kabarbursa.com
kabarbursa.com

IHSG Anjlok Sepekan, Investor Asing Ramai Tarik Dana

IHSG Anjlok Sepekan, Investor Asing Ramai Tarik Dana
Ilustrasi Saham (Dok: KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pekan ini menghadapi tekanan yang cukup signifikan, dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) mencatatkan penurunan tajam. Aksi jual besar-besaran oleh investor asing menjadi faktor utama yang menekan kinerja bursa domestik.

Berdasarkan data perdagangan BEI sepanjang periode 11-15 November 2024, IHSG turun sebesar 1,73%, terperosok ke level 7.161 dari posisi 7.287 pada penutupan pekan sebelumnya. Pelemahan ini mencerminkan ketidakpastian yang masih menyelimuti pasar global dan arus keluar modal asing (capital outflow) yang semakin deras.

Pemprov Sulsel

Kapitalisasi Pasar dan Transaksi Harian Terpengaruh

Tak hanya IHSG, kapitalisasi pasar saham di BEI juga mengalami penurunan yang cukup signifikan. Kapitalisasi pasar turun sebesar 1,46% menjadi Rp12.063 triliun dari Rp12.241 triliun pada pekan sebelumnya. Kondisi ini mengindikasikan tekanan jual yang kuat di berbagai sektor, terutama saham-saham unggulan.

Namun, di tengah penurunan IHSG dan kapitalisasi pasar, ada secercah optimisme dari peningkatan aktivitas perdagangan. Rata-rata nilai transaksi harian justru naik 5,09%, mencapai Rp12,28 triliun dibandingkan Rp11,67 triliun pada pekan sebelumnya. Selain itu, volume transaksi harian juga melonjak signifikan hingga 48,51%, dari 21,54 miliar saham menjadi 31,99 miliar saham. Lonjakan ini menunjukkan masih adanya minat investor lokal untuk bertransaksi, meskipun tekanan dari investor asing cukup berat.

Sebaliknya, rata-rata frekuensi transaksi harian sedikit terkoreksi, turun tipis sebesar 1,77% menjadi 1,28 juta kali transaksi dari 1,3 juta kali transaksi pada pekan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan adanya pergeseran pola perdagangan, dengan investor lebih fokus pada volume daripada frekuensi transaksi.

Investor Asing Lepas Saham, Net Sell Meningkat

Tekanan jual dari investor asing semakin memperburuk situasi. Pada perdagangan Jumat (15/11/2024), investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp517,12 miliar. Akumulasi aksi jual ini semakin menekan posisi beli bersih (net buy) investor asing sepanjang tahun berjalan menjadi Rp29,11 triliun, turun dari posisi sebelumnya.

Sementara itu, aliran modal keluar juga terlihat dari data Bank Indonesia (BI) yang mencatat arus keluar bersih di pasar saham dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) mencapai Rp7,42 triliun selama periode 11-14 November 2024.

Meskipun Tertekan, IPO Tetap Ramai

Di tengah tekanan pasar, BEI masih menunjukkan daya tarik bagi perusahaan yang ingin melantai di bursa. Dalam sepekan terakhir, terdapat tiga perusahaan baru yang mencatatkan saham perdana (Initial Public Offering/IPO). PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ), yang bergerak di sektor barang baku logam dan mineral, resmi menjadi perusahaan ke-37 yang mencatatkan sahamnya di BEI pada tahun 2024 pada Senin, 11 November.

Tak ketinggalan, PT Newport Marine Services Tbk (BOAT) turut meramaikan Papan Pengembangan BEI pada Selasa, diikuti oleh PT Adiwarna Anugerah Abadi Tbk (NAIK), yang fokus pada perdagangan dan jasa sistem proteksi kebakaran, pada Rabu. Antusiasme dari sektor korporasi untuk go public menunjukkan bahwa potensi pasar modal Indonesia masih cukup menjanjikan meskipun sedang berada dalam tekanan.

Dominasi Obligasi dan Sukuk

Di sisi lain, pasar obligasi dan sukuk juga menunjukkan performa yang stabil. Sepanjang tahun 2024, BEI telah mencatatkan 121 emisi obligasi dan sukuk dari 73 emiten, dengan total nilai mencapai Rp112,13 triliun. Secara keseluruhan, terdapat 589 emisi obligasi dengan nilai outstanding sebesar Rp465,41 triliun dan USD86,02 juta yang diterbitkan oleh 132 emiten.

Selain itu, Surat Berharga Negara (SBN) yang tercatat di BEI berjumlah 191 seri dengan nilai total Rp6.035 triliun dan USD502,10 juta. BEI juga telah mencatatkan 8 emisi Efek Beragun Aset (EBA) senilai Rp2,70 triliun.

Kondisi pasar saham Indonesia saat ini memang sedang tertekan, namun masih ada harapan dari sisi peningkatan transaksi harian dan minat IPO yang tinggi. Para analis menilai bahwa meskipun IHSG sedang dalam tren penurunan, pasar masih berpotensi bangkit apabila stabilitas makroekonomi dan sentimen global membaik.

Ke depan, investor akan mencermati langkah-langkah strategis dari pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas pasar serta meredam dampak dari aliran modal keluar. Dengan prospek ekonomi yang masih solid, BEI diharapkan mampu kembali menguat menjelang akhir tahun.