KabarMakassar.com — Upaya perlindungan terhadap perempuan dan anak di Kota Makassar terus menunjukkan hasil positif. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Makassar mencatat 50 laporan kasus kekerasan sejak awal tahun hingga 4 Februari 2025.
Meski jumlah ini masih tergolong tinggi, pemerintah optimis karena angka tersebut menunjukkan tren penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, di mana total kasus mencapai 520 laporan sepanjang 2024.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Makassar, Achi Soleman, menyebut bahwa kesadaran masyarakat untuk melaporkan dan mencegah kekerasan semakin meningkat.
“Secara kuantitatif angkanya memang masih besar, tetapi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi penurunan,” terang Achi
Salah satu faktor yang berperan besar dalam penurunan ini adalah program Shelter Warga, yang kini telah tersebar di 95 dari 153 kelurahan di Makassar.
Shelter Warga berfungsi sebagai tempat penampungan sementara bagi korban kekerasan perempuan dan anak, serta pusat pendampingan dan edukasi bagi masyarakat.
Achi menargetkan pada 2026, setiap kelurahan di Makassar akan memiliki shelter sendiri agar perlindungan semakin merata.
Selain di perkotaan, program ini juga mulai diterapkan di daerah kepulauan seperti Kecamatan Sangkarrang. Meskipun daerah ini mencatat nol kasus kekerasan, langkah preventif tetap dilakukan dengan sosialisasi intensif.
Menurut DPPPA Makassar, keberhasilan menekan angka kekerasan tidak lepas dari peran aktif masyarakat, media, dan berbagai pihak lainnya.
Achi pun mengimbau agar warga terus bersuara dan melaporkan jika terjadi kasus kekerasan.
“Kita semua harus tetap waspada, speak up, dan segera melaporkan jika ada tindakan kekerasan,” tegasnya.
Di tengah upaya perlindungan ini, kasus pelecehan terhadap lima anak di bawah umur di Kelurahan Bontoala, Makassar, menjadi sorotan.
Kasus ini terungkap setelah seorang anak mengaku kepada orang tuanya, yang kemudian menjadi perbincangan di lingkungan sekitar. Kejadian ini pun terekam CCTV salah satu masjid di Kelurahan Bontoala Parang.
Dalam video yang beredar, pelaku nyaris diamuk warga setelah aksinya terbongkar.
Lurah Bontoala Parang, Ani Tandi Rapak, memastikan bahwa kasus ini telah ditangani, dan asesmen langsung dilakukan oleh PPA untuk mencegah trauma berkepanjangan pada korban.
“Pihak keluarga sudah melapor ke Polrestabes Makassar,” ujar Ani, Minggu (02/02).
Dari hasil asesmen, disebutkan bahwa lima anak diduga menjadi korban pelecehan, dengan beberapa di antaranya mengalami kejadian sejak dua bulan lalu hingga tiga hari terakhir.
Pelaku disebut bukan pengurus masjid, namun sering datang ke sana dan memanfaatkan modus sebagai guru mengaji untuk mendekati korban.
“Menurut RT, RW, maupun pengurus masjid, pelaku datang dengan mengaku sebagai guru mengaji. Anak-anak pun percaya begitu saja,” ungkap Ani.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa meskipun angka kekerasan menurun, kewaspadaan masyarakat tetap diperlukan, terutama dalam menjaga anak-anak dari predator berkedok sosok religius.