kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Kemarau Panjang 2024 Berdampak pada Pertanian, Ini Antisipasi Mentan

Kemarau Panjang 2024 Berdampak pada Pertanian, Ini Antisipasi Mentan
Menteri Pertanian RI, Amran Sulaiman. (Dok: ist).
banner 468x60

KabarMakassar.com — Kementerian Pertanian (Kementan) menyampaikan langkah antisipatif untuk menghadapi musim kemarau panjang tahun 2024 yang diproyeksikan berdampak signifikan pada sektor pertanian nasional.

Demikian dikatakan Menteri Pertanian (Mentan) RI, Andi Amran Sulaiman mengatakan, langkah antisipatif telah dipersiapkan sejak Oktober 2023.

Beberapa di antaranya,yakni peningkatan infrastruktur pompa hingga rehabilitasi jaringan irigasi tersier.

“Beberapa inisiatif yang disiapkan Kementan antara lain peningkatan infrastruktur pompa untuk pengairan lahan sawah tadah hujan, rehabilitasi jaringan irigasi tersier, optimalisasi penggunaan lahan rawa, serta peningkatan kapasitas dan manajemen waduk bendungan,” ungkap Mentan Amran, Jumat (21/) kepada awak media di Jakarta.

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memproyeksikan musim kemarau 2024 akan berlangsung panjang, mulai Juni hingga September, dengan puncaknya pada Agustus.

Oleh karena itu, Mentan Amran meyakini perlu segera melakukan antisipasi terhadap kinerja produksi pangan dalam negeri, termasuk El-Nino 2023 yang dampaknya masih berlanjut ke 2024.

Kementan juga menilai pentingnya mengembangkan teknologi budidaya pertanian hemat air dan gerakan panen air hujan juga diperkenalkan untuk meningkatkan ketahanan pangan terhadap dampak kekeringan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan luas tanam padi selama periode Oktober 2023 – April 2024 sebesar 6,55 juta hektar, mengalami penurunan 3,83 juta hektar atau 36 persen dibandingkan rata-rata periode yang sama tahun 2015-2019 sebesar 10,39 juta hektar.

Lebih jauh kata Amran, bahwa ia meyakini perlu segera melakukan antisipasi terhadap kinerja produksi pangan dalam negeri, termasuk El-Nino 2023 yang dampaknya masih berlanjut ke 2024.

Kementan juga menilai pentingnya mengembangkan teknologi budidaya pertanian hemat air dan gerakan panen air hujan juga diperkenalkan untuk meningkatkan ketahanan pangan terhadap dampak kekeringan.

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan luas tanam padi selama periode Oktober 2023 – April 2024 sebesar 6,55 juta hektar, mengalami penurunan 3,83 juta hektar atau 36 persen dibandingkan rata-rata periode yang sama tahun 2015-2019 sebesar 10,39 juta hektar. Penurunan luas tanam ini mempengaruhi luas panen padi dan berdampak pada penurunan produksi padi nasional.

“Kementan bersama dengan stakeholder terkait akan terus mengawasi dan melaksanakan langkah-langkah kesiapsiagaan kemarau dengan cermat untuk mengurangi dampak negatif musim kemarau terhadap produksi pangan nasional dan mempertahankan ketersediaan pangan yang memadai bagi masyarakat,” kata Amran.

Saat ini, pembangunan pertanian menghadapi tantangan yang semakin kompleks akibat dampak perubahan iklim ekstrem El Nino, konflik geopolitik, dan dinamika ekonomi global.

Hal ini menyebabkan restriksi ekspor dari negara-negara produsen pangan, meningkatnya biaya produksi dan harga pangan, serta potensi krisis pangan.

Sementara itu, pada 2025, dalam mendukung pencapaian Indonesia Emas (IE) 2045, Kementan akan fokus pada empat program utama.

Ketersediaan, Akses, dan Konsumsi Pangan Berkualitas; Nilai Tambah dan Daya Saing Industri; Pendidikan dan Pelatihan Vokasi; dan Dukungan Manajemen.

Diketahui target produksi komoditas pertanian pada 2025 sebagai berikut:

1. Padi sebesar 56,05 juta ton GKG
2. Jagung 16,68 juta ton
3. Kedelai 334 ribu ton
4. Cabai 3,08 juta ton
5. Bawang merah 1,99 juta ton
6. Kopi 772 ribu ton
7. Kakao 641 ribu ton
8. Tebu 36 juta ton
9. Kelapa 2,88 juta ton
10. Daging sapi/kerbau 405,44 ribu ton
11. Daging ayam 4,0 juta ton.

Sementara itu, junjungan kerja Mentan Andi Amran Sulaiman ke Kompleks Kantor Gubernur Sulawesi Selatan, Senin (27/5) lalu disambut antusias oleh masyarakat Sulsel. Kehadiran para petani, penyuluh, Babinsa, Babinkamtib, bupati/walikota se-Sulsel, dan masyarakat umum menambah kemeriahan acara.

Saat berkunjung, Mentan Amran tidak hanya memberikan motivasi, tetapi juga menyerahkan paket bantuan pertanian pasca-banjir dan program reguler pertanian senilai lebih dari Rp 410 miliar, ditambah pupuk subsidi senilai lebih dari Rp 2,5 triliun.

Bantuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani di Sulsel. Perhelatan dihadiri oleh Pj Gubernur Sulsel, Prof. Zudan Arif Fakrullah, bupati/walikota, dandim, perwakilan dari Pupuk Indonesia, dan pejabat lingkup Kementerian Pertanian lainnya.

Bantuan yang diserahkan mencakup benih tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, pupuk, dan alat mekanisasi pertanian (alsintan) dengan nilai lebih dari Rp 365 miliar. Selain itu, Kementan juga memberikan bantuan untuk bencana alam di tujuh kabupaten yaitu: Luwu, Enrekang, Sidrap, Wajo, Bone, Pinrang, dan Sinjai senilai Rp 48,3 miliar.

Di depan 2.500 orang, Mentan Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa penyerahan bantuan ini bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan dan kesejahteraan petani.

“Melalui bantuan ini, kami ingin daerah-daerah yang terkena musibah segera pulih dan Sulawesi Selatan semakin maju,” ujar Amran.

Mentan berharap bantuan ini dapat meringankan beban korban sehingga mereka dapat bangkit kembali dan memperkuat perekonomian Sulsel yang sempat terganggu akibat bencana.

“Bencana di Sulsel ini harus kita hadapi bersama, karena satu petani yang terkena bencana adalah musibah kita bersama. Maka yang terdampak ini akan kita beri bibit, benih, traktor, dan pupuk gratis,” tegasnya.

Amran mengungkapkan bahwa kehadirannya di Sulsel adalah perintah langsung dari Presiden Joko Widodo.

“Saya mendapat penugasan khusus dari Bapak Presiden untuk menyelesaikan seluruh permasalahan pertanian di daerah, khususnya petani yang terdampak bencana alam,” ujarnya.

Sebanyak 60 truk berisi bantuan diberangkatkan dari pelataran Kantor Gubernur Sulawesi Selatan untuk disalurkan ke wilayah terdampak bencana di tujuh kabupaten.

Mentan berharap semua pihak saling mendukung, memperkuat, bersinergi, dan mewujudkan semangat persaudaraan dalam memulihkan kondisi di area terdampak bencana.

Ketua Ikatan Alumni (IKA) Universitas Hasanuddin (Unhas) itu menekankan pentingnya bergandengan tangan dan membantu saudara-saudara yang terkena musibah.

“Saudara-saudaraku, ini ujian bagi kita semua. Kita harus saling tolong-menolong, karena ini adalah jembatan kita masuk surga-Nya Allah. Negara tentunya akan selalu hadir dalam setiap permasalahan yang terjadi di negeri kita ini, khususnya bencana alam,” katanya.

Diketahui, sebanyak tujuh kabupaten di Sulawesi Selatan yang diterjang banjir dan longsor telah kehilangan 15 orang meninggal dunia. Dimana 210 warga yang paling terdampak, khususnya di Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, dievakuasi ke pengungsian sementara.