KabarMakassar.com — Dinas Sosial (Dinsos) Sulawesi Selatan (Sulsel) memperkenalkan Kampung Siaga Bencana, ini adalah program mitigasi bencana dari Kementerian Sosial (Kemensos) Republik Indonesia (RI).
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Kepala Dinsos Sulsel, Abdul Malik Faisal di Kantor Dinsos Sulsel pada Selasa (06/08). Ia menyebut bahwa Kampung Siaga Bencana tersebut untuk menyiapkan kompetensi manusia yang ada di kecamatan yang rawan dengan bencana.
“Mereka diberikan pendidikan atau pelatihan dalam menangani apabila terjadi bencana, jadi ada pendidikan dalam kelas,” ujarnya.
Ia melanjutkan selain diberikan edukasi, dilakukan pula simulasi sebagai latihan bagi kompetensi manusia atau sumber daya manusia tersebut.
“Untuk latihan bagi mereka, apabila tiba-tiba terjadi bencana, bagaimana membuat tendanya, menyiapkan makanannya, mengangkut korban, penanganan kesehatan dan lainnya,” ucapnya.
Ia menyebut bahwa program tersebut ada di kecamatan, namun beberapa kabupaten yang tersentuh kurang lebih terdiri atas lima, yaitu Pangkep, Maros, Sinjai, Bone dan Palopo.
Diharapkan agar Kementerian Sosial akan terus aktif memberikan program Siaga Bencana di Sulsel, karena salah satu Provinsi yang rawan bencana adalah Sulsel.
“Sebenarnya struktur penanganan bencana itu, sudah ada di Sulsel, terutama logistiknya. 24 kabupaten kota yang ada di Sulsel sudah ada gudang logistik, buffer stock namanya,” terangnya.
Ia memberi contoh pada bencana Luwu lalu, ketika terjadi bencana semua kabupaten di sekitar itu datang membantu. Termasuk membawa logistik, menyiapkan dapur umum serta memberikan apa yang dibutuhkan bagi masyarakat.
“Cuma kita meningkatkan kualitasnya, agar lebih efektif dan efisien,” tukasnya.
Kampung yang telah ada sejak tahun lalu tersebut, kata Malik, merupakan program murni dari Kementerian. Oleh karena itu pihak Kementerian akan menangani segala sesuatunya dan pihak Dinsos Sulsel akan membantu.
Diperkirakan, setiap penanganan bencana yang ada lumbung sosial juga logistik, berkisar Rp300 juta.
“Karena di Kampung Siaga Bencana itu ada komunitas disana, termasuk pelatihan dan juga biaya transportasinya,” pungkasnya.