kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Masjid 25 Kubah di Ujung Lero Pinrang Konon Terbuat dari Putih Telur

banner 468x60

KABARBUGIS.IDMasjid Jami Al Muhajirin memiliki 25 kubah terletak di Desa Ujung Lero, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel), memiliki keunikan sendiri. Pasalnya masjid ini dibangun menggunakan batu bata, batu karang, dan putih telur. Bahkan kerangka bangunannya tanpa menggunakan besi.

Dikutip dari KabarMakassar.com Imam Masjid 25 Kubah (Jami Al Muhajirin), Habib Yusuf bin Abdullah mengatakan Masjid tersebut dibangun sekitar tahun 1950 oleh Habib Hasan bin Alwy bin Sahil atau biasa disebut KH Hasan Alwi, ulama keturunan Arab yang berdagang dan menyebarkan ajaran Islam di Tanah Mandar, Sulawesi Barat.

"Habib Hasan datang ke Desa Ujung Lero karena warga kampungnya sedang dibantai oleh para penjajah waktu itu. Masjid ini dinamai Al Muhajirin yang memiliki arti orang-orang yang hijrah," kata Habib Yusuf.

"Ia kemudian hijrah ke Suppa dan berbaur ke masyarakat dan sudah dianggap penduduk di lokasi ini. Habib Hasan lalu ditawari penduduk sekitar untuk membangun Masjid dikarenakan ia seorang arsitek," sambungnya.

Masjid yang arsitekturnya menyerupai Masjid Nabawi di Madinah ini memiliki dengan 25 kubah yang melambangkan 25 nabi. Masjid ini dikerjakan dengan swadaya masyarakat.

Awalnya bangunan masjid hanya berukuran kecil, namun oleh sang kiai kembali direnovasi sepulangnya dari Madinah dengan berukuran 50 x 40 meter di atas lokasi 1 hektar dan mampu menampung hingga 1.500 jamaah.

"Awal dibangun masjid ini berukuran kecil, setelah di renovasi sekarang masjid ini bisa menampung hingga 1500 jamaah," bebernya.

Sementara itu, salah satu pengurus masjid, Ustaz Abdul Rahman menuturkan saat Masjid ini dibangun dulu, kerangka dari bangunan masjid tidak menggunakan besi.

"Tidak seperti bangunan-bangunan sekarang, masjid ini tidak memakai besi sebagai rangka bangunan," ungkapnya.

"Dulu itu orang-orang membangun menggunakan batu bata, batu karang, dan putih telur. Bangunannya bisa kokoh dikarenakan cara mengaduk bahannya," ungkapnya lagi.

Bahan bangunan masjid itu sangat dijaga baik-baik oleh masyarakat saat itu. Campuran bahan bangunannya harus terhindar dari najis.

"Jadi kalau ada bangunan yang dilewati atau dijilat anjing, bahan tersebut harus dibuang," kata Rahman.

Selain itu, Abdul Rahman menuturkan jika Masjid ini punya cerita dan keunikan tersendiri.

"Dulu di tahun 90'an terjadi gempa di Pinrang yang mengakibatkan salah satu bagian bangunan retak. Namun, setelah gempa susulan, retakan itu kembali menyatu," terangnya.

Ada juga, cerita mengenai arsitek Jepang yang pernah berkunjung dan melihat Masjid ini.

"Beberapa tahun silam, arsitek tersebut mengatakan kalau Masjid ini tidak akan bertahan lama. Namun ternyata hingga saat ini masih tetap kokoh," ujarnya.