kabarbursa.com
kabarbursa.com

Rematik Timbulkan Rasa Nyeri Selama Beraktivitas, Ini Cara Ampuh Mengobatinya!

Rematik Timbulkan Rasa Nyeri Selama Beraktivitas, Ini Cara Ampuh Mengobatinya!
Ilustrasi sakit pada badan saat beraktivitas (Dok: Ist)
banner 468x60

KabarMakassar.com — Berdasarkan Alodokter yang menjadi mitra resmi dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, rematik merupakan suatu kondisi yang menyebabkan peradangan pada sendi, yang terjadi akibat gangguan autoimun.

Dalam kondisi tersebut, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang sendi-sendi tubuh. Salah satu jenis rematik yang paling dikenal adalah rheumatoid arthritis.

Pemprov Sulsel

Penyakit rematik sendiri seringkali dikategorikan sebagai bagian dari kelompok penyakit radang sendi, atau yang lebih dikenal dengan istilah arthritis. Tetapi, perlu diketahui bahwa rematik sebenarnya mencakup berbagai macam kondisi lainnya, selain rheumatoid arthritis. Beberapa kondisi tersebut antara lain osteoarthritis, sindrom Sjögren, ankylosing spondylitis, juga lupus.

Rematik sendiri sering dikenal sebagai penyakit yang memengaruhi sistem otot dan tulang, namun sebenarnya dampaknya tidak terbatas hanya pada bagian tersebut.

Penyakit rematik mampu menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh lainnya, seperti jantung, paru-paru, ginjal, kulit, sistem saraf, dan bahkan mata. Apabila rematik dibiarkan tanpa penanganan yang tepat, kondisi ini bisa berkembang menjadi lebih parah, menimbulkan berbagai komplikasi serius.

Salah satu masalah utama yang sering muncul akibat dari rematik adalah rasa nyeri yang luar biasa, yang tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi juga mampu menghambat penderitanya dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Ketika rasa sakit ini terus berlanjut, maka hal tersebut bisa memperburuk kualitas hidup penderita dan mempersulit mereka untuk menjalani rutinitas normal.

Penyebab rematik

1. Ankylosing spondylitis

Ini merupakan kondisi medis yang menyebabkan peradangan pada bantalan atau sendi yang terdapat di tulang belakang. Kondisi ini biasanya ditandai dengan rasa kaku yang menyakitkan pada tulang belakang, yang sering kali mengganggu kenyamanan dan mobilitas penderita.

Walau penyebab pasti dari ankylosing spondylitis belum dapat dipastikan, para ahli menduga bahwa kelainan pada gen HLA-B27 mungkin berperan penting dalam memicu munculnya penyakit ini. Gen tersebut diyakini dapat berhubungan dengan gangguan sistem kekebalan tubuh, yang menyebabkan peradangan pada sendi tulang belakang dan bagian tubuh lainnya. Hingga saat ini, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memahami secara lebih mendalam tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau memperburuk kondisi ini.

2. Artritis psoriasis

Artritis psoriasis adalah suatu kondisi radang sendi yang dialami oleh individu yang telah menderita psoriasis. Pada penyakit ini, sistem kekebalan tubuh berperan tidak hanya dalam merusak kulit, tetapi juga menyebabkan peradangan pada sendi-sendi tubuh.

Hal ini diyakini berkaitan dengan adanya kelainan genetik tertentu yang diwariskan dalam keluarga, serta faktor keturunan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ini. Selain itu, kondisi tersebut juga dapat dipicu oleh beberapa faktor eksternal, seperti cedera fisik yang mengenai tubuh atau sendi.

Lebih jauh, infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri tertentu juga dapat menjadi pemicu munculnya atau memperburuk kondisi artritis psoriasis pada penderitanya. Sehingga, baik faktor genetik maupun lingkungan berperan dalam perkembangan penyakit ini.

3. Rheumatoid arthritis

Ini merupakan kondisi yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan-jaringan yang membentuk sendi-sendi tubuh. Akibatnya, peradangan yang merusak sendi tersebut dapat terjadi serta menyebabkan rasa sakit yang signifikan.

Penyebab pasti dari rheumatoid arthritis belum sepenuhnya dipahami, tetapi banyak ahli yang meyakini bahwa faktor keturunan atau predisposisi genetik dapat berperan dalam perkembangan penyakit ini.

Selain itu, kondisi tersebut juga diduga dapat dipicu oleh infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri tertentu. Ketika tubuh terinfeksi, respons imun yang berlebihan bisa memicu peradangan pada sendi, yang pada akhirnya mengarah pada munculnya gejala rheumatoid arthritis. Sehingga, baik faktor genetik maupun infeksi lingkungan dapat memainkan peran penting dalam memicu timbulnya penyakit ini pada individu yang rentan.

Selain kondisi tersebut terdapat sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit rematik yaitu:

1. Infeksi
Paparan infeksi diperkirakan mampu memicu perkembangan penyakit rematik, seperti lupus dan skleroderma.

2. Kondisi tertentu
Rematik lebih berisiko dialami oleh orang yang menderita kondisi tertentu, misalkan, penyakit ginjal, hipertensi, hipertiroidisme, obesitas, diabetes, cedera, dan menopause dini.

3. Faktor lingkungan
Paparan asap rokok serta polusi udara juga diduga dapat meningkatkan risiko rematik.

4. Usia
Risiko terkena penyakit rematik, terkhususnya rheumatoid arthritis, makin meningkat seiring bertambahnya usia.

5. Jenis kelamin
Perempuan lebih berisiko terserang rheumatoid arthritis, lupus, maupun sindrom Sjögren. Sementara ankylosing spondylitis diketahui lebih sering terjadi pada pria.

Gejala rematik pada masing-masing penderita berbeda karena perbedaan respons imun bagi tiap orang. Gejala berikut merupakan yang paling umum ditemui pada penderita penyakit rematik yakni, hangat dan kemerahan di area sendi, kelelahan, demam, berat badan menurun, nyeri sendi, bengkak pada sendi, sendi kaku.

Pengobatan rematik

Tujuan utama pengobatan rematik adalah untuk mengontrol perkembangan penyakit dan meredakan gejala yang dirasakan oleh pasien. Umumnya, dokter akan meresepkan obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) yang efektif untuk meredakan rasa nyeri yang sering kali muncul pada penderita rematik.

Tetapi, jika pasien mengalami nyeri yang sangat parah atau tidak tertahankan, maka dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan yang mengandung kortikosteroid untuk memberikan bantuan lebih cepat dan mengurangi peradangan yang lebih intens.

Selain memberikan resep obat, dokter juga akan memberikan sejumlah saran penting yang dapat membantu meredakan gejala penyakit serta meningkatkan kualitas hidup para pasien.

Beberapa langkah yang dianjurkan termasuk diantaranya mengelola stres dengan baik, karena stres bisa memperburuk kondisi tubuh, serta melakukan olahraga secara rutin untuk menjaga fleksibilitas sendi dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Selain itu, istirahat yang cukup juga amat penting untuk membantu tubuh pulih dan mengurangi rasa sakit. Dokter juga akan mendorong pasien untuk menjalani pola makan yang sehat, lengkap, dan bergizi seimbang agar tubuh mendapatkan nutrisi yang cukup untuk mendukung proses penyembuhan.

Pada kasus rematik yang lebih parah dan sulit ditangani, maka pasien akan dirujuk ke dokter spesialis reumatologi. Dokter spesialis tersebut akan memberikan penanganan yang lebih mendalam dan terperinci serta memantau kondisi pasien secara lebih intensif. Penanganan yang tepat sangat penting untuk mencegah terjadinya komplikasi yang dapat memperburuk keadaan pasien di masa depan.

harvardsciencereview.com