KabarMakassar.com — Japanese Film Festival 2024 resmi ditutup pada Hari Minggu, (15/12) pukul 23:00. Setelah berlangsung selama 3 hari, dengan antusiasme luar biasa dari komunitas, penonton, dan kritikusl industri perfilman. Acara penutupan yang diselenggarakan di CGV Panakukang ini ditutup dengan pemutaran film yang berjudul “Godzilla Minus One” yang tiketnya telah habis terjual 7 hari sebelum hari penayangan film tersebut.
Dalam Godzilla Minus One, Godzilla muncul di Jepang pasca-perang, menghancurkan negara yang masih bergulat dengan trauma masa lalunya.
Judul film ini merujuk pada konsep di mana kehadiran Godzilla menjadi krisis eksistensial tambahan bagi negara tersebut.
Cerita film ini menggali tema-tema seperti trauma, akibat dari peperangan, dan kerentanannya umat manusia di hadapan kekuatan alam yang luar biasa.
Godzilla di sini tidak hanya sekadar monster penghancur, tetapi juga simbol dari rasa bersalah kolektif Jepang dan ketakutan akan bencana yang terulang.
Cerita dalam film ini tidak hanya berfokus pada kekacauan yang disebabkan oleh Godzilla, tetapi juga pada karakter-karakter manusia, hubungan mereka, dan pilihan moral yang mereka hadapi. Hal ini memberikan kedalaman emosional yang membuat kehadiran Godzilla lebih dari sekadar tontonan spektakuler.
Godzilla Minus One adalah sebuah film yang luar biasa yang disutradarai oleh Takashi Yamazaki, berhasil memadukan spektakel aksi monster dengan cerita yang emosional dan penuh makna.
Dengan mengangkat trauma pasca-perang dan menggambarkan Godzilla sebagai simbol kehancuran yang tak terhindarkan, film ini sukses memberikan nuansa yang lebih mendalam dibandingkan dengan kebanyakan film kaiju modern.
Penggemar film Godzilla maupun penonton yang mencari pengalaman sinematik yang lebih matang dan penuh refleksi akan menemukan Godzilla Minus One sebagai film yang tak terlupakan.
Setelah 8 tahun menjadi acara tahunan yang selalu ditunggu tahun ini sukses meningkatkan minat penonton di Makassar dari tahun sebelumnya.
Hal ini dibuktikan dengan pembelian tiket secara online yang laku terjual sebanyak 80% sebelum hari pemutaran. Di antara film-film Jepang yang ditayangkan, terdapat beberapa favorit penonton seperti AKIRA, film ikonik yang rilis pertama kali pada 1988.
“Film ini ditayangkan kembali dalam format 4K dan mencetak penjualan penuh pada tiga penayangannya di JFF Jakarta bulan lalu,” jelas Puput.
Festival ini memberikan kesempatan langka bagi para pencinta sinema Jepang di Indonesia untuk menikmati karya-karya terbaik dari berbagai genre dan era.
Dengan adanya festival ini, diharapkan masyarakat dapat lebih mengenal budaya Jepang melalui medium film, sekaligus memperkaya pengalaman menonton mereka dengan berbagai pilihan genre.