KabarMakassar.com — Pengurus Organisasi DPD Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (AMPI) Jeneponto, Mustaufiq memberikan pandangan politiknya jelang Pemilihan Kepala Daerah di Butta Turatea.
Menurutnya, Pasca Pemilihan Umum 14 Februari 2024 lalu digelar, para pendekar elite politik di sejumlah daerah mulai memperlihatkan jurus dan teknik bertarungnya.
Hal ini wajar dan lumrah lantaran juara dalam pertarungan politik akan dimenangkan dengan strategi dan taktik yang mumpuni.
Sehingga kata Dia, Pilkada merupakan sebuah momentum masyarakat dalam menentukan arah pembangunan daerah selama 5 tahun ke depan.
Dimana masyarakat akan memilih pemimpin yang membawah aspirasi pembangunan daerah.
“Karena pada dasarnya, Cepat atau lambat pembangunan daerah ditentukan oleh keputusan politik,” cetusnya.
Oleh karena itu, masyarakat harus mengenali calon kepala daerah sebelum menggunakan hak pilihnya pada perhelatan pilkada serentak yang akan berlangsung pada 27 November 2024.
“Nantinya, pesta rakyat 5 tahunan tersebut akan menjadi pertarungan kekuatan geopolitik, strategi politik, dan komunikasi politik yang tentunya terus dinamis hingga deadline penentuan pasangan untuk di usung maju dalam gelanggang pertarungan dan inilah sejatinya demokrasi,” imbuh Pria yang kerap disapa bang Opick ini.
Bahkan dari catatan Abraham Lincoln pernah menasbihkan demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (democracy is goverment of the people, by the people, for the people) yang kemudian dikenal sebagai demokrasi modern.
Berangkat dari pemikiran ini, sehingga melahirkan sistem demokrasi perwakilan (representative democracy). Atau dengan kata lain Pengisian jabatan kepala daerah menggunakan pemilihan langsung (direct democracy).
“Tentunya dengan harapan akan terpilih pemimpin yang bijak dalam memimpin. Tidak hanya mampu bernarasi pada tataran konsep tetapi premature dalam aksi, tidak pula hanya mengandalkan financial tapi lemah dalam barganing politik,” tandasnya.
Dari segi pandangan politiknya, sejumlah politisi mulai mencuat, bahkan beberapa figur dari lintas generasi saat ini juga sudah mulai menjadi topik perbincangan di meja kopi sehingga hal ini dapat mengikis derasnya arus narasi hasil perhitungan KPU RI terhadap hasil Pemilu legislatif yang sudah berjalan beberapa waktu yang lalu.
Hal Ini pun menandakan bahwa, masyarakat mulai tergoda dan terimingi dengan tontonan atraksi setiap Bakal Calon Bupati maupun bakal Calon Wakil bupati ke depan.
Jika momentum ini di manfaatkan sebagai Coaching clinic politik maka kita boleh saja berekspektasi bahwa, ke depan akan muncul banyak figur yang hebat secara konsep dan jawara pada aksi.
Oleh sebab itu, Masyarakat harus cerdas melihat, memilih, dan memilah sosok yang memiliki visi dan misi membangun daerah dengan memanfaatkan potensi lokal sebagai episentrum pembangunan berkarakter local wisdom.
“Jika kita telah menakar dan menerka sejauh mana kemampuan dan potensi para figur jawara politik saat ini, maka keputusan akhirnya adalah bagaimana kita menjatuhkan pilihan dengan merujuk pada visi dan misi yang di tawarkan namun bukan sekedar dibibir sebagai pemanis dan tidak pula sebatas di telinga sebagai penyemangat semu,” jelasnya.
Semboyan itu pun harus dengan Visi misi yang membumi dan tidak melangit, harus dirasa tidak sekedar merasa, masyarakat butuh kepastian tidak sekedar janji penenang jiwa.
Sehingga menurutnya, beda pilihan itu wajar, tak sama dukungan manusiawi, tapi jalinan kekerabatan, persaudaraan, pertemanan, persahabatan jangan ternodai karena sebuah pesta yang pastinya hanya datang 5 tahun sekali.