KabarMakassar.com — Disleksia merupakan gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Penderita disleksia akan memiliki kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan serta mengubahnya menjadi huruf atau kalimat.
Hal ini masuk dalam gangguan saraf pada bagian otak yang memproses bahasa. Kondisi ini dapat dialami oleh anak-anak hingga orang dewasa. Meskipun disleksia menyebabkan kesulitan dalam belajar, penyakit ini tidak memengaruhi tingkat kecerdasan penderitanya.
Berdasarkan laman resmi Alodokter yang merupakan mitra resmi Kementerian Kesehatan, disleksia dapat menimbulkan gejala yang bervariasi, tergantung pada usia dan tingkat keparahannya.
Pada balita, gejala dapat sulit dikenali, tetapi setelah anak mencapai usia sekolah, gejalanya akan mulai terlihat, terutama saat anak belajar membaca.
Gejala yang muncul dapat terbagi menjadi dua berdasarkan waktu kemunculannya, yaitu:
1. Gejala disleksia pada anak
Lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad, perkembangan bicara yang lebih lamban dibandingkan anak seusianya, sering menulis terbalik, misalnya menulis ‘pit’ saat diminta menulis ‘tip’, sulit dalam membedakan huruf tertentu saat menulis, misalnya ‘d’ dengan ‘b’ atau ‘p’ dengan ‘q’.
Selain keluhan tersebut, anak dengan disleksia dapat mengalami kesulitan dalam sejumlah aktivitas seperti, memproses dan memahami apa yang didengar, menemukan kata yang tepat untuk menjawab suatu pertanyaan, mengeja, membaca, menulis, dan berhitung, mengingat huruf, angka, dan warna, mengucapkan kata yang tidak umum, memahami tata bahasa dan memberi imbuhan pada kata.
2. Disleksia pada remaja dan dewasa
Pada remaja dan orang dewasa, disleksia dapat menyebabkan penderitanya sering salah mengucapkan nama atau kata, dan kesulitan dalam membaca atau menulis. Oleh sebab itu, penderita cenderung menghindari aktivitas membaca dan menulis.
Disleksia juga dapat menyebabkan penderita kesulitan dalam mengeja, memahami lelucon atau ungkapan kata yang memiliki makna lain (idiom), seperti “kambing hitam”, menyimpulkan suatu cerita, mempelajari bahasa asing, mengingat sesuatu, menghitung.
Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan disleksia, tetapi kondisi ini diduga terkait dengan kelainan genetik yang memengaruhi kinerja otak dalam membaca dan berbahasa. Sejumlah faktor yang diduga memicu kelainan genetik tersebut adalah, riwayat disleksia gangguan belajar lain pada keluarga, kelahiran prematur atau terlahir dengan berat badan rendah dan paparan nikotin, alkohol, NAPZA, atau infeksi pada masa kehamilan.
Meskipun disleksia tergolong penyakit yang tidak dapat disembuhkan, tetapi deteksi dan penanganan sejak usia dini terbukti efektif meningkatkan kemampuan penderita dalam membaca. Salah satu metode yang paling efektif dalam meningkatkan kemampuan baca tulis penderita disleksia adalah fonik.
Metode fonik berfokus meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi dan memproses suara. Dalam metode fonik, penderita akan diajari untuk, mengenali bunyi kata yang terdengar mirip, seperti ‘pasar’ dan ‘pagar’, mengeja dan menulis, mulai dari kata sederhana hingga kalimat yang rumit, memahami huruf dan susunan huruf yang membentuk bunyi tersebut, membaca kalimat dengan tepat dan memahami makna yang dibaca, menyusun kalimat dan memahami kosakata baru.
Penanganan disleksia pada anak
- Membaca dengan suara keras di hadapan anak, langkah ini akan lebih efektif bila dilakukan pada anak usia 6 bulan atau kurang. Jika anak sudah cukup dewasa, ajak ia membaca cerita bersama-sama.
- Beri semangat pada anak agar berani membaca, hilangkan ketakutan anak untuk membaca. Dengan rutin membaca, maka kemampuan baca anak akan meningkat.
- Bekerja sama dengan guru di sekolah, bicarakan kondisi anak dengan gurunya, kemudian diskusikan cara yang paling tepat untuk membantu anak agar berhasil dalam pelajaran. Rutinlah berkomunikasi dengan guru agar Anda mengetahui perkembangan anak di sekolah.
- Bicara dengan anak tentang kondisinya, beri pemahaman pada anak terkait kondisi yang dialaminya. Beri tahu juga bahwa kondisi yang dialaminya dapat diperbaiki sehingga anak semangat untuk belajar.
- Batasi menonton televisi, batasi waktu anak menonton televisi dan sediakan waktu lebih banyak untuk belajar membaca.
- Bergabung dengan support group
Bergabunglah dengan kelompok dukungan dengan kondisi yang sama. Pengalaman orang tua lain yang anaknya menderita disleksia dapat memberikan pelajaran berharga untuk meningkatkan kemampuan anak.
Penanganan disleksia pada orang dewasa
- Melatih atau membimbing pasien secara rutin, agar kemampuan pasien dalam membaca meningkat
- Membantu pasien mempelajari, mengelola, dan mengatasi masalah yang menyebabkan disleksia di tempat kerja dengan terapi okupasi
- Membacakan perintah yang tertulis, untuk menghindari kesalahan pasien dalam melakukan perintah tersebut
- Memanfaatkan fitur-fitur teknologi yang dapat memudahkan pasien dalam bekerja, seperti memakai alat perekam ketika rapat, atau menggunakan aplikasi yang dapat mengubah tulisan menjadi kata-kata atau sebaliknya.