kabarbursa.com
kabarbursa.com

Wall Street Melemah, Suku Bunga Diprediksi Tak Bakal Turun

IHSG Melemah Sepekan, Perdagangan Saham BEI Tutup Pekan dengan Sentimen Bervariasi
Ilustrasi saham (Dok : Kabarmakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Indeks utama Wall Street mengalami penurunan tipis pada akhir perdagangan Jumat (7/6), menyusul data ketenagakerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan.

Data tersebut menandakan bahwa perekonomian masih kuat, namun memicu kekhawatiran bahwa Federal Reserve mungkin akan menunda penurunan suku bunga lebih lama dari yang diharapkan.

Pemprov Sulsel

Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average turun 87,18 poin atau 0,22% ke 38,798.99, S&P 500 turun 5,97 poin atau 0,11% ke 5,346.99, dan Nasdaq Composite turun 39,99 poin atau 0,23% ke 17,133.13.

Meski demikian, dalam sepekan terakhir, S&P 500 naik 1,32%, Nasdaq bertambah 2,38%, dan Dow meningkat 0,29%.

Saham Nvidia mengalami penurunan, memperpanjang kerugian dari sesi sebelumnya, sehingga valuasinya kembali turun di bawah angka US$ 3 triliun. Sementara itu, saham Lyft naik 0,6% setelah memperkirakan pertumbuhan pemesanan kotor tahunan sebesar 15% hingga tahun 2027.

Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 10,75 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 12,7 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.

Menurut laporan Departemen Tenaga Kerja AS, perekonomian menciptakan sekitar 272.000 pekerjaan pada bulan Mei, jauh lebih banyak dari perkiraan analis yang sebesar 185.000. Meskipun demikian, tingkat pengangguran naik sedikit menjadi 4%.

Setelah laporan ini dirilis, indeks acuan S&P 500 sempat tergelincir, dan imbal hasil Treasury AS naik karena para pedagang memangkas taruhan pada penurunan suku bunga di bulan September. Meskipun sempat pulih dan mencapai rekor tertinggi harian baru, indeks kembali terkoreksi.

Sektor utilitas, material, dan layanan komunikasi mencatat penurunan terbesar, sementara sektor keuangan dan teknologi mencatat kenaikan kecil.

Data ini menunjukkan penurunan suku bunga tidak akan terjadi dalam waktu dekat, dan dengan naiknya imbal hasil obligasi, ini memberikan tekanan pada perdagangan risk-on.

Hal ini menyesuaikan dengan lingkungan suku bunga yang mungkin lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Menurut alat FedWatch CME, kini para pedagang melihat peluang 56% penurunan suku bunga di bulan September. Investor juga akan mengamati data inflasi AS minggu depan serta pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve yang berakhir pada 12 Juni.