kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Diprediksi Menguat Tajam Pasca Isyarat Kebijakan Dovish The Fed

Optimisme Pasar terhadap Kabinet Baru Dorong Penguatan Rupiah
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan mengalami penguatan yang signifikan pada pekan depan, didorong oleh sinyal dovish yang disampaikan oleh Ketua Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat, Jerome Powell.

Pada penutupan perdagangan Jumat (23/08) kemarin, rupiah ditutup menguat di level Rp15.492 per dolar AS, menandai langkah awal dari tren positif yang diprediksi akan berlanjut.

Pemprov Sulsel

Rupiah akan terus menunjukkan penguatan. Menurutnya, pergerakan rupiah di pekan depan akan berada di kisaran Rp15.400 hingga Rp15.520 per dolar AS, dengan potensi penguatan yang tajam menjelang akhir pekan. Ada kemungkinan rupiah bisa mencapai level Rp15.000 pada Jumat (30/8) jika sentimen pasar tetap positif.

Penguatan rupiah ini didorong oleh sejumlah faktor, salah satunya adalah respons pasar terhadap risalah rapat Federal Reserve yang menunjukkan kecenderungan bank sentral AS untuk melonggarkan kebijakan moneter.

Dalam pidato yang disampaikan di Simposium Bank Sentral Jackson Hole, Wyoming, Powell mengisyaratkan kemungkinan pemotongan suku bunga di masa mendatang.

“Saatnya bagi kebijakan untuk disesuaikan,” tegas Powell,

Ia menambahkan bahwa arah dan kecepatan pemotongan suku bunga akan sangat bergantung pada perkembangan data ekonomi serta proyeksi risiko.

Sebagai dampaknya, indeks dolar AS (DXY), yang menjadi tolok ukur kekuatan mata uang dolar, bergerak turun. Pada perdagangan Jumat, DXY dibuka di level 101,36 setelah sebelumnya ditutup di 101,40. Penurunan ini memberikan ruang bagi mata uang-mata uang emerging markets, termasuk rupiah, untuk menguat.

Selain faktor eksternal, penguatan rupiah di pekan ini juga didukung oleh kondisi domestik, terutama setelah Presiden Joko Widodo melakukan reshuffle kabinet pada awal pekan.

Beberapa posisi menteri yang strategis mengalami pergantian, di antaranya Yasonna Laoly yang digantikan oleh Supratman Andi Agtas sebagai Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, serta Arifin Tasrif yang digantikan oleh Bahlil Lahadalia sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

Pergantian ini diharapkan dapat membawa stabilitas baru di pemerintahan, yang pada gilirannya memberikan dorongan positif bagi nilai tukar rupiah.

Meski demikian, rupiah sempat mengalami fluktuasi selama pekan kemarin, pada perdagangan Rabu (21/8), Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 6,25 persen, sebuah langkah yang sebenarnya diprediksi pasar.

Namun, alih-alih memperkuat rupiah, keputusan ini sempat membuat mata uang Garuda melemah, terutama setelah terjadi gejolak politik pada Kamis (22/8) ketika ribuan massa melakukan aksi demonstrasi di depan Gedung DPR. Akibatnya, rupiah sempat tertekan hingga menyentuh level Rp15.600 per dolar AS.

Namun, sentimen negatif tersebut berhasil diatasi dengan cepat, dan pada penutupan Jumat, rupiah kembali menunjukkan penguatan. Hal ini terjadi seiring dengan pernyataan Powell yang menenangkan pasar serta pemulihan sentimen di kawasan Asia.

Selain nilai tukar rupiah, sejumlah komoditas juga mengalami lonjakan harga yang signifikan pasca pernyataan Powell.

Rendahnya suku bunga serta melemahnya indeks dolar AS membuat harga komoditas seperti emas, perak, minyak (brent), dan crude palm oil (CPO) meroket. Harga emas tercatat naik sebesar 1,15%, perak menguat 2,87%, minyak (brent) melonjak 2,33%, dan CPO merangkak naik 1,07%.

Dengan kombinasi faktor eksternal yang mendukung serta stabilitas domestik yang diharapkan membaik, prospek penguatan rupiah pada pekan depan semakin kuat.

Investor dan pelaku pasar diharapkan untuk tetap memantau perkembangan lebih lanjut, terutama terkait data ekonomi yang akan dirilis baik dari dalam negeri maupun dari pasar global, yang bisa mempengaruhi arah pergerakan nilai tukar rupiah.

Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa penguatan nilai tukar rupiah saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh kuatnya fundamental ekonomi Indonesia daripada oleh faktor politik.

Menurut Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, kekuatan ekonomi nasional menjadi faktor utama yang diperhatikan oleh pelaku pasar dalam beberapa waktu terakhir.

“Faktor-faktor fundamental ekonomi menjadi lebih dominan dalam mempengaruhi pergerakan rupiah. Selama dua dekade terakhir, kami telah belajar banyak bahwa perkembangan politik cenderung memiliki dampak yang lebih kecil dibandingkan dengan faktor ekonomi, dan itulah yang disadari oleh pasar,” ujar Erwin.

Ia menjelaskan bahwa setelah meredanya ketidakstabilan global, investor kembali memasuki pasar keuangan domestik, menunjukkan kepercayaan yang tinggi terhadap prospek ekonomi Indonesia, baik dalam sektor riil maupun portofolio.

Erwin menambahkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia yang kuat dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang stabil di sekitar 5% meskipun ada ketidakpastian di pasar keuangan global. Selain itu, inflasi yang terkendali dalam kisaran target 2,5% plus minus 1% dalam jangka waktu yang lama juga mencerminkan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional.

“Jika kita melihat kombinasi antara faktor eksternal dan internal yang solid, inilah yang seharusnya menjadi pendorong utama pergerakan rupiah, khususnya dalam konteks arus modal. Oleh karena itu, pertimbangan politik kini relatif tidak sebesar sebelumnya,” kata Erwin.

Pada penutupan perdagangan Jumat (23/8), nilai tukar rupiah berhasil menguat 108 poin atau sekitar 0,69% menjadi Rp15.492 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.600 per dolar AS. Penguatan ini menegaskan bahwa ekonomi Indonesia, yang kini lebih stabil, mendapat perhatian lebih besar dari investor global maupun domestik.

Pada hari yang sama, sejumlah demonstrasi terjadi di beberapa daerah, termasuk Jakarta, Jawa Barat, Aceh, dan Makassar, terkait dengan pembahasan Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada). Meskipun demikian, Erwin menilai bahwa faktor-faktor politik domestik tidak lagi sebesar pengaruhnya terhadap nilai tukar rupiah karena adanya penguatan fundamental ekonomi.

Selain itu, BI juga melaporkan adanya aliran modal asing yang masuk bersih ke pasar keuangan domestik mencapai Rp15,91 triliun selama periode 19-22 Agustus 2024. Erwin mengungkapkan bahwa aliran modal ini terbagi atas pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp11,45 triliun, pasar saham sebesar Rp4,13 triliun, dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebesar Rp0,33 triliun.

PDAM Makassar