KabarMakassar.com — Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, HM Jusuf Kalla (JK) berkunjung ke Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, pada Jumat (04/10).
Dalam kunjungannya, JK membahas tentang teknologi masa depan hingga budaya Indonesia sekaligus silaturahmi dengan Internal UMI yang berlangsung tertutup di Gedung Fakultas Kedokteran UMI.
Wakil Rektor V UMI, Prof. Hattah Fattah mengatakan terdapat sejumlah hal yang dibahas JK dalam silaturahmi bersama internal UMI tersebut.
“Pak JK berharap kita bisa terus mengembangkan perguruan tinggi ini. Terutama untuk teknologi masa depan,” ungkap Prof. Hattah kepada wartawan.
Prof. Hattah Fattah mengatakan JK memberi masukan agar JK Center yang dibangun di UMI dapat membangun minat masyarakat melalui pendekatan kebudayaan.
Menurut JK kata Prof. Hattah kebudayaan menjadi salah satu keunggulan yang dimiliki negara Indonesia.
“JK Center ini kita bangun karena kita melihat dari mitra-mitra kita itu interestnya di budaya. Nah satu-satunya keunggulan yang mereka lihat dari bangsa kita adalah persoalan budaya,” sambungnya.
Prof. Hattah menyebut budaya yang dimiliki oleh Indonesia merupakan budaya yang tak dimiliki oleh bangsa lain dan menjadi modal penting untuk masa. depan
“Kita memiliki budaya yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Kemudian itu menjadi sebuah interest bahwa bangsa Indonesia dengan keberagaman yang tinggi masih bisa bertahan, kemudian dari segi budaya Indonesia itu punya masa lalu yang cemerlang,” sebutnya
Dalam pertemuan silaturahmi tertutup itu, Prof. Hattah menyebut JK turut menyoroti kisruh kepemimpinan yang tengah terjadi di UMI dan berharap UMI bisa terus memperbaiki tata kelola yang baik.
“Tentu juga Pak JK sebelumnya berbicara tentang tata kelola. Bagaimana tata kelola itu kita harus perbaiki, bagaimana terus membangun teknologi masa depan yang menjadi harapan bangsa kita,” pungkasnya
Meski begitu, Prof. Hattah tidak menjelaskan lebih lanjut soal arahan JK terhadap kisruh kepemimpinan yang terjadi di UMI.
Pihaknya menyebut UMI terus berproses untuk menormalisasi keadaan.
“Ya, saya kira itu secara eksplisit disebut dalam bagaimana terus memperbaiki tentang tata kelola atau good goverment. Kita berproses untuk menormalisasi keadaan,” singkatnya