kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Hati-Hati! Ini Penyakit Reproduksi yang Rentan Dialami Pria

Hati-Hati! Ini Penyakit Reproduksi yang Rentan Dialami Pria
Ilustrasi penyakit reproduksi pada pria (Dok: Int)
banner 468x60

KabarMakassar.com — Penyakit yang berhubungan dengan sistem reproduksi pria merupakan gangguan kesehatan yang dapat mempengaruhi fungsi organ kelamin pria. Gangguan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kelainan yang ada sejak lahir, infeksi, cedera pada organ reproduksi, atau bahkan keberadaan tumor.

Walau banyak orang yang lebih familiar dengan istilah impotensi atau disfungsi ereksi sebagai penyakit reproduksi pria, kenyataannya terdapat banyak jenis penyakit lainnya yang juga bisa mempengaruhi sistem reproduksi pria.

Pemprov Sulsel

Beberapa dari penyakit-penyakit tersebut dapat berpotensi menyebabkan masalah kesuburan, yang mana dapat memengaruhi kemampuan pria untuk memiliki keturunan.

Jangan mengabaikan gejala yang muncul pada organ reproduksi pria, seperti rasa sakit pada testis yang dirasakan ketika berhubungan seks atau bahkan ketika buang air kecil.

Gejala seperti ini dapat menjadi indikasi adanya masalah atau gangguan pada sistem reproduksi pria. Kondisi itu sebaiknya tidak dianggap enteng, karena dapat menandakan adanya penyakit yang membutuhkan perhatian medis.

Apabila gejala seperti ini muncul, maka sangat penting untuk segera memeriksakan diri ke tenaga medis untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan penanganan yang sesuai.

Melansir dari Alodokter yang merupakan mitra resmi Kementerian Kesehatan, berikut sejumlah penyakit reproduksi pada pria:

1. Kriptorkismus

Ini merupakan suatu kondisi medis di mana salah satu atau bahkan kedua testis tidak berada di posisi yang seharusnya, sehingga testis tersebut tidak dapat terlihat. Kondisi ini bisa terjadi karena testis gagal turun ke dalam kantung skrotum pada saat perkembangan janin.

Kriptorkismus adalah kelainan bawaan yang biasanya terjadi sejak lahir dan lebih sering dialami oleh bayi yang lahir prematur. Ketika kondisi ini terjadi, penurunan testis ke posisi yang benar tidak terjadi secara alami.

Salah satu metode yang efektif dalam mengatasi kriptorkismus adalah dengan melakukan prosedur operasi yang disebut orkidopeksi. Dalam prosedur ini, testis yang tidak turun akan diposisikan dengan benar di dalam kantung skrotum untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Hiperplasia prostat jinak

Hiperplasia prostat jinak yang sering disingkat BPH merupakan suatu kondisi medis di mana kelenjar prostat mengalami pembesaran yang menyebabkan tekanan pada uretra, saluran yang berfungsi untuk mengalirkan urine dari kandung kemih menuju ke lubang kencing.

Pembesaran prostat tersebut sering kali terjadi sebagai bagian dari proses penuaan alami pada pria, dan biasanya disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam keseimbangan hormon seksual seiring bertambahnya usia.

Saat kelenjar prostat membesar, hal ini dapat mengganggu aliran urine, yang mengarah pada berbagai gejala. Beberapa gejala yang sering muncul pada penderita BPH diantaranya adalah aliran urine yang menjadi lemah atau bahkan bercabang, keinginan untuk buang air kecil yang lebih sering, serta kesulitan dalam memulai buang air kecil atau mengosongkan kandung kemih dengan tuntas.

Gejala-gejala tersebut bisa sangat mengganggu dan mempengaruhi kualitas hidup penderita, sehingga memerlukan penanganan medis.

3. Kanker prostat

Kanker prostat umumnya terjadi pada pria yang berusia di atas 50 tahun, dan risiko terkena penyakit ini semakin tinggi apabila ada riwayat kanker prostat dalam keluarga.

Penyakit tersebut sering kali menimbulkan gejala-gejala yang mengganggu, seperti rasa nyeri atau sakit saat buang air kecil, serta saat ejakulasi. Selain itu, penderita juga mampu merasakan nyeri pada bagian punggung bawah, yang sering kali menjadi tanda adanya masalah pada prostat.

Pada sejumlah kasus, darah juga bisa ditemukan dalam urine, yang menjadi indikasi lain dari penyakit ini. Untuk menangani kanker prostat, terdapat beberapa metode pengobatan yang dapat dilakukan, yang tentunya disesuaikan dengan tingkat keparahan kanker itu sendiri.

Di antara pilihan pengobatan yang umum digunakan adalah terapi hormon, yang bertujuan untuk dapat mengatur kadar hormon yang mempengaruhi pertumbuhan sel kanker. Selain itu, terapi radiasi bisa digunakan untuk menghancurkan sel-sel kanker, sementara kemoterapi menjadi pilihan ketika kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lain.

Operasi untuk mengangkat prostat juga dapat menjadi alternatif pengobatan, terutama pada kasus kanker yang masih terbatas pada prostat dan dapat dioperasi.

4. Varikokel

Varikokel iala kondisi medis yang ditandai dengan pembengkakan pada pembuluh darah vena yang terdapat di dalam kantong buah zakar atau skrotum.

Pembengkakan itu terjadi akibat pelebaran pembuluh darah yang tidak normal, yang dapat mengganggu aliran darah di area tersebut. Selain menyebabkan pembesaran pada salah satu atau kedua testis, varikokel juga berisiko menurunkan ukuran testis, yang bisa berdampak pada kualitas dan jumlah sperma yang dihasilkan.

Sehingga mengakibatkan, kondisi ini dapat berkontribusi pada masalah kesuburan pria dan bahkan menyebabkan infertilitas atau kemandulan, karena produksi sperma yang terganggu.

Gejala utama dari varikokel umumnya meliputi pembengkakan yang terasa pada salah satu testis, yang bisa disertai rasa sakit ataupun ketidaknyamanan.

Rasa sakit tersebut cenderung lebih terasa saat tubuh berada dalam posisi berdiri, karena gravitasi dapat memperburuk pembengkakan dan menyebabkan aliran darah yang tidak lancar.