KabarMakassar.com — Sembilan kecamatan di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan saat ini berstatus tanggap darurat bencana kekeringan dan menghadapi krisis air bersih.
Sebelumnya, hanya terdapat empat kecamatan yang terdampak krisis air bersih sejak Juni 2024. Namun, wilayah ini meluas ke lima kecamatan lainnya sebulan terakhir.
Kecamatan ini diantaranya adalah Kecamatan Bontoa, Lau, Maros Baru, Marusu, Mandai, Tanralili, Simbang, Turikale dan Bantimurung dengan jumlah warga terdampak sebanyak 45 ribu jiwa.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Maros, Towadeng mengatakan bahwa saat ini Pemerintah Kabupaten Maros menetapkan status tanggap darurat bencana kekeringan selama sebulan berdasarkan Surat Ketetapan (SK) sejak 4 Oktober 2024.
“Kalau di SK nya mulai tanggap darurat tanggal 4 Oktober,” ungkapnya saat dihubungi, Jumat (11/10)
Plt Bupati Kabupaten Maros, Suhartina Bohari menjelaskan krisis air bersih yang dihadapi sembilan kecamatan ini paling terasa di empat area yakni Kecamatan Bontoa, Lau, Maros Baru dan Marusu yang notabene merupakan wilayah pesisir di mana sumber mata air bersih sulit didapatkan apalagi di musim kemarau panjang seperti saat ini.
Menghadapi hal ini, Pemerintah Kabupaten Maros mengerahkan sembilan unit armada tangki air, untuk membantu kebutuhan air bersih masyarakat yang terdampak kekeringan di Kabupaten Maros.
Rencananya pemberian air bersih ini bakal dikerahkan setiap hari selama status tanggap darurat hingga dua bulan kedepan untuk meminimalisir kekurangan air bersih masyarakat yang terdampak di Maros.
“Saya minta kalaksa BPBD ada sembilan unit armada sebisa mungkin mengakomodir airnya ke satu kecamatan, sehingga airnya di setiap kecamatan setiap harinya mendapat bantuan air dari Pemkab Maros,” ungkapnya, Senin (14/10)
Dibandingkan dengan Pemkab Maros, Pertamina Sulawesi telah lebih dahulu menyalurkan 150 ribu liter air bersih untuk 16.169 jiwa warga yang terdampak kekeringan tepatnya delapan desa/kelurahan di Kecamatan Bontoa.
Aviation Fuel Terminal Manager Hasanuddin PT Pertamina Patra Niaga, Abdul Muis, menjelaskan bantuan air bersih yang diberikan sebanyak 30 mobil tangki berkapasitas 5.000 liter yang dikirim secara bertahap sejak 12-17 September 2024 dengan total bantuan air bersih yang disalurkan selama lima hari sebanyak total 150.000 liter.
“Kami bekerja sama dengan BPBD Kabupaten Maros dalam menentukan lokasi dan pengiriman bantuan air bersih. Penentuan berdasarkan pemetaan kebutuhan yang telah dilakukan oleh BPBD Kabupaten Maros sehingga bantuan yang diberikan dapat tersalurkan tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” ungkapnya, Kamis (19/09)
Area Manager Communication, Relation, dan CSR PT Pertamina Patra Niaga Sulawesi, Fahrougi Andriani Sumampouw mengatakan bantuan tersebut merupakan wujud kepedulian PT Pertamina Patra Niaga Sulawesi terhadap masyarakat terdampak kekeringan di Kabupaten Maros.
“Sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang beroperasi di Kabupaten Maros, Pertamina Patra Niaga melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Aviation Fuel Terminal Hasanuddin turut mengambil peran untuk terus berkontribusi membantu masyarakat dan berkolaborasi dengan pemerintah menanggulangi bencana yang terjadi di wilayah sekitar operasional Perusahaan,” ujar Fahrougi.
Salah satu warga terdampak di Kecamatan Salenrang Kecamatan Bontoa, Firman mengaku sangat terbantu dengan adanya bantuan air bersih yang disalurkan oleh Pertamina.
Ia mengungkapkan bahwa memang Kecamatan Bontoa merupakan notabene wilayah pesisir sehingga sulit mendapatkan akses berupa sumber mata air bersih.
Sebelum adanya bantuan penyaluran air bersih, ia sehari-hari harus mengocek kantong dengan membeli air bersih seharga Rp50.000 per tandon dengan kapasitas 300 liter yang hanya bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah maksimal selama tiga hari.
“Sangat bersyukur, karena memang disini wilayahnya pesisir. Kita sudah bor dalam-dalam tapi tidak ada mata air. Sebelum ada (bantuan air bersih) dulu kami beli air terus setiap hari,” pungkasnya