KabarMakassar.com — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan signifikan, dipicu oleh penurunan inflasi AS yang lebih rendah dari ekspektasi pasar.
Berdasarkan data dari Refinitiv, rupiah menguat 0,34% menjadi Rp16.135 per dolar AS pada perdagangan terakhir Jumat (11/07) kemarin. melanjutkan tren penguatan sejak 3 Juli 2024. Secara mingguan, rupiah mengalami apresiasi sebesar 0,86%.
Inflasi AS dan Dampaknya terhadap Kebijakan The Fed
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) naik 3% year-on-year (yoy) pada Juni 2024, turun dari 3,3% pada bulan sebelumnya. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memperkirakan inflasi di angka 3,1%. Secara bulanan (month-to-month/mtm), IHK mencatat deflasi 0,1%, deflasi pertama sejak Mei 2020.
Inflasi inti AS juga menunjukkan penurunan, menjadi 3,3% yoy dari 3,4% pada bulan sebelumnya. Data inflasi yang lebih rendah ini menunjukkan adanya perkembangan disinflasi yang konsisten di AS. Kondisi ini meningkatkan ekspektasi pasar akan pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, The Fed.
Survei CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa pasar memperkirakan akan ada dua kali pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada tahun ini, dengan total penurunan sebesar 50 basis poin (bps), yang diperkirakan akan dimulai pada September 2024. Ekspektasi pemangkasan suku bunga ini menjadi angin segar bagi pasar keuangan domestik, termasuk bagi rupiah, karena tekanan terhadap mata uang Garuda akan semakin minim.
Dampak terhadap Rupiah dan Pasar Keuangan Domestik
Penguatan rupiah ini terjadi di tengah volume perdagangan obligasi pemerintah Indonesia yang meningkat. Pada Kamis, volume perdagangan tercatat sebesar Rp15,7 triliun, naik dibandingkan volume perdagangan hari sebelumnya sebesar Rp14,3 triliun. Kondisi ini menunjukkan tingginya minat investor terhadap obligasi pemerintah Indonesia, yang juga dipicu oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.
Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) mengalami kenaikan tipis sebesar 0,02% menjadi 104,46 pada pukul 14:58 WIB, dibandingkan posisi sebelumnya di angka 104,44. Meski demikian, pelemahan dolar AS secara keseluruhan memberikan ruang bagi penguatan rupiah.
Para analis memperkirakan bahwa rupiah akan berada di rentang Rp16.075 hingga Rp16.175 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Kondisi ini menunjukkan optimisme pasar terhadap stabilitas rupiah di tengah dinamika ekonomi global.
Meskipun kondisi inflasi AS yang melandai memberikan sentimen positif bagi pasar, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah ketidakpastian mengenai arah kebijakan The Fed dalam jangka panjang. Jika inflasi AS kembali meningkat, The Fed mungkin mempertimbangkan untuk menunda atau bahkan membatalkan rencana pemangkasan suku bunga. Kondisi ini dapat memberikan tekanan baru bagi rupiah.
Selain itu, dinamika harga minyak mentah global juga dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah. Kenaikan harga minyak mentah dapat meningkatkan tekanan inflasi domestik, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi stabilitas rupiah.
Namun, di sisi lain, Indonesia memiliki peluang untuk memperkuat fundamental ekonominya melalui kebijakan fiskal dan moneter yang tepat. Pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus mengawasi perkembangan ekonomi global dan domestik serta siap mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan nilai tukar rupiah.
Di pasar spot, rupiah tampil perkasa sejak awal perdagangan Jumat (12/7) kemarin, rupiah spot dibuka di level Rp16.138 per dolar AS, menguat 0,35% dibanding penutupan hari sebelumnya di Rp16.195 per dolar AS. Pergerakan ini berbanding terbalik dengan mayoritas mata uang di Asia.
Kurs Dollar Terhadap Rupiah di Bank-Bank Besar
Pergerakan nilai tukar rupiah juga tercermin pada kurs dollar yang ditawarkan oleh beberapa bank besar di Indonesia. Berdasarkan informasi dari situs BCA yang diperbarui pada pukul 09.10 WIB Jumat (12/07), tingkat kurs dollar terhadap rupiah e-rate adalah sebagai berikut:
– Kurs beli: Rp16.145 per dolar AS
– Kurs jual: Rp16.165 per dolar AS
Untuk tingkat kurs dollar terhadap rupiah TT counter di BCA:
– Kurs beli: Rp15.965 per dolar AS
– Kurs jual: Rp16.265 per dolar AS
Tingkat kurs dollar terhadap rupiah bank notes di BCA:
– Kurs beli: Rp15.965 per dolar AS
– Kurs jual: Rp16.265 per dolar AS
Di laman resmi Bank Mandiri, nilai tukar rupiah terhadap dolar adalah:
– Kurs jual: Rp16.120
– Kurs beli: Rp16.100
Sementara itu, di laman resmi Bank BRI, nilai tukar rupiah terhadap dolar adalah:
– Tingkat kurs dollar terhadap rupiah e-rate:
– Kurs beli: Rp16.138 per dolar AS
– Kurs jual: Rp16.158 per dolar AS
– Tingkat kurs dollar terhadap rupiah TT counter:
– Kurs beli: Rp16.080 per dolar AS
– Kurs jual: Rp16.230 per dolar AS
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar mata uang merupakan variabel ekonomi makro yang sangat penting, karena pergerakannya dapat mempengaruhi stabilitas ekonomi. Nilai tukar memungkinkan suatu negara untuk bertransaksi dengan dunia luar, namun juga membawa risiko karena nilai mata uang setiap negara tidak sama dan dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran di pasar uang.
Perdagangan internasional yang melibatkan interaksi antara negara-negara menyebabkan risiko perubahan nilai tukar mata uang akibat ketidakpastian. Perubahan nilai tukar ini berdampak langsung pada harga barang dan jasa di dalam negeri.
Ekspor, sebagai faktor ekonomi makro lainnya, berkontribusi pada peningkatan permintaan mata uang lokal terhadap mata uang asing, sehingga menguatkan nilai tukar mata uang lokal. Ekspor berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi, dimana tingginya posisi nilai rupiah mempengaruhi nilai laba bagi pelaku ekspor dan impor.
Ketika rupiah berada di titik terendah, pelaku ekonomi cenderung mengekspor barang atau jasa ke luar negeri, dan sebaliknya. Perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kondisi makroekonomi suatu negara seperti tingkat inflasi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan pertumbuhan ekonomi.
Selain faktor internal, seperti suku bunga dan tingkat penyaluran kredit, faktor eksternal seperti ekspor dan impor juga memainkan peran penting dalam perubahan nilai tukar rupiah. Stabilitas dan perkembangan ekonomi domestik dan internasional menjadi penentu utama dalam pergerakan nilai tukar mata uang.
Performa rupiah yang menguat pada perdagangan Jumat ini menunjukkan kestabilan dan ketahanan ekonomi Indonesia di tengah dinamika global. Dengan terus memantau faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar, diharapkan ekonomi Indonesia dapat terus tumbuh dan memberikan manfaat yang luas bagi seluruh masyarakat.