KabarMakassar.com — Mangrove atau hutan bakau adalah ekosistem unik yang tumbuh di wilayah pesisir dengan salinitas tinggi. Dengan akar-akar khas yang mampu bertahan di tanah berlumpur dan terendam air laut, mangrove berperan penting dalam melindungi garis pantai dari abrasi, gelombang tinggi, sekaligus menjadi habitat bagi berbagai spesies laut dan burung pesisir.
Di pesisir Makassar, ekosistem mangrove berfungsi sebagai garis pertahanan alami terhadap dampak perubahan iklim. Lebih dari sekadar pemandangan hijau, hutan bakau di wilayah ini merupakan aset penting bagi lingkungan dan masyarakat.
Jurnal Environmental Science mengungkap, mangrove memiliki kapasitas menyerap karbon hingga empat kali lebih tinggi dibandingkan hutan tropis biasa. Setiap hektare mangrove mampu menahan puluhan ribu ton karbon sekaligus melindungi pantai dari erosi.
Hutan mangrove di Makassar memiliki fungsi strategis yang beragam. Akar-akar kuatnya tidak hanya menahan abrasi, tetapi juga menjadi habitat bagi berbagai spesies ikan, kerang, dan burung pesisir. Ekosistem ini berperan menjaga keseimbangan lingkungan yang kompleks.
Menurut salah satu peneliti mangrove, Amal Arfan menjelaskan bahwa selain berfungsi sebagai mitigasi karbon, mangrove memiliki manfaat penting menghadapi dampak perubahan iklim.
“Akar mangrove berperan sebagai perangkap sedimen, mengurangi erosi pantai, dan memperkuat garis pantai,” jelasnya.
Sementara itu, A. Magfirah dari Duta Lingkungan Sulawesi Selatan menegaskan pentingnya ekosistem mangrove di wilayah pesisir Makassar.
“Mangrove berfungsi mencegah erosi pantai dan mendukung keanekaragaman hayati yang vital bagi kesejahteraan masyarakat pesisir,” ujarnya.
Penelitian terbaru di kawasan ekowisata mangrove Lantebung menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk menganalisis kerapatan vegetasi melalui Normalized Difference Vegetation Index (NDVI).
Hasil penelitian menunjukkan kerapatan mangrove di kawasan ini tergolong sehat, dengan NDVI tertinggi mencapai 0,63 ind/m².
Spesies Rhizophora mucronata mendominasi kawasan ini, sementara Sonneratia alba lebih jarang ditemukan. Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Marine Research edisi Agustus 2023 ini menegaskan pentingnya kawasan mangrove Lantebung sebagai ekosistem yang sehat dan berpotensi besar untuk dikembangkan sebagai ekowisata berbasis konservasi.
Hutan mangrove di Lantebung tidak hanya menjadi benteng alami, tetapi juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi ekowisata.
Pendekatan ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian mangrove sekaligus mendukung kesejahteraan masyarakat lokal.
Melalui analisis integratif antara teknologi SIG dan survei lapangan, kebijakan pelestarian dapat dirancang secara lebih efektif.
Strategi ini diperlukan untuk menjaga keberlanjutan ekosistem mangrove, yang merupakan investasi penting bagi masa depan lingkungan di pesisir Makassar.
Mangrove tidak hanya berfungsi sebagai pelindung ekologis, tetapi juga berperan sebagai solusi alami menghadapi krisis iklim global.
Dengan menjaga dan memanfaatkan ekosistem ini secara bijaksana, masyarakat pesisir Makassar dapat mewarisi lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang. (Mutmainna Sari Hamsah)