KabarMakassar.com — Direktorat Polairud Polda Sulbar kembali merilis hasil tangkapan kasus bom ikan, kali ini petugas mengamankan tiga tersangka dan 88 bahan peledak.
Diketahui tersangka bom ikan berinisial BS (1983), AM (1978) dan DT (1982), ketiganya merupakan nelayan yang berasal dari Balikpapan Kalimantan Timur.
Kegiatan press rilis itu, dihadiri langsung PLH Gubernur, Kapolda, Danrem 142 Tatag,, Danlanal Mamuju, Dir Polairud, Kadis Perikanan Provinsi, Kadis Lingkungan Hidup Provinsi Sulbar, Kamis (16/5) di Baruga Tribrata Polda Sulbar.
Kapolda Sulbar Irjen Pol Adang Ginanjar menjelaskan, kronologi penangkapan terhadap tiga tersangka, berawal dari kegiatan patroli rutin yang gelar oleh personel Polairud ke perairan pulau Balabalakang, Kecamatan Balabalakang Kabupaten Mamuju pada hari Sabtu (11/5/24) lalu.
Selanjutnya, pada hari Senin tanggal 13 Mei 2024 sekira pukul 09.00 Wita di Koordinat (2°27’’163″ LS & 117°19’42″2 BT) tim patroli melihat ada kapal yang mencurigakan. Saat kapal tim akan mendekat, Kapal tersebut langsung tancap gas kemudian tim melakukan pengejaran menggunakan perahu karet.
“Kita gunakan kapal nelayan untuk melakukan pengejaran, begitu dapat informasi, kita tangkap dengan gunakan kapal nelayan,” katanya.
Alhasil kapal yang dikejar oleh tim patroli Ditpolairud di temukan dengan posisi akan berlabuh di salah satu pulau di Kecamatan Balabalakang yakni pulau Samataha.
Tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, tim langsung memeriksa kapal beserta muatannya dan menemukan adanya botol kaca dan botol plastik di bagian depan lambung kapal dan setelah diperiksa secara cermat, tim menduga bahwa isi dalam botol kaca dan plastik itu adalah bahan peledak.
“Dekat dengan perbatasan Mamuju dan Balikpapan, kita masih dalam pengembangan, dan mencari pelaku lain,” ungkapnya.
Dari interogasi awal yang dilakukan kepada Juragan kapal yaitu BS, pihaknya juga mengakui bahwa isi dalam botol kaca dan botol Plastik tersebut adalah bahan peledak jenis bom ikan.
“Bahan peledak nya dibeli di salah satu toko di Kalimantan, kemudian di rakit,”imbuhnya.
Atas perbuatannya, BS dan dua rekannya yang diamankan petugas dijerat dengan dua pasal yaitu pasal 1 ayat 1 undang-undang darurat nomor 12 tahun 1951 dengan ancaman hukuman penjara seumur hidup atau hukuman dua puluh tahun penjara.
Pasal lainnya yaitu pasal 84 ayat 1 undang-undang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling banyak Rp1.200.000.000,00 (satu miliar dua ratus juta rupiah).
Untuk Barang Bukti yang di amankan petugas berupa botol kaca bekas bir yang diduga berisi Handak sebanyak 34 botol, Botol Plastik bekas Aqua yang diduga berisi Handak sebanyak 40 botol dan 14 botol yang sudah dirakit dengan pemberat.
Barang bukti lainnya berupa perahu kayu, selang kompresor, Sepatu katak, detonator atau sumbu rakitan.
Sama seperti pengungkapan sebelumnya, diketahui bahwa peledak bom ikan dirakit sendiri dengan campuran pupuk cantik, korek api kayu, cat perak yang diisi dalam wada botol kaca dan plastik.
Kapolda Sulbar terus berkomitmen melakukan upaya terbaik seperti patroli dan koordinasi dengan pihak terkait untuk memberantas aksi bom ikan di Sulbar demi menjaga ekosistem laut.
Harapannya, lewat upaya tersebut aksi bom ikan yang tentu sangat berbahaya dapat diminimalisir hingga diberantas ke akar-akarnya.