KabarMakassar.com — Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (18/03) mengalami penghentian sementara atau trading halt setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tajam.
Pada sesi I, IHSG anjlok 5,02% ke level 6.146, dengan 581 saham melemah, 105 saham menguat, dan 271 saham stagnan. Nilai transaksi tercatat sebesar Rp3,39 triliun dengan volume perdagangan mencapai 13,12 miliar saham dalam 748 ribu transaksi.
Saham Big Cap Tertekan
Semua sektor tercatat berada di zona merah. Sektor utilitas mengalami koreksi terdalam sebesar 12,2%, diikuti sektor bahan baku yang turun 9,82%. Dari sisi emiten, DCI Indonesia menjadi pemberat utama dengan kontribusi negatif sebesar 38,24 indeks poin.
Selain itu, saham milik konglomerat Prajogo Pangestu seperti Barito Renewables Energy (BREN) dan Chandra Asri Petrochemical (TPIA) juga turut menekan IHSG, masing-masing berkontribusi negatif sebesar 30,27 indeks poin dan 29,71 indeks poin.
Sejumlah saham perbankan besar pun ikut terkoreksi. Saham Bank Central Asia (BBCA) turun 3,2%, Bank Mandiri (BMRI) melemah 5,98%, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun 4,44%, dan Bank Negara Indonesia (BBNI) turun 5,08%.
Selain itu, saham-saham lain seperti PANI (-19,41%), TPIA (-19,93%), BREN (-15,46%), dan Telkom Indonesia (TLKM) (-2,48%) juga mengalami tekanan jual yang signifikan.
BEI Hentikan Perdagangan Sementara
Sekretaris Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia, Kautsar Primadi Nurahmad, mengonfirmasi bahwa trading halt dilakukan pada pukul 11:19:31 WIB, Automated Trading System (JATS) setelah IHSG mengalami penurunan sebesar 5%.
Penghentian perdagangan ini sesuai dengan Surat Keputusan Direksi BEI Nomor: Kep-00024/BEI/03-2020 tanggal 10 Maret 2020 mengenai Panduan Penanganan Kelangsungan Perdagangan dalam Kondisi Darurat.
“Perdagangan akan dilanjutkan pada pukul 11:49:31 waktu JATS tanpa perubahan jadwal perdagangan,” ujar Kautsar dalam keterangannya.
Surplus Neraca Dagang Indonesia Menurun
Dari dalam negeri, neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2025 mencatat surplus sebesar 3,12 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan Januari 2025 yang mencapai 3,49 miliar dolar AS.
Surplus ini ditopang oleh neraca perdagangan non-migas yang mencatatkan surplus sebesar 4,84 miliar dolar AS. Secara keseluruhan, Indonesia telah mencatat surplus perdagangan selama 58 bulan berturut-turut.
Data Ekonomi Global dan Sentimen Pasar
Dari Asia, data penjualan ritel China pada Februari 2025 menunjukkan pertumbuhan 4%, lebih tinggi dibandingkan Desember 2024 yang sebesar 3,7%.
Penguatan konsumsi di China sejalan dengan pergerakan indeks Hang Seng (HSI) yang naik 0,77% pada perdagangan Senin (17/03).
Sementara itu, pelaku pasar tengah menanti kebijakan ekonomi terbaru dari Presiden AS Donald Trump yang dijadwalkan diumumkan pada 2 April 2025.
Selain itu, perhatian juga tertuju pada hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed serta pidato CEO Nvidia pada konferensi GTC 2025 yang berlangsung pada Selasa (18/03).
Pergerakan Bursa Global
Di pasar saham global, indeks utama di Wall Street ditutup menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average naik 353,44 poin atau 0,85% ke level 41.841,63.
Indeks S&P 500 bertambah 36,18 poin atau 0,64% menjadi 5.675,12, sementara Nasdaq Composite menguat 54,58 poin atau 0,31% ke 17.808,66.
Bursa saham Asia juga bergerak positif pada perdagangan pagi ini. Indeks Nikkei Jepang menguat 545,09 poin atau 1,46% ke level 37.941,61.
Indeks Shanghai naik 5,39 poin atau 0,16% ke level 3.431,52. Indeks Kuala Lumpur menguat 15,66 poin atau 1,04% ke 1.527,81, sementara Indeks Straits Times Singapura bertambah 33,49 poin atau 0,87% ke posisi 3.892,85.