KabarMakassar.com — Dekan Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Prof. dr. Budu yang juga Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) menghadiri The 39th World Ophthalmology Congress (Kongres Oftalmologi Seluruh Dunia ke-39) yang berlangsung di Vancouver, Kanada, tanggal 16-19 Agustus 2024.
Kongres Oftalmologi Sedunia ke-39 merupakan kegiatan reguler yang diselenggarakan oleh International Council of Ophthalmology (ICO).
Lembaga ini beranggotakan komunitas dan organisasi para ahli dan spesialis mata yang berasal dari 180 negara di dunia, dan memiliki hubungan resmi dengan World Health Organization.
Pertemuan ilmiah yang diselenggarakan oleh ICO telah dimulai sejak tahun 1857.
Oftalmologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari anatomi, fisiologi, dan penyakit mata. Spesialis oftalmologi, atau ophthalmologist, menangani masalah mata, mulai dari diagnosis dan pengobatan hingga pembedahan. Kongres ke-39 ini dihadiri oleh dokter dan spesialis mata dari seluruh dunia, membahas perkembangan terkini dalam bidang kesehatan mata yang mencakup semua sub spesialisasi, dan memaparkan hasil-hasil penelitian terbaru.
Presiden ICO, Neeru Gupta, MD, PhD, menjelaskan bahwa pertemuan dan kegiatan pada ajang WOC ke-39 ini dirancang dengan cermat untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan dalam bidang oftalmologi umum dan bidang sub spesialisasi melalui simposium, kursus khusus, dan lokakarya transfer keterampilan.
“Penelitian inovatif dan terobosan medis serta bedah mutakhir akan disorot secara menyeluruh,” kata Neeru Gupta dalam pesan selamat datangnya.
Prof. Budu menyampaikan presentasi berjudul “Patient Perception about Diabetic Retinopathy” pada sesi Diabetic Eye Desease, yang berlangsung tanggal 16 Agustus 2024
Presentasi ini membahas tentang diabetes atau kencing manis yang berdampak pada kerusakan syaraf mata/retina yang disebut Diabetic Retinopathy (DR) atau retinopati diabetik.
Diabetic Retinopathy merupakan kondisi mata yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan orang yang mengalami diabetes.
Menurut laporan, prevalensi DR pada penderita diabetes mencapai 43.1%, dan ancaman kehilangan penglihatan hingga 26.1%.
“Ada penelitian yang kami lakukan dengan sampel sebanyak 264 pasien diabetes di RS Unhas. Mereka menyadari adanya dampak berbahaya dari penyakit yang mereka derita terhadap mata. Namun kebanyakan mereka sangat rendah pengetahuannya tentang skrening atau pemeriksaan secara berkala,” kata Prof. Budu.
Untuk itu, penderita diabetes perlu memperoleh literasi tentang dampak dari penyakit yang mereka derita dengan kesehatan mata.
“Apalagi, kondisi yang berkelanjutan tanpa penanganan tepat dapat berdampak pada kebutaan permanen,” jelasnya