KabarMakassar.com — Pengamat politik Sulawesi Selatan, Prof Sukri Tamma menganggap Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pasca memenangkan Pilpres 2024, akan menargetkan koalisi gemuk.
Koalisi besar yang dikejar sebagai bentuk menguatkan posisi di parlemen. Dengan demikian koalisi gemuk yang dibangun koalisi Indonesia Maju (KIM) tentu akan mengamankan ketika pemerintahan mulai dijalankan oleh Presiden Prabowo dan Wapres Gibran.
Menurut Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan politik Unhas Makassar itu, bahwa dalam politik itu jelas semua tindakan pasti ada alasannya. Semua gerakan atau momen pasti ada maksudnya dan ketika kemudian Surya Paloh dengan Prabowo Subianto, bukan tidak mungkin pasti ada kaitannya dengan hasil pasca Pemilu 2024.
“Saya kira itu pasti. Kalau berbicara tentang persahabatan (Prabowo-SP) tentu iya betul karena pernah sama-sama di Golkar,” ucap Prof Sukri kepada Kabarmakassar.com, Minggu (23/3).
“Bisa jadi memang itu awal barangkali merupakan jalan awal bernegosiasi. Bagaimana kemudian secara sederhana kita melihat koalisi 02 itu butuh minimal dua partai untuk mensolidkan mereka di parlemen. Karena posisinya saat ini kita hitung hanya 46-48 persen dari suara 4 parpol pengusungnya,” sambungnya.
Menurit Prof Sukri, paling tidak untuk mencapai hampir 60 persen yakni koalisi besar butuh dua partai. Nasdem yang punya suara hampir 10 persen, artinya tentu bisa menambah diangka tersebut.
Tetapi hal itu masih dianggap rentan sehingga masih butuh PKB, atau PKS, dan PDIP. Meskipun di politik itu tidak ada yang tidak mungkin partai berkoalisi dalam pemerintahan.
Seperti berkaca yang terjadi koalisi pada pemilu 2019 lalu dengan bergabungnya Prabowo Subianto yakni Gerindra.
Dimana kita tahu PDIP dan Gerindra sulit terbangun koalisi tapi hal itu terbukti di pemilu 2019 melalui kabinet Joko Widodo.
“Jadi bisa kemungkinan adanya koalisi gemuk karena suka atau tidak suka. Apalagi kita harus lihat perjalanan Prabowo-Gibran dalam memenangkan pilpres 2024 meskipun masih proses hukum adanya gugatan itu penuh dengan riak,” terangnya.
Ketika posisi parlemen dianggap aman, kalau melihat posisi parlemennya dinilai tidak kuat tentu sangat terganggu dalam konteks kebijakan dalam mewujudkan visi misinya dengan baik untuk Prabowo-Gibran.
“Saya yakin akan mengejar bentuk koalisi gemuk itu. Saya kira Surya Paloh mengambil langkah awal dan saya kira sangat penting untuk memastikan ya,” katanya.
Koalisi gemuk dengan agenda pertemuan Prabowo dan Surya Paloh sudah dianggap koalisi awal. Yang artinya, Surya Paloh memiliki nilai tawar yang tinggi. Jika sudah ada partai yang lebih dulu dan kemudian hitung hitungan politik suara sudah dapat menjamin atau sudah cukup tentu partai yang menyusul kemudian tidak lagi atau dianggap tidak terlalu secara signifikan dalam stabilitas politik di parlemen.
“Termasuk juga soal perbincangan yang ada kaitannya soal hak angket hingga ujungnya pemakzulan presiden. Kalau kita hitung waktu saya kira agak kasip ya. Karena masa jabatan Presiden Jokowi berakhir pada Oktober ya,” ujar Prof Sukri.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani mengatakan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka akan berupaya membangun koalisi besar demi memajukan Indonesia secara bersama-sama.
“Kita akan terus membangun koalisi besar dengan berbagai macam partai politik yang ada di Senayan dan komunikasi itu sekarang sudah berlangsung,” kata Ahmad Muzani saat ditemui di rumah Prabowo di kawasan Kartanegara IV Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Rabu (20/3) seperti dikutip Antara.
Menurut Muzani, koalisi besar sangat ideal untuk mendampingi kepemimpinan Prabowo-Gibran lantaran banyak program besar yang akan dijalankan.
Program besar seperti makan siang dan susu gratis dan pembangunan IKN pun menjadi salah satunya. Dengan koalisi besar, Prabowo-Gibran akan lebih mudah menjalankan program tersebut demi kepentingan rakyat.
Lebih lanjut, Muzani pun tidak menjelaskan secara rinci partai mana saja yang sudah diajak berkomunikasi untuk mau bergabung dengan koalisi pemerintah.
“Komunikasi sedang berlangsung dan hasilnya positif,” kata dia.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI menetapkan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden RI Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029.
Penetapan tersebut tertuang dalam Keputusan KPU Nomor 360 Tahun 2024 tentang Penetapan hasil Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota Secara Nasional dalam Pemilihan Umum Tahun 2024.