KabarMakassar.com — Pekerjaan proyek pembangunan air baku Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Paitana, yang terletak di Desa Paitana, Kecamatan Turatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, sedang dikebut untuk memenuhi target penyelesaian pada akhir tahun 2024. Proyek dengan anggaran Rp 77 miliar ini akan memanfaatkan lahan seluas 1,7 hektar milik Pemerintah Daerah (Pemda) Jeneponto.
Nantinya, pemanfaatan air baku dari Bendungan Karalloe ini akan menyuplai air bersih dan akan meliputi beberapa Kecamatan di Kabupaten Jeneponto.
“Jadi disini proses pengendapan air baku sampai ke Mattoanging akan di olah kembali menjadi air bersih. Jika ini sudah selesai maka PDAM akan menyuplai air bersih ke 9 Kecamatan,” ucap Eks Direktur PDAM Jeneponto, Junaedi saat ditemui dilokasi, Kamis (15/08) kemarin.
Dari 9 Kecamatan ini, Junaedi menyebut akan meliputi Kecamatan Binamu, Tamalatea, Turatea, Rumbia, Kelara, Bontoramba, Batang, Arungkeke dan Tarowang.
Sementara 2 kecamatan lainnya yakni Kecamatan Bangkala dan Bangkala Barat nantinya akan disediakan penyuplai air bersih khusus.
Menurut Junaedi, pembangunan proyek air baku dilakukan lantaran selama 40 tahun terakhir debit air bersih yang dihasilkannya hanya mampu menyuplai 170 liter per detik di 4 Kecamatan saja, yakni Binamu, Tamalatea, Arungkeke dan Batang.
Sedangkan dibawah kepemimpinannya selama 3 tahun belakangan ini, ternyata proyek yang telah diperjuangkan Junaedi ke Kementerian PUPR di Tahun 2022 silam tersebut diperkirakan akan mampu menyuplai air bersih 600 liter per detik ke rumah-rumah warga.
“Debit air disediakan 600 liter/ detik. Sedangkan yang ada sekarang hanya 170 liter/detik. Dan 40 tahunmi itu, sekarang saya baru 3 tahun sudah bisa menyuplai air 600 liter/detik,” cetusnya.
Terlebih lagi, Junaedi menuturkan pembangunan proyek yang dimulai sejak di tahun 2023 ini akan menggunakan system gratifikasi.
Dalam system penggunaannya nanti, sumber listrik dan mesin pompa air tidak akan digunakan lagi sehingga pengoperasiannya lebih efisien.
Disamping itu, pembayaran listrik yang biasanya harus merogoh kocek senilai Rp 178 juta/ bulan dapat ditekan.
Selain mengurangi biaya listrik, pemanfaatan air baku Waduk Karalloe dengan pipa berukuran 22 inci serta jarak 9 Km dari penampungan ini juga akan tetap mengalir meski pun musim kemarau panjang tiba.
“Selama ini kan kita pakai listrik, sekarang sudah tidak pakai, meski pun listrik padam, air bersih akan tetap mengalir. Jadi biar mati lampu tetapji ngalir, tidak dipompa atau apa, kayak mengalirji seperti biasa. Bahkan sampai musim kemarau pun tiba,” tuturnya.
Tak hanya itu, Junaedi mengklaim pemanfaatan air baku Waduk Karalloe ini juga merupakan yang terbesar di Provinsi Sulawesi Selatan sehingga Pemerintah Daerah serta Masyarakat Jeneponto perlu berbangga telah memiliki ipal air bersih terbesar.
Usai berhasil memperjuangkan impian tersebut, kini Junaedi berharap agar infrastruktur ini dapat dikelola dengan baik di masa mendatang lantaran masa baktinya sudah berakhir di awal Agustus tahun ini.
“Inilah saya perjuangkan sejak mulai jadi direktur, selesai pembangunan, kita alirkan ke ipal mattoanging, dan langsung dialirkan ke Warga. Tapi ke depan ini jabatan saya sudah selesai 5 tahun sebagai direktur, namun semoga direktur baru lebih baik dari tata cara pengelolaannya dan saya serahkan ke pak Bupati dan Sekda untuk tindaklanjutnya, apakah mau mengangkat kembali atau memasang direktur baru, Tapi insha kalau saya dipercaya kembali, Insha Allah tetap siap melanjutkan,” pungkasnya.