KabarMakassar.com — Rokok elektrik atau vape kini menjadi simbol gaya hidup modern, terutama di kalangan perempuan muda di Kota Makassar. Dengan desain produk yang menarik, rasa cairan yang bervariasi, dan anggapan bahwa vape lebih aman dibandingkan rokok konvensional, tren ini terus meningkat.
Menurut Jurnal Kesehatan Komunitas, vape adalah modifikasi dari rokok tembakau yang mengubah cairan menjadi uap.
Popularitasnya semakin meluas sejak dilegalkan pada 2018 melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 146/PMK.010/2017 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.
Di Makassar, tren penggunaan vape di kalangan perempuan semakin mengkhawatirkan. Penggunaan vape di kota ini terus meningkat, dengan banyak perempuan muda yang terpengaruh oleh faktor sosial dan budaya yang menganggap vape atau rokok elektrik sebagai simbol gaya hidup modern.
Di kalangan perempuan, tren vape sepertinya mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir ini. Hal ini dikarenakan anggapan perempuan mengenai vape atau rokok elektrik lebih aman dibandingkan rokok konvensional.
Desain produk yang menarik serta pemasaran yang menyasar pada kaum perempuan. Serta norma sosial yang mulai menerima penggunaan vape di tempat umum.
Salah satunya, Belva mahasiswi berusia 23 tahun, ia mulai tertarik dengan vape ketika mencobanya di akhir tahun 2023.
“Sejak mencobanya saat itu saya merasa keren untuk perempuan di usia saya, walaupun disisi lain mempunyai sudut pandang negatif dari orang-orang. Tapi saya rasa ini hidup saya karena saya mendapatkan kepuasaan tersendiri ketika mencobanya,” ungkap Belva saat diwawancarai belum lama ini.
Sebagian besar perempuan menggunakan rokok elektrik untuk terlihat keren. Mereka merasa lebih percaya diri dalam menggunakan vape karena rokok elektrik lebih mahal sehingga terkesan memiliki gengsi yang tinggi.
Berbeda dengan Nesa (21) yang juga merupakan salah satu mahasiswi perguruan tinggi Makassar mengatakan, ia menggunakan Vape karena fomo atau takut ketinggalan dengan orang-orang disekitarnya.
“Kalo saya pribadi, tidak adaji kak kaitannya saya ngevape dengan faktor sosial dan gaya hidup, cuman memang ada beberapa perempuan yang tujuan mereka pake vape itu karena fomo atau biar keliatan nakal,” ungkapnya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan serius tentang pengetahuan mereka mengenai risiko kesehatan yang terkait dengan penggunaan produk ini.
dr. Fitriyana Hendriany dari Klinik Pratama Syifa Medical Center menegaskan bahwa meski vape memiliki zat karsinogen lebih rendah dibanding rokok tembakau, penggunaannya tetap berisiko.
“Perempuan yang menggunakan vape rentan pada masalah reproduksi serta kehamilan, penggunaan vape yang mengandung nikotin dapat mengganggu fungsi hormonal, menurunkan kesuburan, serta meningkatkan risiko bayi lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah,” ungkap dr. Fitriyana Hendriany.
Dokter yang bekerja di Klinik Pratama Syifa Medical Center juga mengatakan beberapa zat perasa seperti diacetyl dapat menyebabkan penyakit pernapasan serius seperti popcorn lung. Bukan hanya itu, dr Fitriyana juga menambahkan timbal, nikel dan kromium juga dapat memengaruhi fungsi organ.
“Dampak serius lainnya yaitu menyebabkan iritasi paru-paru, kerusakan jaringan dan meningkatkan risiko penyakit paru obstruktif kronis (PPPO). Walaupun memiliki zat karsinogen lebih rendah dibandingkan rokok konvensional, penggunaan jangka panjang tetap berpotensi meningkatkan kanker paru-paru dan lainnya,” jelas dr Fitriyana Hendriany dalam wawancaranya.
Tren vape di kalangan perempuan muda di Makassar mencerminkan gaya hidup modern, tetapi juga menjadi ancaman kesehatan yang serius.
Penting bagi masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan risiko yang terkait dengan vape dan memberikan edukasi yang lebih luas tentang bahaya penggunaannya. (Nurul Tri Amelia)