KabarMakassar.com — Warga Kota Makassar dan Kabupaten Gowa pastinya tidak asing dengan salah satu perahu penyebrangan yang melintasi sungai Jeneberang Desa Bontoala Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Perahu ini menjadi alat transportasi alternatif yang efektif dalam memangkas jarak tempuh bagi pengendara motor yang ingin menuju Makassar atau sebaliknya.
Selain itu, layanan penyebrangan ini juga membantu menghindari kemacetan yang sering terjadi di Jembatan Kembar yang berda di Kabupaten Gowa, serta menghemat bahan bakar.
Pemilik perahu penyebrangan, Muhammad Idul, menjelaskan bahwa awalnya hanya anak sekolah dan pejalan kaki yang menggunakan perahu ini. Namun, seiring waktu, semakin banyak pengendara motor yang tertarik.
“Maka dari itu sekarang kita juga mengangkut pengendara bermotor,” ujarnya, Rabu (16/10).
Ia pun menceritakan kisahnya tentang perahu yang telah menjadi bagian dari kehidupannya sejak tahun 2017.
“Dulu itu orang tua yang punya, tapi karena beliau sudah meninggal, usaha ini diserahkan kepada saya untuk melanjutkannya, seperti warisan. Karena dulu, saya masih SMP, beliau sudah punya usaha ini,” kenangnya.
Idul pun menyebutkan bahwa pendapatan dari usaha ini bervariasi, bergantung pada jumlah penumpang.
“Ketika banyak penumpang, otomatis pendapatan juga banyak, sekitar Rp300 ribu bersih dalam sehari, di luar uang bensin, rokok, makanan, dan gaji orang-orang yang membantu melakukan penyebrangan,” ungkapnya.
Diketahui, perahu penyebrangan ini dapat mengangkut 18 hingga 19 motor dalam sekali angkut, dengan perhatian khusus pada keselamatan penumpang.
“Karena biasanya banyak anak sekolah dan disini juga di batasi karena jangan sampai kelebihan muatan, misal kurang motor diatas tapi banyak orang kita juga batasi karena disini diperhatikan dan tidak mungkin semberono dalam melakukan penyebrangan,” ujarnya.
Perahu beroperasi mulai pukul 06.00 hingga 18.00 WITA dengan tarif Rp2.000 untuk angkutan motor dan Rp1.000 untuk anak sekolah, dengan jarak tempuh sekitar 180 meter.
“Biasanya ramai penumpang itu pagi tentunya orang-orang berdatangan ingin berangkat kerja, pergi sekolah, kuliah, dan lainnya. Untuk jam pulangnya sendiri anak sekolah itu pulang jam 12 siang dan lainnya pulang jam 5 sore,” jelas Muhammad Idul.
Ia menekankan bahwa rencananya adalah untuk terus menjalankan usaha ini karena layanan ini berjalan lancar.
“Selain itu juga jadi alat alternatif dan cepat sampai, penumpang juga bisa menghindari macet dengan budget cuman Rp2.000, tentunya banyak orang yang minat,” sebutnya.
Rencana ini disambut positif oleh banyak pengguna, termasuk St. Nur Haspa (21), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Makassar yang tinggal di Desa Taeng.
“Alasannya memilih penyebrangan ini karena dekat dari Taeng ke Makassar begitupun sebaliknya dari Makassar ke Taeng sehingga lebih Alternatif dan Efisien untuk menhindari macet dengan harga cuman Rp2.000 saja,” ungkapnya.
Dengan layanan penyebrangan ini, Muhammad Idul dan perahunya tidak hanya menawarkan transportasi, tetapi juga menjadi simbol konektivitas dan efisiensi bagi warga Makassar dan Gowa. (Mirgebi)