KabarMakassar.com — Penyaluran kredit sektor peternakan di wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar) menunjukkan pertumbuhan signifikan pada 2024.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulselbar mencatat total penyaluran kredit mencapai Rp5 triliun hingga Oktober, meningkat 14,52 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Kredit ini diberikan kepada 105.092 debitur dengan rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga di angka 1,63 persen.
Kepala OJK Sulselbar, Darwisman, mengungkapkan bahwa usaha sapi potong menjadi penyumbang terbesar dalam penyaluran kredit sektor peternakan, mencapai Rp2,172 triliun atau tumbuh 7,23 persen secara tahunan. Kredit tersebut disalurkan kepada 46.141 debitur dengan NPL rendah, yakni 1,73 persen.
Selain sapi potong, usaha unggas juga menjadi salah satu komoditas unggulan dengan kredit mencapai Rp1,707 triliun.
Penyaluran ini tumbuh signifikan 22,38 persen secara tahunan dibandingkan Rp1,395 triliun pada 2023. Kredit untuk usaha unggas disalurkan kepada 29.219 debitur dengan NPL sedikit lebih tinggi, yaitu 2,14 persen.
“Sejak 2021, kredit untuk usaha unggas terus tumbuh. Pada 2021 tercatat Rp597 miliar, meningkat menjadi Rp1,239 triliun pada 2022, dan kini mencapai Rp1,707 triliun,” jelas Darwisman.
Kredit terendah disalurkan kepada usaha domba dan kambing potong, yang mencapai Rp61,782 miliar hingga Oktober 2024.
Meski porsinya hanya 1,23 persen dari total kredit sektor peternakan, penyaluran ini tumbuh 11,73 persen dibandingkan Rp55,296 miliar pada 2023.
Kredit tersebut diberikan kepada 1.902 debitur dengan NPL yang tetap terkendali di angka 1 persen.
Secara keseluruhan, sektor peternakan mencatat tren pertumbuhan positif selama beberapa tahun terakhir. Pada 2021, penyaluran kredit di sektor ini sebesar Rp2,77 triliun, meningkat menjadi Rp4,014 triliun pada 2022, dan Rp4,373 triliun pada 2023.
Dengan total penyaluran Rp5 triliun pada 2024, sektor peternakan menunjukkan potensi besar untuk terus berkembang.
“Penyaluran kredit ini tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi daerah, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan melalui pengembangan sektor peternakan,” lanjutnya.
Di sisi lain, Perekonomian Sulawesi Selatan mencatatkan pertumbuhan positif dari sub sektor peternakan pada 2023, dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mencapai Rp4,437 miliar, atau tumbuh 6,49 persen.
Sub sektor ini memberikan share sebesar 6 persen terhadap total PDRB sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan pada periode yang sama.
Darwisman menjelaskan bahwa tren pertumbuhan ini melanjutkan pencapaian positif di tahun-tahun sebelumnya.
Pada 2022, sub sektor peternakan tumbuh 8,53 persen dengan nilai Rp4,166 miliar, sementara pada 2021, pertumbuhan tercatat sebesar 4,86 persen atau Rp3,839 miliar.
Namun, Darwisman juga menggarisbawahi bahwa kontribusi sektor peternakan terhadap PDRB Sulawesi Selatan sempat mengalami kontraksi pada 2022 sebesar -0,55 persen dengan nilai Rp3,661 miliar. Meski demikian, tren positif terlihat kembali pada 2023.
Produksi peternakan di Sulawesi Selatan sepanjang 2023 menunjukkan dominasi daging sapi, yang menyumbang 63,15 persen dari total produksi atau mencapai 16.181.341 kilogram (Kg).
Posisi berikutnya ditempati oleh daging babi dengan kontribusi 18,02 persen (4.617.333 Kg) dan daging kerbau sebesar 12,44 persen (3.187.378 Kg).
Namun, produksi daging babi mengalami penurunan signifikan, dengan kontraksi sebesar -17,30 persen dibandingkan 2022.
Penurunan serupa juga terjadi pada produksi ternak babi secara keseluruhan, yang turun -19,39 persen.
Darwisman menambahkan, dalam sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, kontribusi peternakan masih di bawah sektor lainnya.
Perikanan mendominasi dengan share 40 persen, diikuti oleh tanaman pangan sebesar 30 persen, dan perkebunan 16 persen.
Sementara itu, jenis daging dengan kontribusi terendah berasal dari daging domba, yang hanya mencapai 1.595 Kg atau 0,01 persen.
Produksi daging kambing menyumbang 3,19 persen (809.490 Kg), dan daging kuda mencatat kontribusi 3,23 persen (862.647 Kg).