kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Uniknya Tradisi Mappadendang dan Mattojang, Pesta Pasca Panen Raya di Desa Pacekke Barru

Uniknya Tradisi Mappadendang dan Mattojang, Pesta Pasca Panen Raya di Desa Pacekke Barru
(Foto : IST).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Warga di Dusun Kading Desa Pacekke Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru Sulawesi Selatan (Sulsel) memiliki tradisi unik dalam merayakan pesta panen raya padi.

Tradisi ini dikenal dengan istilah ‘Mappadendang’ dan ‘Mattojang’.

Pemprov Sulsel

‘Mappadendang’ memiliki arti irama atau alunan bunyi. Pada umumnya tradisi mappadendang dilakukan di malam hari sewaktu bulan purnama,

Warga Desa Pacekke ‘mappadendang’ dengan cara memukul-mukul lesung padi dengan kompak yang menghasilkan irama bunyi yang khas.

Sementara ‘Mattojang’ memiliki arti mengayun (ayunan). Mattojang merupakan rangkaian dari pesta panen sebagai salah satu ekspresi masyarakat yang bergembira ria.

Tradisi ayunan ini tidak seperti ayunan pada umumnya, Warga Desa Pacekke bergotong royong membuat ayunan dari batang pohon yang berukuran cukup besar dan mengayun salah satu warga yang duduk di ayunan menggunakan tali panjang hingga terayun tinggi hingga belasan meter.

Kepala Desa Pacekke, Dahlan mengatakan warga setempat melakukan tradisi ‘mappadendang’ dan ‘mattojang’ selama tiga hari sebagai tanda rasa syukur kepada Tuhan atas apa yang telah dilimpahkan sehingga hasil pertanian mereka berhasil.

“Raya sukur atas hasil panen disamping itu juga menjadi ajang silaturahim bagi sesama warga dan juga gotong royong mendirikan pattojang dan konsumsinya disediakan sama semua warga,” ungkapnya, Kamis (19/09)

Dahlan menyebut tradisi ini dilakukan sekali dalam setahun sebagai rasa syukur dan silaturahmi sesama warga setempat.

Selain itu, warga yang mengikuti ‘mattojang’ dan diayun belasan meter merupakan orang yang sudah berpengalaman sehingga tidak berbahaya sama sekali.

“Pada dasarnya ini yang diayun setinggi itu orang yang sudah berpengalaman dan sejauh ini belum pernah ada insiden,” tambahnya

Dahlan dan warga setempat berharap tradisi ini dijaga dan diteruskan serta dilestarikan hingga anak cucu mereka sebagai identitas budaya setempat.