kabarbursa.com
kabarbursa.com
News  

Geopark Maros-Pangkep Terancam Kehilangan Status Global Jika Rekomendasi UNESCO Tak Dipenuhi

Geopark Maros-Pangkep Terancam Kehilangan Status Global Jika Rekomendasi UNESCO Tak Dipenuhi
Konferensi pers Badan Pengelola Global Geopark Pangkep-Maros (Dok: Atri KabarMakassar)
banner 468x60

KabarMakassar.com — Status kawasan Geopark Maros-Pangkep sebagai Global Geopark akan dicabut dijika enam rekomendasi penting dari UNESCO tidak dipenuhi dalam proses revalidasi pada tahun 2026 mendatang.

Hal ini diungkapkan oleh General Manager Badan Pengelola UNESCO Global Geopark Maros-Pangkep, Dedy Irfan Bachri, saat konferensi pers di salah satu cafe di Kota Makassar, Selasa (24/12).

Pemprov Sulsel

Dedy menerangkan bahwa rencana revalidasi tersebut akan menentukan status UNESCO Global Geopark yang telah diperoleh sejak 2023, dan jika keenam rekomendasi tidak dilaksanakan maka akan mendapatkan peringatan berupa kartu kuning atau bahkan dicabut.

“Saat ini kita sudah berstatus sebagai UNESCO Global Geopark, yang setiap empat tahun sekali kan dievaluasi atau diassess kembali oleh UNESCO. Proses revalidasi ini akan berlangsung pada tahun 2026, dan hasilnya akan diumumkan pada tahun 2027,” kata Dedy.

Sebagai persiapan menghadapi revalidasi tersebut, Dedy meneyebutkan ada enam rekomendasi utama yang harus dipenuhi oleh pengelola Geopark Maros-Pangkep untuk menjaga statusnya.

Keenam rekomendasi tersebut adalah Sosialisasi, Konservasi, Edukasi, Pemberdayaan masyarakat, Branding, dan Kerjasama dengan berbagai mitra.

Dikatakan Dedy, bahwa Geopark harus dapat mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya nilai-nilai geologi yang ada di kawasan tersebut. Hal ini melibatkan penguatan pendidikan geologi baik di tingkat sekolah maupun di masyarakat umum.

Kemudian manajemen badan pengelola serta alokasi anggaran yang baik, dengan dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kabupaten Maros serta Pangkep, sangat diperlukan untuk menjaga kelangsungan dan pengembangan geopark ini.

“Kegiatan edukasi dan riset di kawasan Geopark harus terus ditingkatkan agar kawasan ini tidak hanya menjadi destinasi wisata, tetapi juga menjadi pusat penelitian dan inovasi di bidang geologi dan biologi.
Aspek perubahan iklim juga harus dimasukkan dalam dokumen rencana induk geopark untuk menghadapi tantangan lingkungan di masa depan. Master plan untuk 10 tahun ke depan harus menyertakan strategi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim,” paparnya.

Dedy juga menambahkan, salah satu tantangan terbesar dalam memenuhi rekomendasi ini adalah kendala anggaran.

“Kami memerlukan dukungan dari pemerintah provinsi dan kabupaten, baik dalam hal program maupun anggaran, agar dapat memenuhi rekomendasi yang diberikan oleh UNESCO,” sebutnya.

Selain sebagai tujuan wisata, Geopark Maros-Pangkep juga berperan penting dalam sektor pendidikan dan penelitian geologi, biologi, dan arkeologi.

Geopark Maros-Pangkep pertama kali diakui sebagai Geopark Nasional Indonesia pada tahun 2015. Pada 2019, kawasan ini diusulkan menjadi bagian dari UNESCO Global Geoparks dan akhirnya mendapatkan pengakuan tersebut pada 2023.

Pengakuan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian alam dan budaya, serta mendorong pembangunan berkelanjutan di kawasan tersebut. Namun, status UNESCO Global Geopark ini tidak bisa dipertahankan tanpa usaha keras dari berbagai pihak.

Dedy mengatakan jika enam rekomendasi yang disarankan oleh UNESCO tidak dipenuhi, status Geopark Maros-Pangkep berpotensi dicabut, yang tentu akan berdampak besar pada keberlanjutan konservasi dan pengembangan pariwisata di kawasan inj.

Oleh karena itu, pengelola Geopark bersama dengan pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya harus bekerja keras agar Geopark Maros-Pangkep tetap dapat mempertahankan status globalnya sebagai geopark yang bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat setempat.

Potensi Geopark Maros-Pangkep

Kawasan Geopark Maros-Pangkep memiliki luas 5.251,61 kilometer persegi, terdiri dari 44,6 persen daratan dan 55,4 persen perairan.

Dengan populasi sekitar 655.000 jiwa, kawasan ini dihuni oleh masyarakat etnis Bugis dan Makassar yang kaya akan budaya dan tradisi.

Geopark ini juga memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, termasuk flora dan fauna endemik, seperti kera hitam (Macaca Maura) yang terancam punah.

Geopark Maros-Pangkep dikenal dengan beberapa destinasi wisata alam yang menakjubkan, seperti:

  1. Leang-Leang: Kawasan gua dengan lukisan prasejarah yang menarik perhatian para arkeolog dan wisatawan.
  2. Gua Batu: Gua-gua besar di kawasan karst yang menawarkan petualangan alam.
  3. Puncak Pangkep: Menyuguhkan pemandangan luar biasa, ideal untuk kegiatan trekking.
  4. Pantai Tondong: Pantai indah dengan pesona alam yang luar biasa.