KabarMakassar.com — Pada perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menutup sesi dengan penguatan, bergerak di zona hijau sepanjang hari. IHSG berakhir naik 37 poin atau setara dengan 0,48%, mencapai level 7.798.
Berdasarkan data RTI per Kamis(12/09) kemarin, IHSG mencatatkan titik tertinggi di 7.833 dan terendah di 7.782. Sebanyak 309 saham mengalami kenaikan, 249 saham mengalami penurunan, dan 238 saham stagnan.
Di bursa Asia lainnya, Nikkei mencatatkan kenaikan sebesar 3,41%, Hang Seng Index menguat 0,77%, Shanghai Composite Index mengalami penurunan tipis sebesar 0,17%, Straits Times naik 0,69%, dan LQ45 mencatatkan kenaikan sebesar 0,72%.
Sentimen Pasar dan Data Inflasi
Sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG sepanjang perdagangan kemarin termasuk respons pasar terhadap data inflasi yang akan dirilis di Amerika Serikat. Meskipun IHSG mengalami koreksi, inflow modal tetap masuk ke pasar ekuitas domestik dengan total mencapai Rp 231,01 miliar. Sejak awal tahun, IHSG telah meningkat sebesar 6,71%, didorong oleh inflow sebesar Rp 31,93 triliun.
Konsumsi domestik juga menunjukkan kinerja yang positif, dengan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Agustus 2024 diproyeksikan mencapai 215,9, meningkat 5,8% dibandingkan tahun lalu. Angka ini lebih tinggi dibandingkan IPR pada Juli 2024 yang mencapai 212,4 atau tumbuh 4,5% YoY.
Pergerakan IHSG dan Indeks Sektoral
Pada penutupan perdagangan Kamis (12/09) kemarin, IHSG menutup hari dengan penguatan 37,19 poin, atau 0,48%, di level 7.798,38, mendekati level all-time high di 7.833. Indeks LQ45 meningkat sebesar 0,72% menjadi 958,479, sementara indeks JII naik 1,63% ke level 522,455. Indeks IDX30 dan MNC36 masing-masing mengalami kenaikan sebesar 0,73% ke 488,15 dan 0,59% ke 369,637.
Sebagian besar sektor tercatat mengalami penguatan, termasuk energi (+1,57%), barang baku (+0,34%), industri (+0,37%), konsumer non-siklikal (+1,17%), serta teknologi yang melonjak 7,61%. Namun, beberapa sektor mengalami penurunan, seperti finansial (-0,55%), properti (-0,07%), dan infrastruktur (-0,44%).
Saham-Saham Teratas dan Aktivitas Perdagangan
Di antara saham yang mengalami lonjakan signifikan, PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk (SMLE) mencatat kenaikan terbesar sebesar 31,51% menjadi Rp96, diikuti oleh PT Kurniamitra Duta Sentosa Tbk (KMDS) yang naik 25% menjadi Rp565, serta PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) yang meningkat 20% menjadi Rp2.760.
Sementara itu, saham-saham yang mengalami penurunan tajam termasuk PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA) dengan penurunan 17,46% menjadi Rp780, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) yang turun 15,04% menjadi Rp9.600, dan PT Optima Prima Metal Sinergi Tbk (OPMS) yang melemah 11,29% di Rp110.
Tiga saham teraktif yang diperdagangkan hari ini adalah PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI).
Rekor All-Time High Saham BRIS
Saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mencatatkan rekor tertinggi sepanjang tahun 2024, mencapai level Rp2.880 pada penutupan perdagangan hari ini. Saham BRIS mengalami kenaikan Year-to-Date (YTD) sebesar 65,52%, menjadikannya yang tertinggi di antara saham-saham perbankan lainnya. Dengan volume perdagangan mencapai 90,70 juta saham hari ini, BRIS menjadi salah satu saham yang paling aktif dalam indeks LQ45.
IHSG pada Kamis, 12 September, mendekati level 7.800, dengan pencapaian titik tertinggi di 7.833 sebelum akhirnya ditutup di angka 7.798, menunjukkan penguatan sebesar 37 poin dari penutupan hari sebelumnya.
Sebelumnya diberitakan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini berakhir di zona merah. Pada sesi penutupan,IHSG melemah tipis sebesar 0,43 poin atau turun 0,01%, sehingga berada di posisi 7.760,95.
Indeks LQ45 juga tercatat melemah sebesar 0,13% ke level 950,568. Sementara itu, indeks JII turun 0,16% ke 514,35, sedangkan indeks IDX30 justru naik 0,11% menjadi 484,034 dan indeks MNC36 sedikit menguat sebesar 0,04% ke 367,116.
Di sisi lain, sektor-sektor yang mengalami kenaikan adalah sektor barang baku dengan kenaikan 0,12%, sektor konsumer non-siklikal naik 0,13%, sektor finansial 0,09%, sektor properti 0,7%, teknologi menguat 1,55%, dan sektor transportasi bertambah 0,83%.
Beberapa sektor yang melemah antara lain energi yang turun 0,17%, sektor industri turun 0,58%, konsumer siklikal melemah 2,22%, sektor kesehatan turun 0,3%, dan sektor infrastruktur melemah 0,31%.
Secara teknikal, pola spinning top terbentuk pada grafik IHSG, dengan indikator MACD yang bergerak datar. Setelah rilis data inflasi konsumen, perhatian pasar kini tertuju pada data inflasi produsen di AS yang diperkirakan stabil pada angka 0,10% MoM.
Selain itu, pasar juga mengantisipasi laporan klaim pengangguran AS, yang diproyeksikan naik menjadi 231 ribu dari sebelumnya 227 ribu, menandakan potensi perlambatan di pasar tenaga kerja.
Fokus pasar juga akan beralih ke Eropa, di mana diperkirakan European Central Bank (ECB) akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4% dari 4,25%. Sedangkan Bank Indonesia (BI) diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga acuannya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada September 2024.
Sementara, Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kinerja bulanan yang solid pada Agustus 2024, berkat masuknya dana asing secara signifikan.
IHSG mencatat kenaikan sebesar 5,72 persen secara bulanan (MoM) selama Agustus 2024, dengan arus modal asing yang mencapai Rp 28,8 triliun. Lonjakan ini didorong oleh minat investor asing yang kuat, serta dukungan dari investor domestik.
Sentimen positif juga diperkuat oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed), yang memberikan optimisme bagi investor. Namun, dengan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari perkiraan, beberapa pihak mulai memprediksi pemotongan suku bunga yang lebih moderat.
Pada Agustus, IHSG berhasil pulih dan mencatat rekor tertinggi baru, berkat kombinasi masuknya modal asing dan aktivitas belanja investor dalam negeri. Di sisi lain, pasar saham AS juga mengalami penguatan pada bulan yang sama.
Revisi terhadap pertumbuhan PDB AS untuk kuartal II 2024 naik menjadi 3 persen, didukung oleh lonjakan belanja konsumen yang mencapai pertumbuhan 2,9 persen, lebih tinggi dari laporan awal yang hanya 2,3 persen.
Indeks PCE AS stabil di level 2,5 persen hingga Juli, sama seperti angka yang tercatat pada Juni. Sementara itu, tingkat pengangguran di AS naik menjadi 4,3 persen pada Juli, dan laju perekrutan tenaga kerja melambat. Penjualan ritel AS juga tumbuh 1 persen secara bulanan (MoM) pada Juli, melampaui ekspektasi pasar.