KabarMakassar.com — Polemik sengketa lahan SD Pajjaiang masih terus berlanjut. Dinas Pendidikan Makassar memastikan, jika sengketa ini terus berlanjut, kemungkinan sekolah ini tak akan menerima siswa baru tahun depan.
Dinas Pendidikan Kota Makassar memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan di tiga sekolah yang terdampak sengketa lahan, yaitu SD Inpres Pajjaiang, SD Negeri Pajjaiang, dan SD Inpres Sudiang.
Kepala Dinas Pendidikan, Muhyiddin, menegaskan bahwa meski ada insiden demonstrasi dari sejumlah orang tua, proses pendidikan di ketiga sekolah tersebut tetap berlangsung aman.
Ketiga sekolah ini sementara direlokasi akibat sengketa lahan yang masih dalam proses hukum. SD Inpres Pajjaiang dipindahkan ke SD Inpres Kalang Tubung 1 di Jalan Gowa Ria, dengan memanfaatkan 10 ruang kelas yang digunakan pada siang hari. Sementara itu, SD Negeri Pajjaiang dan SD Inpres Sudiang menempati 11 ruang kelas di SMP Negeri 16 Gowa.
Muhyiddin menyatakan bahwa urusan aset bukan merupakan kewenangan Dinas Pendidikan.
“Fokus kami adalah memastikan proses belajar mengajar tetap berjalan dengan baik,” ujarnya
Ia menyebut, Jika masalah sengketa lahan belum tuntas hingga tahun depan, Dinas Pendidikan akan mempertimbangkan untuk tidak menerima siswa baru untuk SD Inpres Pajjaiang pada tahun ajaran 2025-2026. Langkah ini diambil guna menghindari ketidakpastian terkait status aset lahan sekolah tersebut.
“Dibandingkan terus berada dalam ketidakjelasan, lebih baik kami tidak menerima siswa baru sampai ada kepastian hukum. Sementara, SD Negeri Pajjaiang dan SD Inpres Sudiang tetap aman untuk menerima siswa baru,” kata Muhyiddin.
Diketahui, Saat ini, sekitar 998 siswa dari ketiga sekolah tersebut telah direlokasi, dengan 300 siswa di antaranya menempuh pendidikan di SD Inpres Kalang Tubung.
Sengketa ini bermula ketika ahli waris lahan yang digunakan oleh SD Negeri Pajjaiang melakukan penyegelan terhadap sekolah. Mereka menuntut Pemerintah Kota Makassar untuk membayar ganti rugi sebesar Rp14 miliar atas penggunaan lahan tersebut.
Sebelumnya diberitakan, Para orang tua murid SD Pajjaiang menggelar aksi unjuk rasa dan mogok sekolah pada Selasa (15/10) sebagai bentuk protes terhadap kondisi yang dialami anak-anak mereka pasca-relokasi. Mereka mengeluhkan diskriminasi dan intimidasi yang terjadi di sekolah tempat anak-anak mereka dipindahkan.
Dalam aksi tersebut, beberapa orang tua terlihat membawa spanduk dan flyer berisi tuntutan dan kekecewaan mereka, salah satunya bertuliskan, “Kembalikan sekolah atau jangan persulit anak-anak kami yang mau sekolah.” Mereka juga mempertanyakan hingga kapan anak-anak mereka akan “menumpang” di sekolah baru tersebut.
Salah satu orang tua siswa kelas 6, Hamdiyani mengungkapkan bahwa sejak relokasi, anak-anak mereka mengalami berbagai bentuk intimidasi, termasuk dipalak oleh siswa lain dan adanya surat kaleng dengan bahasa kasar yang ditujukan kepada mereka.
“Tuntutan kami hari ini, kami minta dipindahkan kembali kesekolah lama,kalaupun tidak bisa beri kami sekolah yang aman dari bentuk intimidasi,” katanya saat ditemui ditengah aksi, Selasa (15/10) sore.
Hamdiyani menyebut sering menerima laporan bahwa siswa-siswa yang direlokasi kerap kali mendapat perlukaan intimidasi.
“anak-anak dipajaki, ada info dari kami dapat anak-anak dipalak sama anak sd yang ditempati menumpang. Ada juga durat kaleng yang masuk di meja guru dengan bahasa yang kotor. Intinya mereka tidak terima kami disana,” katanya.
Lebih lanjut, Hamdiyani menyebut Mogok belajar juga dilakukan sebagai bentuk protes dari para orang tua siswa agar segera mendapat keadilan.
“untuk apa anak kami sekolah tapi mendapat intimidasi,” tandasnya.
Senada, Salah satu orang tua siswa kelas I dan 5, Fitri berharap bahwa jika sekolah asal mereka tidak bisa digunakan lagi, mereka berharap anak-anak bisa dialokasikan ke sekolah lain yang tidak menumpang.
“Bukannya kami tidak bersyukur telah ditempatkan di sini, tetapi begitu banyak masalah yang terjadi setelah dipindahkan,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Fitri mengaku, tak banyak orang tua murid yang ingin memindahkan anaknya, sayangnya hal ini dipersulit bahkan tak disarankan.
“Jadi disini bukan soal uangnya, karena banyak mau pindah tapi katanya tidak bisa pindah kalau masih di Makassar, kita disuruh sabar saja,” katanya.
Menurut informasi, kepala sekolah di lokasi baru sebenarnya menerima siswa SD Pajjaiang dengan baik, namun berbagai masalah tetap muncul, termasuk perlakuan yang dianggap tidak adil dan tindakan bullying.
Para orang tua juga menuntut adanya solusi segera dari pihak terkait, agar anak-anak mereka bisa belajar dengan aman dan nyaman tanpa diskriminasi.