kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Neraca Perdagangan Sulsel Surplus, Catat 51,22 Juta Dolar AS November 2024

Neraca Perdagangan Sulsel Surplus, Catat 51,22 Juta Dolar AS November 2024
Ilustrasi (Dok : KabarMakassar).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Pada November 2024, neraca perdagangan Sulawesi Selatan mencatat surplus sebesar 51,22 juta Dolar AS. Total nilai ekspor mencapai 136,51 juta dolar AS, sementara impor berada di angka 85,28 juta dolar AS.

Meskipun secara kumulatif sepanjang Januari–November 2024 neraca perdagangan menunjukkan penurunan 0,53 persen dibandingkan tahun sebelumnya, tren surplus terus berlanjut selama 49 bulan berturut-turut.

Pemprov Sulsel

Hal ini terungkap dalam Penyampaian Laporan Kinerja APBN Anging Mamiri baru-baru ini, Diketahyi, Provinsi Sulawesi Selatan berhasil mencatatkan performa ekonomi yang positif di tengah fluktuasi harga komoditas energi, pangan, dan tambang akibat dinamika geopolitik dan perubahan iklim.

Meskipun sektor manufaktur tertahan, indikator konsumsi masyarakat tetap menunjukkan kekuatan. Indeks Optimisme Masyarakat berada pada level tinggi 125,9, indeks penjualan ritel tumbuh 1,7 persen, dan konsumsi listrik di sektor bisnis serta industri masing-masing naik 3,6 persen dan 1,5 persen.

Dari sisi inflasi, Sulawesi Selatan mencatat tingkat inflasi tahunan (year-on-year) sebesar 1,55 persen pada November 2024, jauh di bawah target nasional 3 persen ± 1 persen.

Tren penurunan harga pangan menjadi faktor utama yang menjaga stabilitas ini. Inflasi bulanan (month-to-month) tercatat 0,30 persen, sementara inflasi sepanjang tahun (year-to-date) mencapai 1,12 persen.

Kinerja ekspor dan impor juga memberikan gambaran menarik. Fero-nikel terus menjadi andalan ekspor Sulawesi Selatan dengan pertumbuhan tahunan sebesar 28,2 persen, meskipun komoditas mate nikel mengalami penurunan 23,3 persen. Jepang dan Cina tetap menjadi tujuan utama ekspor. Di sisi lain, impor didominasi oleh gandum dan gula, dengan Cina dan Brasil sebagai pemasok terbesar.

Kinerja ekspor dari Kawasan Berikat mencapai 505,70 juta dolar AS, menunjukkan peran penting kawasan ini dalam perekonomian daerah. Di sisi lain, impor tercatat sebesar 79,81 juta dolar AS, dengan komoditas strategis seperti gandum menjadi salah satu barang yang mendominasi.

Keberhasilan Sulawesi Selatan menjaga inflasi rendah dan neraca perdagangan tetap surplus di tengah tantangan global menunjukkan ketahanan ekonomi daerah yang kuat.

Hal ini menjadi modal penting untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di tahun mendatang.

Sebelumnya diberitakan, Sulawesi Selatan (Sulsel) bersiap menyongsong tahun 2025 dengan optimisme tinggi terhadap pertumbuhan ekonominya. Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi Sulsel akan tumbuh di kisaran 4,8 persen hingga 5,6 persen, dengan inflasi tetap terkendali pada sasaran 2,5 persen ± 1 persen.

Hal ini diungkapkan Kepala Perwakilan BI Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda, dalam acara Sulsel Talk bertema “Outlook Pertumbuhan Ekonomi Sulsel” di Kantor Perwakilan BI Sulsel, Makassar, Selasa (10/12) kemarin.

“Perekonomian Sulsel tahun 2025 diproyeksikan tumbuh lebih kuat, didukung inflasi yang terkendali. Ini adalah momentum untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Rizki dalam sambutannya.

Rizki menegaskan pentingnya komitmen dan kolaborasi berbagai pihak untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Sinergi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sektor swasta diperlukan untuk mendorong akselerasi ekonomi serta menjaga stabilitas harga.

“Upaya pengendalian inflasi di tingkat daerah melalui kolaborasi erat Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP-TPID) akan sangat menentukan, terutama melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP),” tambahnya.

Secara nasional, BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada di rentang 4,8 persen hingga 5,6 persen, meningkat menjadi 4,9 persen hingga 5,7 persen pada 2026.

Konsumsi rumah tangga tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan, diikuti kinerja investasi dan ekspor yang stabil meski tantangan global terus membayangi.

Dalam acara tersebut, BI Sulsel juga memaparkan sejumlah rekomendasi strategis untuk mendukung akselerasi ekonomi daerah, terutama di sektor pertanian, perkebunan, dan pariwisata.

Di bidang pertanian dan perkebunan, langkah yang disarankan meliputi optimalisasi lahan melalui pembangunan infrastruktur irigasi, penerapan mekanisasi dan teknologi modern, serta pemetaan wilayah potensial seperti Enrekang, Toraja, dan Mamasa untuk pengembangan kopi Arabika.

Sedangkan di sektor pariwisata, BI mendorong percepatan reaktivasi penerbangan langsung ke destinasi wisata unggulan seperti Bali, Selayar, dan Makassar, serta peningkatan promosi dan infrastruktur di kawasan wisata potensial, termasuk Toraja, Maros, dan Takabonerate.

Meski pertumbuhan Sulsel diprediksi kuat, Rizki mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap tantangan global seperti ketidakpastian ekonomi dunia dan risiko inflasi impor.

Oleh karena itu, BI akan terus menjalankan kebijakan moneter yang adaptif untuk menjaga stabilitas makroekonomi.

“Stabilitas ekonomi merupakan fondasi utama. Dengan langkah-langkah strategis yang tepat, Sulsel mampu menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional,” tutup Rizki.

Dengan potensi besar di berbagai sektor unggulan, 2025 menjadi tahun yang penuh peluang bagi Sulawesi Selatan untuk memperkuat perannya dalam perekonomian Indonesia.