kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Fokus Ketahanan Energi, Pemerintah Siapkan 21 Proyek Hilirisasi

Fokus Ketahanan Energi, Pemerintah Siapkan 21 Proyek Hilirisasi
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia saat memberikan keterangan pers (Dok : Ist).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Pemerintah terus mendorong hilirisasi industri nasional guna meningkatkan ketahanan energi, menciptakan lapangan kerja, dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Dalam pertemuan yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (03/03), disepakati 21 proyek hilirisasi tahap pertama dengan total investasi mencapai USD40 miliar.

Pemprov Sulsel

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyebutkan bahwa proyek-proyek ini mencakup sektor strategis seperti minyak dan gas, pertambangan, pertanian, dan kelautan.

“Kami telah memutuskan tahap pertama hilirisasi yang ditargetkan kurang lebih sekitar USD618 miliar, untuk di tahun 2025 yang tadi kami paparkan kurang lebih sekitar 21 proyek pada tahap pertama yang total investasinya kurang lebih sekitar USD40 miliar dan tadi kita sudah melakukan pembahasan secara detail termasuk di dalamnya adalah nama-nama proyek investasi apa saja yang akan kita lakukan,” ujar Bahlil dalam keterangan pers usai pertemuan.

Salah satu proyek utama yang akan dikerjakan adalah pembangunan fasilitas penyimpanan minyak di Pulau Nipah.

Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan energi nasional dengan target penyimpanan minyak yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri selama 30 hari, sesuai amanat Peraturan Presiden.

Selain itu, pemerintah juga akan membangun kilang minyak dengan kapasitas 500 ribu barel per hari. Kilang ini diharapkan menjadi salah satu fasilitas pengolahan minyak terbesar di Indonesia dan dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar minyak (BBM).

Di sektor gasifikasi batu bara, pemerintah menargetkan produksi Dimethyl Ether (DME) sebagai substitusi LPG. Bahlil menegaskan bahwa proyek ini akan dijalankan dengan pendekatan baru, yaitu memanfaatkan sumber daya dalam negeri tanpa ketergantungan pada investor asing.

“Sekarang kita tidak butuh investor negara semua lewat kebijakan Bapak Presiden dengan memanfaatkan resource dalam negeri. Yang kita butuh mereka adalah teknologinya, yang kita butuh uangnya capex-nya semua dari pemerintah dan dari swasta nasional, kemudian bahan bakunya dari kita, dan off taker-nya pun dari kita,” jelasnya.

Proyek DME ini akan dikembangkan di beberapa wilayah, seperti Sumatra Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan.

Selain DME, pemerintah juga akan memperkuat hilirisasi sektor pertambangan, termasuk pengolahan tembaga, nikel, dan bauksit hingga menjadi alumina. Sektor perikanan, pertanian, dan kehutanan juga masuk dalam prioritas hilirisasi nasional.

Presiden Prabowo telah menetapkan 26 sektor komoditas sebagai prioritas hilirisasi nasional, meliputi mineral, minyak dan gas, perikanan, pertanian, perkebunan, dan kehutanan.

Program ini diharapkan tidak hanya memperkuat ketahanan energi dan industri nasional, tetapi juga menciptakan banyak lapangan kerja bagi masyarakat.

“Pasti ini akan menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Cukup banyak angka-angkanya nanti kita akan umumkan pada kesempatan yang lain, tetapi yang jelas kita blending antara padat karya dan padat teknologi. Yang jelas, tujuan investasi itu kan dalam rangka menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas, menciptakan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan negara serta pertumbuhan ekonomi nasional kita,” kata Bahlil.

Pemerintah optimistis bahwa dengan perencanaan yang matang dan dukungan dari berbagai pihak, proyek-proyek hilirisasi ini akan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional serta memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.

harvardsciencereview.com
https://inuki.co.id