KabarMakassar.com — Dewan Adat Kerajaan Gowa menganugerahkan gelar kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna H Laoly, Jumat (14/06). Menteri Yasonna Laoly dianugerahi gelar Mangngassai Dg Makkulle sebagai tanda pengakuan menjadi keluarga besar Kerajaan Gowa dan Masyarakat Adat Gowa yang berlangsung di acara peresmian gedung baru Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sulawesi Selatan, Jalan Sultan Alauddin, Kota Makassar.
Pemberian gelar adat Kerajaan Gowa itu ditandai dengan penyerahan piagam penganugerahan gelar yang diberikan oleh Raja Gowa ke-38, PYM Andi Kumala Idjo Dg Sila Karaeng Lembang Parang Sultan Malikusaid Batara Gowa kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna H Laoly.
Pada penganugerahan gelar itu, Yasonna H Laoly mengenakan pakai adat khas Sulawesi Selatan yakni jas tutup berwarna hitam dan sarung berwarna kuning emas dilengkapi dengan songkok guru.
Raja Gowa ke-38, PYM Andi Kumala Idjo Dg Sila Karaeng Lembang Parang Sultan Malikusaid Batara Gowa mengatakan gelar Mangngassai Dg Makkulle yang diberikan kepada Menteri Yasonna H Laoly merupakan bentuk kehormatan dan pengakuan menjadi bagian keluarga dan masyarakat Adat Gowa.
Ia menjelaskan penganugerahan gelar Mangngassai Dg Makkulle memiliki makna sebagai pemimpin yang mampu mengambil keputusan atau kebijakan yang baik dan tepat serta menampung aspirasi masyarakat sehingga diharapkan mengaktualisasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya.
Gelar Mangngassai Dg Makkulle berarti Yasonna H Laoly membuat keputusan mengangkat seseorang dalam tugas dan pengabdian kepada masyarakat dan dinilai telah melibatkan lembaga-lembaga masyarakat sebagai bagian dari pengambilan keputusan. Ia juga dinilai selalu bermusyawarah dengan pejabat lainnya.
“Berdasarkan keputusan Dewan Adat Kerajaan Gowa menganugerahkan gelar Mangngassai Dg Makkulle keplada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Yasonna H Laoly sebagai tanda pengakuan menjadi keluarga besar Kerajaan Gowa dan Masyarakat Adat Gowa,” ungkapnya.
Sementara itu, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly mengungkapkan rasa terima kasihnya atas penghormatan dan penganugerahan gelar yang diberikan Kerajaan Gowa kepada dirinya serta resmi menjadi bagian dari keluarga besar adat Gowa
”Terimakasih atas sambutan yang sangat besar dan saya sudah menjadi bagian keluarga besar kerajaan Gowa,” ungkapnya.
Menurutnya, pengaugerahan gelar yang diterima bukan hanya sebagai nama atau julukan tapi pentingnya adalah menjadi tanggung jawab apalagi mengingat filosofi dari gelar tersebut.
“Ini suatu kehormatan bagi saya ucapkan terima kasih kepada paduka kerajaan gowa, ini kehormatan besar buat saya tentunya juga tanggung jawab juga apalagi filosofinya tadi menjadi pemimpin yang dapat mengambil keputusan yang baik dan tepat juga menampung aspirasi masyarakat, demokrtais dan ini menjadi sangat penting terutama di masyarakat kita saat ini,” pungkasnya.
Sebelumnya, Kerajaan Gowa juga telah beberapa kali menganugerahkan gelar adat kepada sejumlah pejabat diantaranya pada tahun 2022 pemberian kepada Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy yang diberi gelar kehormatan nama adat Gowa dengan sebutan Daeng Majarre yang memiliki makna sebagai tokoh pemersatu atau yang mempererat.
Selain itu, Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri juga pernah mendapat gelar kehormatan dari Kerajaan Gowa pada tahun 2006 silam.
Gelar yang diterima Megawati adalah I Fatimah Daeng Takontu Karaeng Campagaya, yang merupakan simbol pejuang dan pemimpin wanita dari Gowa. Nama I Fatimah Daeng Takontu Karaeng Campagaya merupakan putri Raja Gowa XVI, yakni I Mallombasi Daeng Mattawang Sultan Hasanuddin yang lebih dikenal sebagai Sultan Hasanuddin.
Diketahui, Kerajaan Gowa berpusat di Sulawesi Selatan tepatnya di Kabupaten Gowa. Kerajaan ini merupakan gabungan dari dua kerajaan yang berasal dari keturunan Kerajaan Gowa, yang didirikan oleh Tumanurung Bainea pada awal abad ke-14.
Kerajaan Gowa-Tallo mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-17, ketika kesultanan ini berkembang sebagai pusat perdagangan dan mengembangkan berbagai inovasi di bidang pemerintahan, ekonomi, militer, dan sosial budaya.
Awal mula kejayaan kerajaan ini tidak lepas dari peran Karaeng Patingalloang, seorang mangkubumi yang menjalankan kekuasaan pada 1639-1654, mendampingi Sultan Malikussaid yang kala itu masih kecil. Pemimpin kesultanan Gowa-Tallo yang paling terkenal adalah Sultan Hasanuddin.
Kerajaan Gowa masih dapat dijumpai dengan berbagai warisan budayanya yang tersebar di wilayah Gowa dan Makassar seperti Balla Lompoa, Masjid Katangka, Pelabuhan Paotere, Makam Raja-raja Gowa, Makam Raja-raja Tallo, Baju Bodo, Songkok Guru dan lainnya.