kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Mengenal Lebih Dalam Suku Sasak, Sejarah Hingga Budaya

Mengenal Lebih Dalam Suku Sasak, Sejarah Hingga Budaya
(Foto : ist).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Suku Sasak merupakan kelompok etnis yang mendiami pulau Lombok dan memiliki bahasa sendiri yang bernama bahasa sasak.

Nama Sasak dianggap berasal dari kata sak-sak yang berarti sampan. Nenek moyang mereka diyakini menggunakan sampan untuk masuk ke Pulau Lombok.

Pemprov Sulsel

Suku Sasak sebagian besar beragama Islam. Sementara yang menganut kepercayaan pra-Islam disebut dengan “Sasak Boda”. Untuk populasi suku Sasak di Sulawesi Selatan sendiri kurang lebih 11.335 jiwa.

Berikut sejarah singkat dan tradisi budaya suku Sasak yang dirangkum Kabar Makassar dari beberapa sumber:

Sejarah Singkat suku Sasak

Bermula saat dikirimnya Maha Patih Gajah Mada ke Lombok sebelum abad ke-16, Pulau Lombok berada di bawah kekuasaan Majapahit. Pada akhir abad ke-16 sampai awal abad ke-17, Lombok banyak mendapat pengaruh Jawa dan Islam melalui dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri.

Lombok ditaklukkan oleh Kerajaan Gelgel Bali pada awal abad ke-18. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya komunitas Hindu Bali yang menetap di daerah Mataram dan Lombok Barat. Di daerah tersebut juga terdapat beberapa pura besar.

Lombok akhirnya lepas dari pengaruh Kerajaan Gelgel akibat pengusiran yang dilakukan oleh Kerajaan Selaparang (Lombok Timur) dengan bantuan kerajaan yang ada di Sumbawa (pengaruh Makassar). Setelah peristiwa tersebut, beberapa prajurit Sumbawa dikabarkan menetap di Lombok Timur. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa desa di tepi timur laut Lombok Timur yang mayoritas penduduknya berkomunikasi menggunakan bahasa Samawa.

Jika dilihat dari aspek sejarah, suku Sasak bisa jadi berasal dari Pulau Jawa, Bali, Makassar, dan Sumbawa. Meskipun demikian, belum tentu nenek moyang atau papuk baloq orang Sasak berasal dari keempat etnis tersebut. Tetapi tetap saja keempat etnis tersebut memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan suku Sasak.

Tradisi suku Sasak

Suku Sasak memiliki beberapa tradisi yang hanya bisa ditemukan di Pulau Lombok. Berikut ini beberapa tradisi unik yang dimiliki oleh suku Sasak:

– Kawin Culik (Merarik)

Tradisi kawin culik merupakan salah satu tradisi masyarakat suku Sasak. Tradisi kawin culik ini adalah tindakan seorang laki-laki yang membawa anak gadis untuk dinikahi.

Dalam proses pencurian gadis, setelah sehari menginap pihak kerabat laki-laki mengirim utusan ke pihak keluarga perempuan sebagai pemberitahuan bahwa anak gadisnya dicuri dan kini berada di satu tempat tetapi tempat menyembunyikan gadis itu dirahasiakan, tidak boleh diketahui keluarga perempuan. ‘Nyelabar’, istilah bahasa setempat untuk pemberitahuan itu, dan dilakukan oleh kerabat pihak lelaki tetapi orang tua pihak lelaki tidak diperbolehkan ikut.

Namun, biasanya orang yang melakukan kawin culik ini merupakan sebuah pasangan kekasih. Kawin culik masih dilakukan oleh beberapa daerah yang ada di Pulau Lombok hingga saat ini.

– Bau Nyale

Tradisi Bau Nyale menjadi tradisi turun temurun yang masih dilestarikan sampai saat ini. Dilansir dari laman Kemdikbud, Bau Nyale merupakan kegiatan menangkap cacing laut yang tergolong jenis filum annelida.

Tradisi ini dilakukan setiap tanggal 20 bulan 10 sesuai dengan penanggalan tradisional Sasak atau sekitar bulan Februari. Bau Nyale ini berlokasi di Pantai Seger, Kuta, Lombok Tengah.

– Perang Topat

Melansir dari laman resmi
Kabupaten Lombok Barat, Perang Topat merupakan tradisi masyarakat Lombok yang dilakukan setiap tahun di daerah Lingsar, Kabupaten Lombok Barat.

Tradisi Perang Topat dianggap sebagai rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah. Perang Topat dimulai dengan ritual di Kemaliq di Pura Lingsar, kemudian melakukan tradisi saling lempar ketupat.

Kebudayaan suku Sasak

Suku Sasak memiliki kebudayaan yang unik dan menarik perhatian para wisatawan yang berkunjung ke Lombok. Berikut ini beberapa produk kebudayaan unik dari suku Sasak yang dapat kita lihat secara langsung.

– Gendang Beleq

Gendang Beleq merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Pulau Lombok. Gendang Beleq menjadi warisan budaya terdahulu yang masih dijaga dan dilestarikan sampai sekarang. Gendang Beleq digunakan saat hari-hari besar dan hajatan.

– Upacara Rebo Bontong

Kebudayaan ini merupakan ritual adat masyarakat Pringgabaya yang dilaksanakan sekali dalam setahun khususnya oleh masyarakat Pringgabaya. Kegiatan ini berupa mandi Safar atau mandi bersih agar terhindar dari penyakit.

Masyarakat Pringgabaya yakin bahwa sejak Malam Rabu hingga Hari Rabu pada minggu terakhir bulan Safar, Allah SWT mengirim banyak bala atau musibah berupa penyakit ke dunia sehingga masyarakat berbondong-bondong melakukan mandi Safar di pantai.

– Tari Tandang Mendet

Tari Tandang Mendet adalah seni yang berbentuk tarian dan masih dilestarikan hingga sekarang. Tari Tandang Mendet biasanya dimainkan oleh belasan orang yang diiringi dengan Gendang Beleq. Tarian ini dapat dikatakan sebagai sambutan ataupun tanda terimakasih yang ditunjukkan melalui bentuk tarian-tarian di suku Sasak.

Tenun Sasak

Suku Sasak juga memiliki keahlian dan ciri khas khusus dalam bertenun. Bagi suku Sasak,kain tenun amat berhubungan dengan budaya. Di beberapa desa yang masih mempertahankan adat, para perempuan lazim mengenakan kain tenun sebagai pakaian sehari-hari.

Selain itu, beberapa upacara adat dan keagamaan pun menggunakan kain adat sebagai sarananya. Karena menjadi bagian dari adat itu sendiri, keahlian menenun diwariskan dari generasi ke generasi suku Sasak sejak dini.

Maka tak jarang kita temui anak-anak perempuan berusia 9 tahun sudah aktif menenun. Maklum saja, bagi seorang wanita Sasak, kemampuan menenun adalah sebuah kewajiban, yang harus dimiliki sebelum berumah tangga.