kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Sawah Tergenang Air, Mahasiswa Unhas Luncurkan Inovasi Padi Apung di Maros

Sawah Tergenang Air, Mahasiswa Unhas Luncurkan Inovasi Padi Apung di Maros
(Foto : IST).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Mahasiswa Universitas Hasanuddin yang tergabung dalam Tim Program Penguatan Kapasitas Organisasi Mahasiswa (PPK Ormawa) Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (KPI) 2024 telah meluncurkan proyek budidaya padi apung sebagai upaya memperkuat ketahanan pangan di Desa Moncongloe, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

Proyek ini dilaksanakan melalui sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat setempat pada 13-14 Juli 2024, dengan tujuan meningkatkan produksi padi di daerah tersebut menggunakan teknologi inovatif dan ramah lingkungan.

Pemprov Sulsel

Ketua Tim PPK Ormawa KPI Unhas, Raka Anom Fatahilah menjelaskan bahwa Desa Moncongloe dipilih sebagai lokasi pengabdian setelah proses identifikasi oleh tim.

Mahasiswa Teknik Industri Unhas ini menyebut Desa Moncongloe memiliki potensi besar dengan 51,3% dari 4.738 jiwa masyarakatnya berprofesi sebagai petani dan luas lahan sawah mencapai 128 hektar.

Namun, masalah serius yang dialami adalah banjir yang merendam sekitar 30 hektar sawah sejak 2022 akibat pembangunan perumahan yang menutup saluran irigasi,

Sebagai respons terhadap masalah ini, Tim PPK Ormawa UKM KPI Unhas menginisiasi Program Galung Mawang: “Padi Apung sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Pangan dalam Mendorong Percepatan Sustainable Development Goals (SDGs).

Program ini didukung langsung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan fokus pada pengabdian masyarakat dan pembinaan organisasi mahasiswa di seluruh Indonesia.

Program ini juga dibimbing dan dipantau langsung oleh UKM Keilmuan dan Penalaran Ilmiah (KPI Unhas) dan Universitas Hasanuddin dengan evaluasi bulanan.

“Program ini bertujuan memberikan alternatif pertanian yang adaptif terhadap banjir. Kami menghadirkan inovasi budidaya padi apung sebagai upaya penguatan ketahanan pangan di Desa Moncongloe,” ungkap Raka, Selasa (16/07)

Lebih lanjut, Raka menjelaskan bahwa peran stakeholder sangat penting untuk keberlanjutan program ini, termasuk Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Maros, Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Moncongloe, Kepala Stasiun Klimatologi Sulawesi Selatan, dan perangkat desa setempat.

Tim ini juga bersinergi dengan anggota Program Youth Entrepreneurship and Employment Support Services (YESS) Kecamatan Moncongloe yang merupakan petani milenial berusia 18-30 tahun.

Sebelum adanya inovasi budidaya padi apung, persawahan di Desa Moncongloe kata Raka tidak menghasilkan produksi karena genangan air setinggi 30-50 cm.

Akibatnya, ekonomi petani memburuk dan beberapa bahkan menjual lahan mereka karena tidak dapat diolah lagi menjadi lahan yang menghasilkan nilai ekonomi dan sumber pangan mereka

“Program Galung Mawang ini menjadi solusi pertama di Sulawesi Selatan yang menawarkan manfaat seperti ketahanan terhadap banjir, panen 3-4 kali setahun, dan penggunaan media tanam hingga enam kali masa tanam. Budidaya padi apung juga dapat diintegrasikan dengan budidaya mina padi, memberikan simbiosis mutualisme antara ikan dan padi,” jelas Raka.

Kegiatan sosialisasi penerapan budidaya padi apung telah diselenggarakan di Sekretariat Kelompok Tani Biring Je’ne 1 pada 13 Juli 2024.

Dalam sosialisasi ini, buku manual telah dibagikan kepada petani terdampak dan dibentuk Kelompok Masyarakat Sinergi (KEMASI) untuk melanjutkan keberlangsungan budidaya.

Pelatihan penerapan di lokasi sawah yang tergenang dilakukan pada 14 Juli 2024, melibatkan petani dalam pembuatan dan perakitan padi apung dari awal hingga akhir.

“Tantangan utama kami adalah memberikan pemahaman utuh kepada petani mengenai manfaat dan perawatan budidaya padi apung ini. Kami membutuhkan peran seluruh stakeholder untuk membantu menggalakkan dan menyebarluaskan informasi penerapan budidaya ini ke seluruh petani yang lahannya terdampak banjir,” tambah Raka.

Proses persiapan budidaya padi apung ini diawali dengan survei, audiensi, dan identifikasi masalah sejak awal Mei, diikuti dengan proses persemaian benih di akhir Juni, dan pengadaan barang serta pengolahan tanah pada awal Juli.

Program ini akan terus dipantau dan dievaluasi hingga panen yang direncanakan pada Oktober nanti.

Tim dalam penelitian ini terdiri dari dosen pendamping Muh. Adnan Kasogi, dan sejumlah mahasiswa diantaranya Raka Anom Fatahilah (S1 Teknik Industri), Nurnafia Sukara (S1 Teknik Industri), Muh. Chairul Sahar (S1 Teknik Informatika), Rizky (S1 Administrasi Publik), Muhajril (S1 Sosiologi), Romi Ekasaputra (S1 Ilmu Politik), Nurhamdini (S1 Agroteknologi), Cici Nur Fadilah (S1 Agroteknologi), Wa Ode Sahara (S1 Agroteknologi), Muh. Irfan (S1 Agroteknologi) dan Achmad Kautsar Baharuddin (S1 Agroteknologi)