KabarMakassar.com — Universitas Hasanuddin (Unhas) kembali melahirkan pusat kajian riset, berupa Pusat Kajian Riset Geopark Indonesia yang dibahas pada Seminar Nasional Geopark yang berlangsung di Hotel Unhas, Sabtu (24/08).
Seminar yang merupakan rangkaian kegiatan Dies Natalis Unhas ke-68 ini dilanjutkan dilanjutkan dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Unhas dengan UG Geopark Maros-Pangkep.
Wakil Rektor Bidang IV Unhas, Prof Adi Maulana mengatakan, inisiasi pembentukan pusat kajian riset geopark ini merupakan gagasan pendirian pusat riset yang baru pertama kalinya di Indonesia.
Prof Adi Maulana menjelaskan urgensi seminar nasional geopark ini kaitannya dengan pelestarian keanekaragaman hayati dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan kawasan secara berkelanjutan, terutama Geopark Maros-Pangkep yang ada di wilayah Sulawesi Selatan.
Dalam pemaparan materinya, Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan dan Bisnis ini menjelaskan struktur geologis batuan pembentuk geopark yang ada di Sulawesi Selatan yang beragam.
“Struktur batuan yang berbeda-beda ini kemudian membentuk geosite yang beraneka ragam dengan keunikannya masing-masing yang potensil untuk pengembangan pariwisata,” kata Prof. Adi.
Seminar nasional geopark ini juga menampilkan panelis lainnya A. Sapri Pamulu yang memaparkan materi “Geoheritage, aspairing Geopark Walanae”, Dr. Hendra Pachri dengan topik “Peran serta informasi geologi dalam pengembangan kawasan geopark di Sulawesi-Selatan”.
Selanjutnya, Dr. Yadi Mulyadi memaparkan “Warisan budaya dan arkeologi dalam konteks geopark”, Aries Kusworo dengan topik “Membangun geopark nasional” dan Sudarmin menyampaikan “Peran industri pertambangan dalam pengembangan dan perkembangan Geopark Matano,”.
Panelis akhir GM Geopark Maros-Pangkep Dedy Irfan Bachry memaparkan “Maros Pangkep Unesco global geopark, kolaborasi pentahelix dalam pengelolaan kawasan yang mengedepankan edukasi konservasi dan pemberdayaan masyarakat”.
Acara ini kemudian diakhir dengan pembacaan Deklarasi Pusat Kajian Riset Geopark Indonesia oleh Dekan Fakultas Ilmu Budaya Prof. Dr. Akin Duli.