banyak tahapan infeksinya, dan fokus kami infeksi laten, yang mana orang bisa saja sudah terinfeksi, tapi terlihat sehat,” ungkapnya, Senin (21/10).
Keberhasilan Widitra ini tidak lepas dari dorongan dosen pembimbingnya yang juga Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Unhas Prof. dr. Muh. Nasrum Massi, Ph.D, Sp.MK(K).
“Prestasi ini tidak lepas dari bantuan serta arahan yang diberikan pembimbing kami yang mengarahkan sejak awal Januari lalu, sehingga menghasilkan tulisan yang baik,” sebut Widiatra.
Widitra juga menambahkan, selama proses penyusunan penelitian yang dilakukan, tentunya terdapat suka dan duka yang dihadapi.
Namun, dengan kekompakan dan kerja sama tim yang baik serta dukungan dan arahan serta dosen pembimbing yang terus menyemangati kesulitan yang dihadapi bisa terselesaikan dengan baik.
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Unhas ini mengakui riset ini masih memiliki kelemahan dengan tes diagnostik standar untuk ILTB, yaitu interferon-gamma release assay (IGRA) ini sulit untuk diterapkan di Indonesia karena prosedurnya yang kompleks, sedangkan tuberculin skin test (TST) sering kali memberikan hasil positif palsu.
Riset ini diawali dengan formulasi dan karakterisasi fisik DMNP-EC, dilanjutkan dengan uji in vivo.
Hasil uji in vivo menunjukkan bahwa durasi 2 pekan merupakan waktu yang paling optimal dalam pembuatan model hewan ILTB.
Oleh karena itu, DMNP-EC terbukti memberikan akurasi yang lebih tinggi dengan prosedur yang lebih praktis, sehingga dapat menjadi strategi baru yang efektif untuk diagnostik ILTB.
Selain Widitra Darwis, tim Detec ini terdiri dari Azzahra Aurelya Shodan Razak (Fakultas Kedokteran), Primadona Putricia Samuel (Fakultas Kedokteran), St. Namirah (Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam), Vira Yuniarty (Fakultas Farmasi).