KabarMakassar.com — Menjelang Pilkada Serentak pada November mendatang, peran pemuda dalam memastikan terselenggaranya pemilihan yang berkualitas menjadi sorotan utama.
Para pemimpin organisasi mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Cipayung, seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), menekankan pentingnya kontribusi aktif pemuda dalam proses demokrasi ini.
Ketua PMKRI Cabang Makassar, Dawita Rama, menegaskan bahwa Pilkada bukan hanya sekadar momen pemilihan, melainkan proses panjang yang harus dipersiapkan dengan matang.
“Pemilu bukan hanya momentum sesaat, tapi penentu masa depan Makassar dan Sulawesi Selatan. Kami selalu memperkuat kader dan menyadarkan pentingnya peran mahasiswa dalam menentukan arah pembangunan daerah,” ujarnya.
Dawita juga mengajak pemuda untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial, mengingat perannya yang signifikan dalam menyebarkan informasi.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Komisi Pemilihan Umum (KPU), untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam politik dan memastikan pemimpin yang terpilih memiliki visi dan misi yang membawa daerah semakin maju.
Wakil Ketua PC PMII Makassar, Ramli Ardiansyah, menyampaikan kekhawatirannya terhadap netralitas ASN yang sering kali samar dan sulit dibedakan dalam pelaksanaan Pilkada.
Menurutnya, pemuda harus berperan dalam memberikan pendidikan politik kepada masyarakat sejak dini, agar pemilih dapat lebih kritis dalam melihat rekam jejak calon pemimpin, bukan hanya menilai dari tindakan selama kampanye.
“Peran kita sebagai pemuda adalah memberikan pengetahuan kepada masyarakat. Jangan hanya melihat apa yang dilakukan calon pemimpin saat ini, tapi juga perhatikan rekam jejak mereka sebelumnya,” tegas Ramli.
Ia juga menyoroti pentingnya pendidikan politik yang dimulai sejak usia muda agar pemilih dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana.
Ketua GMKI Cabang Makassar, Muh Vicky Ridho, melihat tingginya euforia pemuda dalam menghadapi Pilkada, terutama di media sosial.
“Semua lini sosial media digunakan, dari TikTok hingga Instagram, bahkan ada anggota dewan yang tiba-tiba aktif di TikTok untuk menarik simpati pemuda,” ungkapnya.
Vicky menekankan pentingnya tindakan nyata dari pemuda dalam berpartisipasi pada Pilkada.
“Satu suara pemuda bisa menjadi perubahan besar. Lakukanlah tindakan kecil yang berpotensi membawa dampak besar. Partisipasi kita sangat penting untuk memastikan kebijakan yang muncul pro terhadap masyarakat dan pemuda,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua HMI Cabang Makassar, Sarah Agussalim, menyoroti masalah hoaks dan politik identitas yang masih menjadi ancaman dalam setiap kontestasi politik. Ia menjelaskan bahwa hoaks sering kali digunakan untuk memanipulasi opini publik, dan politik identitas kerap disalahgunakan.
“Pendidikan politik kita saat ini belum maksimal, karena baru dimulai di bangku kuliah. Harusnya, pendidikan politik dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Dengan begitu, kita bisa membentuk masyarakat yang lebih cerdas dalam berpolitik sejak dini,” jelas Sarah.
Ia juga mengingatkan bahwa pemimpin yang terpilih harus mampu menyelesaikan masalah-masalah nyata yang dihadapi oleh Sulawesi Selatan, bukan hanya mengandalkan popularitas semata.
Keempat pemimpin organisasi mahasiswa ini sepakat bahwa pemuda memiliki peran strategis dalam menjaga netralitas Pilkada dan mendorong terciptanya demokrasi yang sehat.
Satu suara dari pemuda dapat menjadi langkah awal untuk mewujudkan perubahan besar bagi masa depan Makassar dan Sulawesi Selatan.
Dengan berkolaborasi dan bijak dalam menggunakan media sosial, pemuda dapat menjadi kekuatan yang mendorong lahirnya pemimpin yang benar-benar pro-rakyat dan membawa kemajuan bagi daerah.