KabarMakassar.com — Ustaz Khalid Basalamah dalam salah satu ceramahnya mengangkat kisah inspiratif dari salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, yakni Amr bin Ash. Kisah ini, menurut Ustaz Khalid, memberikan banyak pelajaran berharga terutama terkait kepemimpinan, kepercayaan, dan ketaatan.
Amr bin Ash pada awalnya dikenal sebagai salah satu musuh besar Islam yang sangat disegani di kalangan Quraisy. Ia memiliki kecerdasan dan pengaruh yang besar di antara kaumnya. Sebelum memeluk Islam, Amr bahkan pernah ditugaskan oleh kaum Quraisy untuk menghadang Jafar bin Abi Thalib beserta para sahabat lainnya yang saat itu mengungsi ke negeri Habasyah (Ethiopia) untuk mencari perlindungan dari penganiayaan di Mekkah.
Namun, perjalanan hidup Amr berubah drastis ketika ia akhirnya memutuskan untuk masuk Islam. Hanya dalam tiga bulan setelah menjadi seorang Muslim, Nabi Muhammad SAW memberikan kepercayaan besar kepada Amr dengan menugaskannya memimpin sebuah ekspedisi militer. Meskipun baru seumur jagung dalam keislamannya, Nabi menilai Amr memiliki potensi besar yang layak untuk diberi tanggung jawab berat.
Ekspedisi militer ini ditugaskan untuk menghadapi suku Arab yang berencana menyerang kota Madinah. Tugas ini bukanlah hal yang ringan, terutama mengingat pasukan yang dipimpin Amr terdiri dari sahabat-sahabat senior yang telah lama berjuang bersama Nabi, seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Keputusan Nabi untuk menunjuk Amr sebagai pemimpin ekspedisi tentu menimbulkan berbagai reaksi. Salah satu sahabat yang sempat meragukan keputusan ini adalah Umar bin Khattab. Umar merasa bahwa Amr, yang baru saja meninggalkan sisi musuh, belum memiliki pengalaman yang cukup dalam Islam, apalagi untuk memimpin pasukan yang terdiri dari sahabat-sahabat senior.
Namun, Abu Bakar yang dikenal bijaksana, menenangkan Umar dengan mengingatkan bahwa Nabi pasti memiliki alasan kuat untuk membuat keputusan tersebut. “Jika Nabi telah menunjuknya, itu berarti ada hikmah penting di baliknya,” kata Abu Bakar kepada Umar. Pesan ini akhirnya membawa ketenangan bagi Umar, yang kemudian mendukung Amr dan mengikuti perintahnya.
Saat ekspedisi dimulai, Amr bin Ash segera menunjukkan kecerdasannya dalam memimpin. Salah satu keputusannya yang cukup kontroversial adalah melarang pasukan untuk menyalakan api di malam hari, meskipun cuaca sangat dingin. Amr memahami bahwa menyalakan api bisa mengundang perhatian musuh yang jumlahnya lebih besar. Oleh karena itu, ia memilih untuk menjaga posisi pasukan tetap tersembunyi dan aman dari serangan mendadak.
Keputusan ini awalnya menimbulkan keraguan di antara para sahabat, terutama Umar, yang menganggap perintah ini terlalu ekstrem mengingat kondisi cuaca yang sangat dingin. Namun, Amr tetap teguh dengan keputusannya demi keselamatan pasukan.
Pada suatu malam, Amr menghadapi ujian yang tidak terduga. Ia bermimpi dan merasa dirinya wajib mandi besar. Namun, dengan cuaca yang sangat dingin, ia khawatir jika mandi dengan air dingin akan membuatnya jatuh sakit dan melemahkan kemampuannya untuk memimpin. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk bertayamum meskipun ada air yang tersedia, demi menjaga kesehatannya agar tetap mampu memimpin pasukan.
Keputusan ini lagi-lagi menimbulkan tanda tanya di antara para sahabat, terutama bagi Umar yang berpikir bahwa tayamum hanya diperbolehkan jika air tidak tersedia. Namun, Amr memiliki pemahaman yang berbeda, ia lebih mementingkan kelangsungan tugas yang lebih besar.
Setelah ekspedisi selesai dan pasukan kembali ke Madinah, Nabi Muhammad menanyakan kepada Amr tentang keputusannya selama ekspedisi tersebut. Amr menjelaskan bahwa semua keputusannya, mulai dari melarang menyalakan api hingga bertayamum, diambil untuk melindungi pasukan dan memastikan kemenangan. Nabi setuju dengan penjelasan Amr dan menegaskan bahwa keputusannya benar dan tepat.
Ustaz Khalid Basalamah menekankan bahwa kisah ini mengandung banyak pelajaran berharga. Salah satunya adalah pentingnya ketaatan kepada pemimpin yang sah, yang merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Selain itu, kisah ini juga mengajarkan bahwa dalam Islam, penilaian terhadap seseorang tidak semata-mata didasarkan pada masa lalunya, tetapi pada kemampuan dan komitmennya dalam menjalankan amanah yang diberikan.
Amr bin Ash, meskipun awalnya adalah musuh besar Islam, membuktikan bahwa dengan bimbingan yang benar dan ketekunan dalam menjalankan perintah, ia bisa menjadi pemimpin yang diakui dan dihormati. Keputusannya dalam pertempuran tersebut, meskipun kontroversial, menunjukkan kecerdasannya dalam memahami situasi dan kemampuannya untuk membuat keputusan yang sulit demi kepentingan umat. Dengan demikian, Amr bin Ash layak menjadi teladan dalam hal keberanian dan kebijaksanaan dalam memimpin.