kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rupiah Bergerak Tipis di Awal Perdagangan, Tunggu Kebijakan The Fed

Rupiah Tertekan Sepekan Imbas Sentimen Global Tak Menentu
Ilustrasi Rupiah (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah di pasar spot menunjukkan pergerakan tipis pada awal perdagangan hari ini, Senin (08/07). Rupiah dibuka di level Rp16.270 per dolar Amerika Serikat (AS), melemah tipis 0,05% dibandingkan penutupan pada Jumat (05/07) kemarin yang berada di level Rp16.278 per dolar AS.

Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diprediksi akan fluktuatif pada sesi perdagangan hari ini. Para analis memperkirakan rupiah akan ditutup menguat pada rentang Rp16.220 hingga Rp16.320.

Pemprov Sulsel

Fokus utama saat ini tertuju pada data nonfarm payrolls yang dirilis pada Jumat (5/7) kemarin untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut mengenai arah suku bunga.

Alat CME Fedwatch menunjukkan bahwa para pedagang memperkirakan kemungkinan lebih dari 66% bahwa Federal Reserve akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September.

Namun, optimisme terhadap penurunan suku bunga teredam oleh sinyal hawkish dari The Fed. Risalah pertemuan bank sentral pada Juni menunjukkan bahwa para pengambil kebijakan masih skeptis terhadap penurunan suku bunga.

Data nonfarm payrolls juga akan memberikan isyarat yang lebih pasti mengenai kondisi pasar tenaga kerja, yang menjadi perdebatan utama bagi The Fed dalam mempertimbangkan penurunan suku bunga.

Pada akhir pekan lalu, Jumat (5/7), rupiah mengakhiri perdagangan dengan kenaikan 0,32% atau 52 poin ke posisi Rp16.277 per dolar AS, sementara indeks dolar tercatat naik 0,40% ke posisi 104,652. Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 52,50 poin atau 0,32% menjadi Rp16.277 per dolar AS.

Hingga pukul 09.00 WIB pada perdagangan hari ini, Senin (08/07) pergerakan mata uang di kawasan Asia bervariasi. Yen Jepang mencatat penguatan terbesar di Asia dengan kenaikan 0,19%.

Kemudian disusul oleh won Korea Selatan yang naik 0,13% dan baht Thailand yang meningkat 0,09%. Dolar Taiwan juga tercatat naik 0,03%, sementara dolar Hongkong menguat tipis 0,01% terhadap dolar AS.

Di sisi lain, peso Filipina mengalami pelemahan terdalam di Asia, turun 0,07%. Dolar Singapura melemah 0,03% dan yuan China turun tipis 0,004% pada pagi ini.

Penguatan rupiah diperkirakan akan didorong oleh beberapa faktor. Pertama, rilis data tenaga kerja AS yang kurang baik, seperti average hourly earnings, unemployment rate, dan nonfarm payrolls, dapat meningkatkan kekhawatiran akan memburuknya ekonomi dan diharapkan segera direspon dengan penurunan suku bunga The Fed.

Data nonfarm payrolls AS adalah salah satu indikator fundamental yang banyak dijadikan rujukan oleh para investor terkait kesehatan ekonomi AS.

Sebab, data ini memberi gambaran terkait jumlah penyerapan tenaga kerja baru di AS. Average hourly earnings adalah pendapatan rata-rata pekerja per jam.

Sementara unemployment rate adalah tingkat pengangguran dalam persentase dengan membagi jumlah individu yang menganggur dibandingkan total individu di satu wilayah dalam satu angkatan kerja.

Kedua, terpilihnya Keir Starmer sebagai Perdana Menteri Inggris yang diharapkan dapat memberikan stabilitas politik dan ekonomi di Inggris.

Ketiga, kenaikan cadangan devisa Indonesia pada periode Juni 2024 sebesar US$ 1,2 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Keempat, kemungkinan rilis data kepercayaan konsumen Indonesia yang diharapkan lebih baik dibanding bulan sebelumnya.

Namun, penguatan rupiah kemungkinan akan terbatas karena investor mengantisipasi beberapa data ekonomi AS yang akan dirilis minggu depan, seperti inflasi dan pidato Ketua The Fed, Jerome Powell. Kebijakan moneter dan pidato para pejabat The Fed masih menjadi fokus utama pasar dalam menentukan arah pergerakan dolar AS dan rupiah.

Berikut kurs rupiah hari ini di lima bank besar di Indonesia:
– Bank Mandiri: Jual Rp16.275, Beli Rp16.255
– BNI: Jual Rp16.420, Beli Rp16.150
– BCA: Jual Rp16.280, Beli Rp16.260
– CIMB Niaga: Jual Rp16.273, Beli Rp16.262
– BRI: Jual Rp16.280, Beli Rp16.255

Dengan berbagai faktor yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah, investor diimbau untuk tetap waspada dan terus memantau perkembangan data ekonomi global serta kebijakan moneter dari bank sentral utama. Kondisi pasar yang dinamis dan penuh ketidakpastian memerlukan strategi investasi yang bijak dan perencanaan yang matang.

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) menilai bahwa cadangan devisa yang dimiliki saat ini cukup memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal, menjaga stabilitas makroekonomi, dan memperkuat sistem keuangan.

Dalam rangka memperkuat ketahanan eksternal, BI terus bersinergi dengan pemerintah. Asisten Gubernur BI, Erwin Haryono, menyatakan bahwa kenaikan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak dan jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah. Hal ini dilakukan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

BI juga menyatakan bahwa peningkatan cadangan devisa ini sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian nasional dan imbal hasil investasi yang menarik.

Besarnya cadangan devisa ini disambut positif oleh para pelaku pasar karena mampu meredam tekanan terhadap rupiah dan menjaga stabilitasnya. Ketika rupiah kembali stabil, hal ini memberikan dampak positif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Kenaikan cadangan devisa yang dilakukan oleh BI memberikan dampak positif pada IHSG, yang tetap berada di zona hijau pada perdagangan terakhir. Pada pekan pertama semester II-2024, IHSG melompat ke level 7.253,37 setelah menutup perdagangan pekan ini dengan kenaikan 0,45% pada Jumat (5/7).

Secara mingguan, IHSG mengakumulasi penguatan 189,79 poin atau melejit 2,69%. Hampir semua indeks menguat di pekan ini, dengan hanya dua indeks yang melemah, yakni infrastruktur yang turun tipis 0,01% dan kesehatan yang merosot 0,57%.

Sektor dengan kenaikan paling tinggi dipimpin oleh sektor industri (6,17%), energi (5,86%), serta transportasi dan logistik (4,96%). Kembalinya capital inflow dari investor asing mengembuskan angin segar bagi IHSG, dengan akumulasi beli bersih (net buy) senilai Rp2,63 triliun sepanjang pekan ini.